TUJUH

150 25 6
                                    

WELCOME TO STORY
-SAGARA-

"Gue ngga bisa nikah sma lo." Ujar Gara dalam satu tarikan napas.

Risa tidak kaget, ia masih tetap sama dengan posisi semula, duduk tegap dan menghadap kedepan. Tatapanya pun tetap tenang. Seolah tidak terjadi apa apa.

Bukan nya menjawab Risa malah bangkit berjalan meninggalkan Gara, namun sebelum melangkah lebih jauh Gara sudah mencekal tangannya dan memanggil namanya.

"Saa.."

"Lo telat ngomong itu sekarang, semua udah di tentuin!" Jawabnya dengan nada dingin. Lalu melanjutkan jalan nya kembali.

"Sa---"

"Ga Please... jangan bikin makin kacau." belum sempat Gara selesai bicara, risa telah memotongnya terlebih dahulu.

"Toh nyokap lo juga ngga bakal batalin acaranya." Lanjut Risa lagi.

"Tapi kita masih ada waktu buat ngomong ke nyokap lo sama nyokap gue Sa." Ujar Gara berusaha membujuk Risa.

"Percuma." Sahut Risa dan pergi meninggalkan Gara.

---------------



Gara yang pusing dengan kejadian tadi akhirnya memilih untuk menghibur dirinya. Setidaknya ia bisa melupakan masalah itu meskipun hasilnya nihil.

"Woy Gar semangat!" Ujar Azka dan Farhan.

Disini lah gara sekarang, di tempat balap liar, menyalurkan hobby dan kemampuanya mengendarai motor. Gara memang sudah tidak asing dengan dunia malam seperti ini. Mereka pun sudah tidak asing dengan Sagara Adi Saputra si Raja Jalanan. Gara selalu menang jika beradu kecepatan sampai di garis finist namun musuhnya tidak pernah merasa bosan untuk selalu mengajaknya pertarung dijalanan.

Seperti sekarang ini, Gara sudah memutari empat kali arena balap dan tinggal sedikit lgi ia akan sampai di garis finist. Sorak soray memenuhi area tersebut, balapan itu tentu saja di menangkan oleh sang raja jalanan. Siapa lgi kalau bukan Sagara.

"Weh Gar seneng seneng lah kita." ujar Azka menepuk pundak Gara.

"Yoi bener tuh kata Azka." Timpal Farhan yang di sahuti setuju oleh Azka dan yang lain nya.

"Cabut." Ujar Gara.

Setelah dari arena balap liar ketiga remaja itu kini telah sampai ketujuan nya. Suara dentuman musik dan lampu kerlap kerlip menyambut kedatangan mereka.

"Mas tiga botol ya." Ujar azka kepada bartender disana.

Setelah setengah jam berada di tempat laknat itu, kini Gara sudah meracau tidak jelas. Azka pun sama hanya saja tidak separah Gara. Farhan yang tau akan situasi ia memilih untuk tidak ikut menengak minuman itu, ya meskipun tadi sempat mencicipinya walau hanya sedikit, tidak sampai membuatnya pusing.

"Sa gue ngga bisa." racau Gara tidak jelas.

"Lo ngomong apaan si ngga denger gue." sahut Azka yang sama sama tidak jelasnya.

"Risa..." Racau Gara lagi. Farhan kebingungan akan membawa pulang Gara dan Azka bagaimana karna mereka kesini menggunakan motor, tidak mungkin mereka mengendarai motor sendiri kan. Tak lama Farhan teringat dengan Risa.

Tadi Risa mendatanginya di area balap liar, datang hanya sekedar memberi nomer ponselnya dan berkata jika ada apa apa dengan Gara, Risa menyuruh Farhan atau Azka untuk menghubunginya.

Farhan pun teringat kertas yang diberikan oleh risa itu diterima oleh Azka dan tanpa pikir panjang ia langsung merogoh kantong celana jeans milik Azka.

"Woy ngapain lo mau grepe grepe gue ya." Racau Azka tak jelas.

"Diem lo nyet." Farhan menoyor kepala Azka yang tidak bisa diam.

Sebelum berhasil mengambil kertas di kantong celana Azka handphone Gara berbunyi dan menampilkan nama seseorang yang Farhan sedang ingin hubungi.

"Panjang umur." Gumam Farhan lalu langsung mengeser tombol hijau di layar handphone Gara.

"Halo sa." sapa Farhan.

"Gara mana?" Suara dingin Risa menyapu indra pendengaran Farhan.

"Gua lagi di club nih, Gara mabuk parah, lo bisa kesini ngga, bawa mobil ya nanti gue share lok." ujar Farhan.

"Buset dah, orang jawab dulu kek maen matiin aja." Dumel Farhan tak terima karna Risa langsung mematikan sambungan telfon nya.

Tak butuh waktu lama, kini Risa telah sampai di tempat Gara dkk nya berada.

Risa langsung memapah Gara menuju mobilnya terparkir.

"Ikut mobil gue." ujar Risa kemudian Farhan yang memapah Azka, ia masuk kedalam mobil Risa di belakang.

"Ris motor gue sama yang lain gimana?" Ujar Farhan di tengah perjalanan mereka menuju markas Algerian.

"Gue udah suruh anak anak buat ambil motor Gara sama punya lo berdua." sahut risa, dan hanya mendapat anggukan kepala dari Farhan.

"Ris kerumah gue aja deh biar ni curut satu tidur dirumah gue." Ujar Farhan cangung.

"Dimana?" tanya Risa singkat.

"Deket rumah Gara, cuma masuk kompleknya." ujar farhan lagi.

Setelah mengantar farhan kerumahnya kini risa telah sampai didepan rumah Gara. Dan ternyata pintu rumahnya terkunci. Risa berusaha mencari kunci di kantong celana milik Gara namun nihil. Waktu sudah menunjukan pukul 02.01 dini hari. Tidak ada tempat lain, Risa pun membawa Gara memasuki mobilnya lagi dan pergi meninggalkan rumahnya.

---------------



Pagi sekali Risa bangun dari tidurnya, ia mendengar suara racauan dari sampingnya.

"Ngga lo bukan papah gue!" racau gara menggeliat tak nyaman dan peluh membanjiri dahinya.

"Ga, bangun." Risa menepuk nepuk pipi Gara.

Tak lama Gara langsung terbangun. Dahinya mengernyit saat orang yang pertama kali dilihatnya adalah Risa.

"Minum." risa menyodorkan air putih, dan diterima baik oleh Gara.

Risa memasuki kamar mandi yang berada di dalam kamar apartemen miliknya. Ya risa membawa Gara ke apartemenya karna tidak ada lagi tempat yang bisa ia tuju semalam.

Apartemen ini sudah dimiliki Risa sejak ia pertama masuk sekolah menengah atas. Risa menempatinya dulu saat dirinya merasa hancur. 15 menit berkutat Dikamar mandi akhirnya Risa keluar dengan pakaian yang sudah rapih.

"Mandi sono." ujar Risa saat melihat Gara menatapnya. Risa melempar handuk kearah Gara.

"Kenapa gue bisa ada disini?" tanya Gara yang baru saja selesai mandi dan keluar kamar menghampiri Risa di dapur.

"cepet makan gue mau sekolah." bukanya menjawab pertanyaan Gara, Risa malah menyuruh Gara untuk cepat cepat makan.

Gara yang masih bingung dengan keadaan sekarang hanya bisa menurut saja.

"Cepet!" tegur risa.

"ck. Sabar kek jadi orang. Dari tadi disuruh suruh terus gue." Dumel Gara tidak terima.

"Mau cepet apa gue tinggal. Motor lo ada di markas." Ujar Risa jengah.

Risa dan Gara pun keluar berjalan menuju parkiran dimana mobil Risa terparkir disitu.

"Gue yang nyetir." Ujar Gara saat melihat Risa ingin memasuki mobil tempat pengemudi.

"Ribet tinggal naek." Jawab Risa acuh.

Gara pun hanya memutar bola matanya malas meladeni si singa betina ini.

---------------





























To be continued...

Jakarta
23 Januari 2021

Antara Kita  [KOMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang