Jeno berdiri diam, mencoba meresapi kata-kata Lucas. Pikirannya berputar dengan cepat, berusaha menelaah setiap detail yang selama ini mungkin terlewatkan. Jaemin, sosok yang selalu ada di sisinya, yang tak pernah ia curigai sedikit pun, kini menjadi subjek kecurigaan. Namun, jauh di dalam hatinya, Jeno tahu betapa sulitnya menerima kemungkinan itu.
"Lucas," Jeno berbicara perlahan, mencoba mengendalikan emosi yang menggelora. "Jaemin... dia bukan pengkhianat. Aku yakin."
Lucas mengangkat alisnya sedikit, tapi tidak memotong. "Aku tahu itu sulit diterima, tapi kita tidak bisa mengabaikan kemungkinan ini begitu saja. Apa kau lupa siapa Jaemin sebelum kau jinakkan? Dia dijuluki 'wajah kampus' bukan hanya karena wajahnya, tapi juga kenyataan prestasinya yang membuat dia sering mewakili kampus kemana-mana. Apa kau pikir itu semua bisa hilang begitu saja harnya karena kau jinakkan?"
Jeno menggigit bibirnya, pandangannya berkabut oleh pikiran yang semakin kusut. Apa pun yang terjadi, dia harus tetap jernih. Jika ada satu hal yang ia pelajari selama ini, itu adalah bahwa perasaan bisa menipu, tapi fakta—fakta selalu ada di sana, menunggu untuk ditemukan.
"Jika benar Jaemin pengkhianat, aku yang akan bertanggung jawab atas semuanya," kata Jeno akhirnya. "Aku akan menyelidiki, seperti yang kau minta, tapi aku tidak akan menuduh Jaemin tanpa bukti yang jelas."
Lucas mendesah pelan, tapi mengangguk setuju. "Baik, