Sedari tadi Chika terus-menerus berjalan bolak-balik di dalam kamarnya dengan perasaan tidak tenang, takut, marah, kecewa, dan lain-lain semua bercampur menjadi satu.
Dia masih mengingat jelas bagaimana pembicaraan dua adik kelasnya tiga hari yang lalu, dan Chika yakin telinganya tidak salah mendengar. Karena itu, tiga hari ini Chika benar-benar tidak fokus pada apapun, pikirannya terus memikirkan kalimat-kalimat yang adik kelasnya itu ucapkan.
Di dalam hati dia meyakini kalau dua siswi itu mungkin hanya membual atau termakan gosip-gosip tidak jelas. Tapi di pikirannya mengatakan yang sebaliknya, Chika sedikit mempercayai dan karena itu dia menjadi bimbang sekarang. Apalagi ketika salah satunya berkata kalau dia sering melihat Mira dan Oniel pulang bersama, padahal akhir-akhir ini pacarnya itu sudah tidak pernah mengantarnya pulang seperti dulu.
"Apa jangan-jangan Kak Mira gak pernah nganterin gue balik gara-gara dia nganterin Kak Oniel?"
Berbagai pertanyaan muncul di otak Chika, tapi tak satu pun yang terjawab. Dia lalu mengacak rambutnya kasar, kepalanya terasa pusing karena terus-menerus memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang sebenarnya terjadi. Chika kemudian berjalan menghampiri ponselnya yang berada di atas nakas, bermaksud untuk menelpon seseorang yang mungkin bisa dia tanyai soal ini.
Setelah menemukan nomor orang itu, Chika kemudian menekan icon telpon. Beberapa detik hanya terdengar nada sambung, sebelum kemudian terdengar suara gumaman pelan.
"Ya, kenapa Chik?"
"Lo sibuk gak, Kak?"
"Enggak, baru sampe rumah nih. Kenapa?"
"Gue pengen nanya sesuatu." Chika mengigit ujung-ujung kukunya gugup, dia lalu berjalan mendekat ke arah tempat tidur dan duduk di tepi kasur.
"Nanya apaan? Oh-pasti tentang Mira, ya 'kan?"
Chika refleks mengangguk kecil. "Iya."
"Kenapa lagi tuh orang?"
"Tapi jawab jujur ya?"
"Soal apa emang?"
Jawaban Ara membuat Chika berdecak. "Janji jawab jujur dulu!"
"Iya-iya, gue janji."
Sebelum mengatakan pertanyaannya, Chika terlebih dahulu menarik napas panjang, menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak kencang. Takut. "Lo-lo tau sesuatu soal Kak Mira sama Kak Oniel gak?"
"Mira sama Oniel? Em-" Ara terdiam sejenak dengan suara gumaman. Dia sedang memikirkan jawaban dari pertanyaan Chika. "Mereka temenan sih kayaknya, soalnya kemaren Oniel ngasih Mira bekal gitu."
Kening Chika otomatis mengkerut. "Ha? Bekal? Makanan?"
"Ya iya lah, masa bekal iman dan taqwa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Akrasia | Chika-Mira [END]
FanfictionTiga bulan berlalu, dan Mira baru sadar kalau Chika itu ternyata cemburuan banget. Tiga bulan berlalu, dan Chika baru sadar kalau Mira itu ternyata posesif banget. Sequel of Untitled | Chika-Mira CERITA INI HANYA KARANGAN DAN FIKSI SEMATA. JADI TOLO...