2 - Take-Off

22.5K 1.1K 57
                                    

Akhirnya, hari ini pun tiba. Sudah satu bulan sejak Jeno memberikan kabar mengenai rencananya untuk kembali ke kampung halamannya. Meskipun ia mengatakan mereka perlu segera kembali namun kenyataannya membutuhkan waktu satu bulan untuk mengurus dan menyiapkan semuanya.

Selama itu, Jeno dan teman-temannya terlihat sibuk dengan berbagai urusan. Mereka juga secara bergantian mengajari Jaemin surviving skill yang mungkin akan dibutuhkan nanti.

Jaemin sendiri melihat Jeno yang focus bekerja dan sangat ahli dalam mengkoordinasi tugas untuk teman-temannya justru terlihat begitu menawan dan berkharisma di matanya.

"Kau sudah siap? Tidak ada lagi yang kau butuhkan?" Sahut Jeno begitu keluar kamar membawa barang-barang mereka berdua.

"Aku rasa cukup, jujur saja aku sendiri tidak tahu perlu membawa sesuatu atau tidak. Kebutuhanku juga tidak terlalu banyak, lagipula kalau pun aku membutuhkan sesuatu kau pasti sudah menyediakannya." Jawab Jaemin yang duduk santai di sofa sambil hanya memperhatikan orang-orang lalu lalang sibuk daritadi.

"Hm, aku berpikir mungkin kau memiliki sesuatu yang berarti untuk kau bawa." Ujar Jeno.

"Aku bukan seseorang yang menaruh afeksi kepada sebuah benda, itu hanyalah penyia-nyiaan emosi menurutku, karena mereka tidak akan bisa membalas perasaan kita." Jawab Jaemin tetap focus pada ponselnya tanpa mengalihkan pandangannya pada Jeno.

"Hm, bukankah kenangan yang dibawa saat kita melihat atau memiliki benda itu merupakan balasan dari benda tersebut? Apa kau berpikir bahwa semua hal memerlukan cost and reward pada setiap hal?" Balas Jeno sambil duduk di samping Jaemin.

Jaemin mengerutkan dahinya mendengar perkataan Jeno dan memandang Jeno dengan tatapan aneh.

"Kenapa?" Tanya Jeno melihat tatapan Jaemin.

"Well, aku tidak menyaka seorang Lee Jeno ternyata memiliki sisi romantism (kebalikan dari realistic) dalam dirinya." Jawab Jaemin sambil mengedikkan bahunya.

"Hm, aku tidak mengakuinya. Ini hanya sekedar memberikan anti-thesis dari penyataanmu sebelumnya, karena menilai sesuatu dari berbagai sudut pandang terkadang menghasilkan lebih banyak alternative dalam berbagai masalah." Balas Jeno.

"Ya, aku setuju dengan itu. Aku masih berpikiran sempit sepertinya. Sampai sekarang masih sulit untuk menang diskusi denganmu. Padahal kupikir aku sudah cukup pintar." Ujar Jaemin tak bersemangat untuk membantah Jeno lebih dalam.

Jeno tersenyum tipis melihat wajah cemberut Jaemin. Ia mengangkat tangannya dan mengelus kepala Jaemin lembut membuat yang punya menolehkan kepalanya kembali menatap Jeno.

"Kau memang cukup pintar, tapi aku di level terlalu pintar.." Ujar Jeno dengan wajah bangga sambil tersenyum menggoda, "... dan itu bukan berarti kau akan selalu seperti itu. Seiring waktu kau pun akan seperti itu. Pertama-tama kau harus membiasakan untuk menerima pendapat berbeda darimu. Sadari bahwa pendapatmu tidak selalu benar dan akan selalu ada orang-orang yang lebih hebat darimu, orang-orang ahli dalam bidangnya. Selama ini kau mungkin di kelilingi oleh orang-orang yang kurang darimu namun mulai sekarang itu semua mungkin akan berubah. Biasakan diskusi, biasakan berpikir kritis dan out-of-the-box dan biasakan juga melatih kemampuan problem solving-mu. Hal ini akan membantumu disaat genting." Lanjut Jeno dengan lembut dan perlahan. Ia ingin Jaemin mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan yang akan ia datangi dan keadaan yang akan dihadapinya nanti.

