Tiga bulan berlalu, dan Mira baru sadar kalau Chika itu ternyata cemburuan banget.
Tiga bulan berlalu, dan Chika baru sadar kalau Mira itu ternyata posesif banget.
Sequel of Untitled | Chika-Mira
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tidak terasa satu minggu telah berlalu, dan selama itu juga Mira tidak henti-hentinya mencoba untuk mengajak Chika berbicara empat mata. Tapi lagi dan lagi, gadis itu selalu menolak dan berkata kalau dia sudah tidak mau berurusan dengan Mira lagi.
Kabar mengenai putusnya hubungan mereka juga sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Banyak yang kaget karena mereka putus, dan banyak juga yang kaget karena dua orang itu ternyata baru putus.
Mereka kira hubungan Chika dan Mira sudah putus sejak lama, karena dua orang itu sudah sangat jarang terlihat bersama.
Tidak hanya kabar putusnya Chika dan Mira yang ramai diperbincangkan, tapi kedekatan Chika dan Gita yang kerap kali terlihat bersama juga diam-diam menjadi topik yang menarik untuk dibahas para tukang gosip di sekolah.
Gita, nama gadis itu kini disebut-sebut sebagai salah satu alasan kenapa hubungan Chika dan Mira kandas. Awalnya Gita memang merasa risih dengan berita-berita tidak jelas itu, tapi sekarang dia sudah tidak peduli lagi. Karena walau dia menjelaskan sampai mulutnya berbusa pun, murid-murid itu pasti tidak akan percaya dan akan tetap membicarakannya di belakang.
"Santai, Git. Tenang."
Helaan napas Gita kembali terdengar, dia menoleh ke arah Muthe kemudian mengangguk kecil.
Hari ini, hari yang membuat Gita uring-uringan telah tiba. Dia dan Muthe sudah merencanakan sesuatu yang mungkin akan menentukan bagaimana nasibnya nanti. Tinggal beberapa menit lagi bel istirahat akan berbunyi. Dan—
Saatnya istirahat kedua
Suara yang berasal dari pengeras suara itu membuat Gita kembali menghela napas panjang. Masih berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdetak kencang.
Gita lalu segera membereskan buku-buku dan alat tulisnya, kemudian berdiri.
"Yuk, Chik. Ke kantin," ajak gadis itu pada Chika yang masih terdiam di tempat.
Chika menoleh dan mengangguk kecil.
"Lo gak ngajak gue?" timpal Muthe sewot.
"Gak usah diajak juga lo pasti ngikut." Gita tertawa pelan, kemudian menarik tangan Chika lalu pergi meninggalkan Muthe yang masih memasang wajah jutek.
Suasana di kantin kali ini tidak ramai, tapi juga tidak sepi. Beberapa bangku masih terlihat kosong. Chika sudah akan melangkah menuju salah satu bangku, tapi langkahnya terhenti ketika tangannya yang masih berada di genggaman tangan Gita tiba-tiba ditarik. Dia menoleh lalu menatap gadis itu dengan tatapan tanya.
"Kenapa?"
"Bentar, Chik. Ada yang mau gue omongin."
"Oh, ya udah ayo." Chika kembali akan berjalan, tapi lagi-lagi Gita langsung menahan tubuhnya.
"Gue mau ngomong di sini."
Chika mengerutkan dahi. Mereka sekarang sedang berada tepat di tengah-tengah kantin, dan tempat ini sangat tidak cocok untuk dijadikan tempat berbincang. Apalagi sekarang Chika bisa melihat banyak pasang mata yang mulai memperhatikan mereka berdua sembari berbisik-bisik pelan.