Tiga bulan berlalu, dan Mira baru sadar kalau Chika itu ternyata cemburuan banget.
Tiga bulan berlalu, dan Chika baru sadar kalau Mira itu ternyata posesif banget.
Sequel of Untitled | Chika-Mira
CERITA INI HANYA KARANGAN DAN FIKSI SEMATA. JADI TOLO...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sekarang aja kerja kelompoknya, mumpung gue gak ada latihan."
Chika terdiam sejenak, mengingat-ingat apakah ada hal yang harus dia kerjakan atau tidak setelah ini. Sebelum kemudian mengangguk ketika menyadari jika waktunya juga sedang kosong. "Oke, di mana?"
"Rumah gue aja," jawab Muthe cepat, membuat Chika mencibir.
"Rumah lo mulu, sekali-kali di rumah gue kek."
Gadis itu hanya tertawa kecil. "Nanti kapan-kapan di rumah lo. Sekarang di rumah gue aja, iya gak, Git?"
Gita yang merasa terpanggil menoleh dengan dahi berkerut, sedari tadi dia tidak menyimak obrolan dua orang gadis di depannya itu. "Ha? Apanya?"
"Jawab 'iya' gitu," paksa Muthe. Dan karena sedang sibuk merapikan meja, agar cepat selesai Gita mengangguk, meskipun dia tidak tau mereka sedang membahas apa.
"Iya."
"Tuhkan! Gita aja setuju."
Ucapan Muthe membuat Chika memutar bola mata malas. "Ya udah iya," jawabnya mengalah.
"Nah gitu dong."
Muthe bertepuk tangan sekali, lalu kembali memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.
Setelah semua rapi dan sudah siap untuk pergi, tiga orang gadis itu kemudian berjalan beriringan menuju gerbang depan.
Sembari menunggu jemputan mobil Muthe datang, Chika mendongak. Menatap langit yang kini berwarna kelabu, sepertinya setelah ini hujan akan turun. Akhir-akhir ini hujan memang turun setiap hari, membuat udaranya menjadi lebih dingin daripada biasanya.
Dan benar saja, beberapa menit kemudian rintik-rintik hujan mulai turun membasahi bumi. Tapi jemputan Muthe belum juga datang. Para siswa dan siswi yang sedang menunggu pun langsung berpindah tempat ke bawah gerbang masuk, termasuk mereka bertiga. Setidaknya di sana dapat membuat tubuh mereka terlindungi dari hujan yang mulai turun.
Tapi tidak sepenuhnya melindungi, seperti Chika sekarang. Gadis itu kini sedang berdiri paling depan, dan karena terdorong murid-murid dari belakang, alhasil beberapa kali seragam yang dia pakai basah terkena air hujan, membuat Chika berdecak pelan. Namun mau bagaimana lagi? Mau memarahi murid-murid di belakang agar tidak dorong-dorongan juga tidak mungkin.
Gita yang berada di sampingnya menyadari itu, sedari tadi pandangannya terus-menerus memperhatikan Chika. Gita tau kalau gadis itu kini sedang kesal karena terkena air hujan. Dengan inisiatif, dia kemudian menarik tangan Chika untuk berpindah tempat ke tempatnya yang aman dari terpaan air hujan, lalu berganti Gita yang berdiri di tempat Chika tadi.
"Biar lo gak kehujanan," ucapnya begitu melihat Chika akan protes.
"Tapi sekarang jadi lo yang kehujanan."
Gita tersenyum, membalas kekhawatiran Chika. "Gapapa, gue kan pake jaket. Paling yang basah jaket gue doang."