"Hm, baiklah jika itu adalah perkataanmu." Ujar Jaemin sambil menyandarkan kepalanya pada Jeno, ia merasakan kekhawatiran dari tatapan Jeno selama ia berbicara. Ia tak tah apa yang akan ia hadapi di kampung halaman Jeno namun yang jelas itu bukanlah sesuatu yang akan mudah ia hadapi.

Beberapa saat kemudian, Mark, Haechan dan Lucas datang. Mereka pun berangkat menggunakan pesawat pribadi keluarga Jeno.

"Apa kau sudah mengabari yang lain?" Tanya Jeno pada Lucas.

"Ya, yang lain akan menunggu di landasan nanti. Dengan ini seharusnya tidak akan ada gangguan lagi, kita bisa langsung beroperasi begitu mendarat nanti." Ujar Lucas sambil menyerahkan ipad-nya pada Jeno.

"Oh, aku lupa menanyakannya sejak tadi, tapi apa yang kau lakukan dengan Renjun? Kau tidak membawanya?" Tukas Haechan baru saja mengingat hal tersebut.

Jeno dan Jaemin saling bertatapan, lalu Jeno dengan cepat mengedikkan bahunya.

"Tentu saja tidak, buat apa? Dia hanya akan menjadi beban disana nanti. Aku bahkan tidak yakin dia masih bisa hidup normal atau tidak setelah ini." Jawab Jaemin tanpa emosi. Haechan yang mendengarnya hanya geleng-geleng kepala.

Jaemin mengalihkan perhatiannya pada interior pesawat yang ia naiki. Ia mengagumi interiornya yang terkesan klasik namun tetap di lengkapi semua fungsi yang ia butuhkan. Pramugari yang melayani pun terlihat professional karena mereka bisa menahan godaan dari Lucas.

"Kira-kira kita akan sampai berapa jam?" Ujar Jaemin tiba-tiba.

"Masih lama, sekitar 10-11 jam lagi. Kau bisa istirahat dulu untuk menghabiskan waktu." Jawab Jeno.

"Hm, ya sepertinya aku akan memilih untuk tidur." Balas Jaemin. Jeno pun mengisyaratkan pramugari untuk menyediakan tempat tidur Jaemin.

Disaat Jaemin tidur, Jeno dan lainnya mulai mendiskusikan rencana mereka kedepannya. Setelah itu, dengan santai mereka pun menghabiskan waktu dengan bermain kartu dan lainnya.

Beberapa jam setelah Jaemin tertidur, ia terusik dengan suhu pesawat yang dingin membuatnya ingin ke kamar mandi. Ia pun bangun dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.

Kreekk..

Jaemin terkejut dengan Jeno yang mendesak masuk saat ia sedang buang air.

"Apa yang kau lakukan?" Ujar Jaemin dengan suara berbisik.

"Tentu saja menemanimu. Diluar terlalu dingin jika sendirian." Ucap Jeno asal.

"What? Apa yang kau bicarakan?" Balas Jaemin yang otaknya masih belum sepenuhnya berfungsi setelah tidur untuk menanggapi Jeno.

"Sudahlah, ikuti saja." Ujar Jeno. Sambil berdiri di belakang Jaemin yang sedang pipis. Ia memeluknya dari belakang dan dengan perlahan mengurut penis Jaemin yang baru saja merasa lega.

TO BE CONTINUED>>

Jangan Lupa LIke and Comment yaaa...

Seperti yang udah pernah gua mention di S1, bahwa cerita ini masih panjang banget dan konflik di S1 itu belum apa-apa. Jadi S1 itu hanya perkenalan awal mula pertemuan Jeno dan Jaemin untuk Main Course nya ada di S2 ini. Jadi akan lebih banyak dialog dan lainnya.

Aku juga baru selesai nyusun draft, perkiraan sih bakal ada 50-60 chapter di Season ini. Tapi ya ngga masalah kan ya? Ehehehe..

Bond IN Bondage S2 || Nomin~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang