32 - Snitch

448 56 21
                                    

Setelah pertemuannya dengan Siwon, Jaemin menjadi target yang lebih mudah untuk disalahpahami. Sesuai dugaan Jeno, setelah komentar Jaemin yang membuat anggota tim sadar bahwa Jaemin memiliki sangat sedikit waktu sendiri untuknya bisa mencoba menghubungi musuh dan berkhianat. Namun tak berapa lama sejak ia kembali membawa Jaemin, sudah ada lagi bisik-bisikan yang Jeno dengar tentang Jaemin.

"Bukankah itu Jaemin?" Bisik suara itu, menebar benih keraguan atas nama Jaemin.

"Tadi dia berteriak seakan ia menjadi korban . . ternyata ia memang bertemu Siwon." Balas suara lain.

Jeno mengernyit kan alisnya. Bagaimana mereka tahu Jaemin bertemu Siwon?

Tak sulit bagi Jeno untuk mendekat kearah suara itu dan melihat layar tablet di tangan salah satu dari mereka yang menunjukkan rekaman CCTV disaat Jaemin bertemu Siwon. Jeno hanya terdiam untuk berpikir sejenak sebelum mengambil langkah ke ruangan tujuannya.

Jeno memasuki ruangan tersebut dengan senyuman tipis di bibirnya. Ia melihat wajah orang-orang yang ada di ruangan itu satu persatu sebelum berikutnya ia menjelaskan terkait misi mereka selanjutnya.

Berkat ledakan yang mereka buat di sekeliling Amsterdam, jalanan malam cukup sepi karena adanya himbauan untuk tetap di rumah bagi masyarakat. Hal ini membuat Jeno berpikir untuk memperluas jangkauan intel mereka dan menginstall kamera dan safety measures di beberapa titik di sekitar Amsterdam.

Pemaparan rencana berjalan lancar meskipun masing-masing anggota selalu melirik sinis pada sosok Jaemin yang duduk di belakang Jeno dengan hoodie kebesaran Jeno juga. Kali ini, Jaemin hanya diam dan tidak berbicara sama sekali selama pembagian tugas dari Jeno.

***

Selama misi pada malam berikutnya, Jaemin tidak pernah meninggalkan sisi Jeno meskipun ia tidak mengatakan apapun pada Jeno ataupun tim mereka. Ia hanya merespon dengan mengangguk atau menaikkan bahunya ketika diberi arahan. Melihat Jaemin yang hanya menatap kosong dibalik masker dan hoodie-nya, mereka berpikir bahwa Jaemin sudah pasrah dan tidak akan melakukan apa-apa kali ini.

Ketika mereka mencapai titik yang direncanakan. Siwon sudah menunggu disana, lengkap dengan pasukan bodyguard-nya. Ia dengan santai menghisap cerutu ditangannya. Begitu melihat Jeno, ia berdiri dan membuka lengannya.

"Wah, wah. Apa kita kedatangan tamu malam ini? Atau kau perlu diantar oleh tim mu untuk mengucapkan salah perpisahan dan pergi bersamaku . . Jaemin?" Suara lantang Siwon menggema diantara gang kosong dan sunyi itu.

Semua orang di tim itu langsung menatap tajan pada Jaemin, kecuali Jeno yang siap menerkam leher Siwon mengingat ia tidak sempat menghajarnya di pertemuan terakhir mereka.

Jaehyun yang berada di sisi Jeno menepuk pundaknya dan membawa Jeno kembali pada pikiran rasionalnya. Ia menghela nafas dan memandang Jaemin yang masih diam tidak merespon dan kembali fokus pada Siwon.

"Jika kau menginginkannya, bukankah kau harusnya meminta izin pada pemiliknya?" Ucap Jeno.

"Pfft" Siwon terkekeh singkat, "pemilik? Apa maksudmu dirimu sendiri? What a joke. Jika kau membiarkan peliharaanmu disakiti dan kau diam saja atau bahkan ikut menyakitinya. Aku rasa kau tak pantas lagi disebut pemilik."

Jeno merasa amarahnya hampir tak terkendali mendengar kata-kata provokatif Siwon. Semua yang terjadi belakangan ini telah membebani dirinya—bisik-bisik di belakang punggung Jaemin, kecurigaan tanpa dasar yang terus merayap di antara tim mereka, dan sekarang, Siwon berdiri di hadapannya, seolah-olah Jaemin adalah hak milik yang bisa diperebutkan.

Jaemin tetap diam di belakang Jeno, wajahnya tersembunyi di balik hoodie besar yang menutupi sebagian besar tubuhnya. Matanya menatap kosong ke depan, seolah-olah tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekelilingnya. Dia sudah terlalu lelah menghadapi semua ini.

Bond IN Bondage S2 || Nomin~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang