Part 31

2.9K 361 121
                                        

"Pintunya dikunci sama Ara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pintunya dikunci sama Ara."

Mira masih berusaha memanggil Ara melalui gedoran pintu dan panggilan nama. Tapi sampai beberapa menit kemudian gadis itu tidak muncul juga.

Dia lalu berdecak kesal dan membalikkan tubuhnya menghadap Chika. "Chik, ini gak ada direncana. Tadi dia bilang pintunya gak bakal dikunci," jelas Mira, takut jika nanti gadis itu salah paham.

"Iya, coba telpon deh, Kak."

Mira mengangguk kemudian merogoh saku roknya. Tapi nihil. Dia lupa tidak membawa ponselnya yang dia taruh di dalam laci meja kelas. "Gak bawa hp."

"Ya udah, biar aku telpon."

Kini bergantian Chika mengambil ponselnya dari saku rok. Baru saja dia terlihat santai, tapi raut wajahnya berubah ketika melihat panggilan itu tidak tersambung. Dia buru-buru mengecek pulsa dan kuota yang dia punya, lalu ikut-ikutan berdecak kesal.

"Kak, pulsa sama kuotaku abis. Wifi sekolah juga gak nyampe sini."

"Terus gimana dong?"

"Gak tau."

Helaan napas putus asa terdengar. Sekarang apa yang bisa mereka lakukan agar bisa keluar dari sini sebelum malam datang? Pasalnya gudang ini jarang dilewati orang, karena memang letaknya yang berada di bagian paling belakang sekolah. Ditambah di sini sangat minim cahaya dan tidak ada lampu yang menerangi ketika malam hari.

Perlahan kegelapan mulai menyelimuti, mereka masih berada di sana dengan mengintip di balik jendela. Di dalam hati mereka tengah berdoa semoga saja ada orang yang tiba-tiba lewat dan dapat membantu mereka untuk keluar dari sana.

Tapi sampai jam yang melingkar di tangan Mira menunjukkan hampir pukul tujuh malam, tidak ada tanda-tanda satu orang pun datang. Ara sedari tadi juga tidak nampak batang hidungnya. Mira lalu memutar tubuhnya menghadap Chika yang kini sedang terduduk di atas lantai dengan dilapisi kain yang tadi dia temukan. Gadis itu menekuk dan memeluk lututnya serta menumpukan dagunya di atas sana.

"Chik?"

"Hm?"

Chika menoleh. Dari kedua matanya, Mira tau kalau gadis itu kelelahan sekarang. Dia lalu berjalan mendekat dan ikut duduk di sana. Tangannya terulur untuk mengusap-usap puncak kepala Chika.

"Nginep di sini dulu gapapa?"

"Kalo terpaksa ya—ya udah."

Chika lalu menenggelamkan wajahnya di atas lutut. Dia sebenarnya takut karena di sini gelap, dan Chika tidak suka dengan yang namanya kegelapan.

Beberapa menit telah berlalu. Chika masih tetap di posisi yang sebelumnya dengan Mira yang juga masih setia mengusap-usap puncak kepala gadis itu.

"Kak?"

"Hm?"

"Sebenernya aku takut."

"Takut gue bohongin lagi?"

Akrasia | Chika-Mira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang