SEPULUH

124 16 2
                                    

WELCOME TO STORY
-SAGARA-

"Is apan si!" Gara menarik tangan Risa menuntunnya berjalan untuk mengikuti nya.

Gara terus berjalan menggandeng tangan Risa di koridor sekolah yang mulai sepi karena memang jam istirahat telah berakhir.

Di persimpangan antara jalan lurus ke depan adalah tangga yang akan membawanya ke lantai atas atau belokan kiri yang akan membawa mereka berdua ke lorong menuju gudang sekolah.

Dan gara memilih yang kedua. Gara belok kiri dan langsung mengunci pergerakan Risa dengan telapak tangan kiri yang ia letakan di dinding di samping persis kepala Risa.

Risa dibuat menahan napas oleh gara karna jarak antara dia dan gara hanya beberapa senti saja.

"Lo darimana?" tanya Gara.

"Ngga dari mana-mana." Jawab risa dan langsung memalingkan wajahnya.

Jujur saja Risa dibuat deg degan oleh ulah Gara. Meskipun Risa sudah lama dekat dengan Gara dan kerap kali melihat dan mengobati wajah laki-laki yang ada di hadapannya ini. namun hal semacam ini tetap saja membuat senam jantung untuknya.

"Ngga mungkin. Lo ngga pulang semalem!" Risa hanya diam.

"Jawab gue sa." Risa tetap diam.

"Kalo orang lagi ngomong diliat orangnya. Ngga sopan." Tangan gara bergerak memegang dagu Risa dan dihadapkan langsung ke wajahnya.

Gara memperhatikan lekat lekat wajah Risa, sesuatu didalam sana kembali merasakan kehangatan.

Gara terbuai oleh suasana dan tanpa ia sadari, tubuhnya bergerak maju mengikis jarah antara Gara dan Risa. Kepalanya menunduk, matanya fokus melihat bibir pink alami milik perempuan yang ada di hadapan nya sekarang ini.

Semakin dekat, semakin dekat, mata gara mulai menutup sampai akhirnya.

-------------



"Kumpul markas cuy." Perintah Dean.

"Yang laen udah pada kesana." Lanjut Dean.

"Gas lah. Bos lo kemarkas ngga?" Tanya Anggi. Yang memang sekarang inti Algerian sedang berkumpul diparkiran.

"Duluan." Satu kata yang langsung dituruti oleh semua inti Algerian.

Mereka semua sudah sampai di markas, dan disambut baik oleh anggota yang lain.

"Lah bos ngga ikut kesini?' tanya anggota yang sudah ada di markas.

"Nyusul katanya, lagi ada urusan." Jawab Farhan.

Disana ada Farhan dan Azka. Mereka terlihat masih saling diam satu sama lain.

"Lo berdua masih berantem?" Tanya Raden salah satu anggota yang memang seangkatan dengan Farhan dan Azka.

"Engga." Jawab Azka dan Farhan bersamaan.

"Engga engga apaan, liat aja tuh masih diem-dieman. Biasanya mah udah kaya kucing sma anjing." Sahut Dean. Yang langsung dapat tatapan tajam dari Farhan dan Azka.

"Bener kan?" Dean malah bertanya kepada kedua temanya itu.

"Wailah udahan kali marahanya." Ujar Edgar.

"Tau kaya bocah." Sahut Genta. Dan yang lain tertawa.

Setelahnya mereka semua kembali lagi dengan kesibukan nya masing-masing. Ada yang bermain karambol, ada yang kembali bermain bola dihalaman rumah yang memang ada lapangan bolanya. Dan Farhan telah bersiap Mabar dengan Dean dan Edgar yang memang mereka bertiga adalah maniak dengan permainan game online yang biasa disebut ml itu.

Sementara Azka dan yang lain telah siap mengadakan konser dadakan lagi yang memang selalu ia tunjukan jika mereka sedang nongkrong.

Di markas kurang lebih ada 30 orang. Anggota Algerian tidak banyak. Bukanya mereka kekurangan orang untuk mau bergabung dengan algerian. Hanya saja si ketua tidak sembarangan merekrut orang untuk bergabung di geng nya.

Yang dibutuhkan bukan hanya sekedar tampang dan jago berkelahi. Tapi juga mempunyai jiwa solidaritas yang tinggi dan setia kawan lah yang bisa bergabung dengan Algerian.

---------------



Sore hari menjelang magrib anak-anak anggota Algerian sedikit demi sedikit mulai berpamitan untuk pulang. Dan hanya tersisa 13 orang disana, itupun inti algerian hanya ada Farhan dan Dean disana.

Gara tidak kunjung datang, ntah ketua itu sedang ada dimana padahal anak-anak sedang membutuhkannya untuk mengatur jadwal giliran pulang dan jaga markas.

"Bang gue pulang dulu ya, gerah bener badan gue belom mandi." Ujar Areksa salah satu adik kelas yang sudah dipercaya oleh inti Algerian.

"Sono gi dah, pantes dari tadi bau. Gue kira ketek gue kali, ternyata elo." Ujar Farhan. Tidak sungguhan. Dan hanya dibalas dengan senyum tipis di bibirnya.

"Set bocah. Udah persis titisan Gara itu mah."

Jam menunjukan pukul 21.27. yang lain sudah mulai kembali dan yang lain gantian pulang. Namun yang sudah kembali tidak banyak hanya beberapa orang saja.

Farhan dan Dean masih di markas karna tidak ada alasan untuknya pulang kerumah. Jika dia ingin mandi maka tinggal mandi saja dimarkas, baju? Baju mereka banyak di markas, makan mereka tinggal masak karna banyak stok makanan disana. itulah kenapa markas disebut rumah kedua untuk anggota Algerian.

Semua anggota bisa mandi dan tidur dimarkas, namun banyak juga yang memilih untuk pulang dan tidur dirumah karna memang mereka masih punya keluarga.

"Ka ini cewe yang Lo galauin kemaren bukan?" Tanya Anggi sambil menyodorkan handphone kepada Azka yang menunjukan foto dua orang perempuan.

Farhan pun ikut melihat foto yang ditunjukan Anggi. Azka hanya menjawab dengan anggukan kepala.

"Lo Deket sma Azkia ka?" Tanya Farhan tak percaya. Pasalnya Azka dan Azkia sering terlibat adu mulut di kelas.

"Lo kenal dia?" Tanya Dean.

"Bukan kenal lagi, kita satu kelas, Azka sering berantem malah sama ni orang ." Ujar Farhan menjelaskan.

"Oh iya ngomong-ngomong pak bos kemana si dari gue pulang kerumah sampe gue balik lagi ke sini ngga ada?" Tanya Genta.

"Tau ada urusan lama bener." Sahut Anggi.

Dan tiba tiba terdengar kaca jendela pecah. Ada yang melempar batu.

"Anjing." Umpat Farhan. Mode serius.

"Lo semua siaga. Gue liat dulu siapa didepan." Farhan jalan menuju jendela mengintip siapa yang telah berani mengusik ketenangan Algerian. Dibalik sifat nya yang konyol terdapat sisi mengerikan didalam diri seorang Farhan Abigail. Itulah mengapa Gara memilih nya untuk menjadi wakil ketua Algerian.

"Markas kita di serang. Altair ada didepan. Lo telfon Gara ka. Kabarin di grub suruh kesini kalo bisa. kita kalah jumlah. Mereka lebih dari 30 orang. Yang lain siap siap. Kita keluar sekarang."

"Tapi han, kita kalah jumlah, ngga nunggu yang laen aja." Usul Dean.

"Ngga ada waktu. Keburu gerbang ambruk."
Semua siap untuk keluar menghadapi Altair.

Disisi lain Gara telah siap untuk mengantar pulang perempuan yang seharian ini membuat dirinya tidak bisa datang ke markas. Tiba-tiba handphone nya berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Ia langsung menggeser tanda hijau di layar handphone nya, setelah tau nama Azka yang tertera disana.

"Halo bos markas diserang Lo kesini sekarang." Kalimat itu sukses membuat rahang kokoh milik Gara mengeras. Tanpa menjawab ucapan orang yang ada disebrang sana. Gara langsung menutup telfonnya.

"Lo pulang sendiri." Setelahnya Gara langsung melesat dengan motor sport miliknya. Mengabaikan perempuan yang ekspresi wajahnya tidak berubah sedikitpun.

---------------
































To be continued...

Jakarta
23 February 2021

Antara Kita  [KOMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang