ENAM

150 24 7
                                    

WELCOME TO STORY
-SAGARA-

"Risa!!" terdengar suara lengkingan yang membuat seisi kafe menoleh kearah sumber suara tersebut.

Risa yang mendengar itu pun hanya memutar bola matanya malas tanpa mau menoleh ke arah pintu kafe. karna Risa sudah tau betul siapa pemilik pita suara yang seperti toa masjid itu.

Audrey sangat malu sekarang karna ulah kia mereka berdua kini jadi perhatian seluruh mengunjung kafe. Audrey dan kia hanya bisa nyengir kuda dan sedikit membungkukan badan nya ke depan tanda mereka meminta maaf kemudian berjalan mendekat kemeja Risa dan yang lain duduki.

"Bangsat... Tria kangen banget gue sma lo bang." Ujar kia nyengir kuda saat mendapat tatapan tajam dari Satria, dan langsung memeluknya.

"Udah peluk nya ilah gue juga kangen." Ujar Audrey menarik tubuh kia yang tak mau melepaskan pelukanya.

"Bang boleh peluk?" tanya Audrey dan langsung memeluk tubuh Satria tanpa menunggu persetujuanya terlebih dahulu.

Risa yang melihat itu pun hanya memutar bola matanya malas. Sahabat sahabatnya itu manja sekali. Mencari Kesempatan dalam kesempitan.

"Lo pada ngga kangen gue juga apa?" Ujar Zidan dengan pedenya.

"ah gue mah udah bosen ketemu lo mulu bang." Sahut kia dan berhasil membuat yang berada di meja itu tertawa kecuali Gara dan Risa.

"Minggir kek gue mau duduk deket bangsat." ujar Audrey mendorong bangku yang diduduki risa agar menjauh.

"Ngomong gitu lgi gue tendang keluar lo." Ujar Satria dan menatap garang Audrey.

"Hehe iya maaf bang Satria." Sahut Audrey dan nyengir kuda.

Mereka pun larut dalam obrolan lagi. Dari membahas tentang kisah masa masa bang satria dan dkk saat masih sekolah, tentang cewe, sampai sesekali mereka tertawa dengan hal hal konyol yang di lontarkan oleh Zidan dan Dio. Risa dan Gara hanya menyimak obrolan itu tanpa ingin ikut campur didalamnya. dan masih banyak lgi keseruan yang mereka ciptakan. sampai tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 17.24.

"Bang pulang yo." Ajak Risa.

"Bareng gue." Timpal Gara.

"Lo langsung pulang aja Gar, ngga enak nyokap lo udah nelfon. Biar Risa bareng gue aja." Sahut Satria.

Ya memang tadi Gara menerima telfon dari mamanya untuk cepat cepat pulang, karna akan ada acara makan malam bersama.

"Yah bang kan gue pengen di anter lo." Ujar kia memegang tangan Satria.

"Gatel." Sahut Risa bangkit dari duduknya dan langsung menarik Satria untuk keluar dari kafe tersebut diikuti Gara. Hanya Gara Risa dan Satria saja yang pulang, yang lain masih memilih menetap di cafe untuk beberapa saat lagi.

---------------



Gara berjalan gontai memasuki restoran cukup terkenal itu. Wajah nya yang datar dan matanya yang terlihat menunjukan sorot tajam bak elang itu terlihat frustasi.

"Kenapa gue ngga jawab iya aja si pas Risa ngajak gue nikah tadi pagi. Arrghh." Dalam hati Gara merutuki dirinya sendiri.

"Kenapa Gar?" Tanya Lena yang melihat gara mengacak rambutnya frustasi. Dan hanya dijawab kedikan bahu oleh Gara.

Jika saja mamahnya itu tidak mengancam akan mengambil semua fasilitasnya, Gara tidak akan ikut dan menuruti keinginan mamahnya itu.

Tak lama mereka pun sampai di meja yang telah di duduki oleh seorang wanita paruh baya.

Antara Kita  [KOMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang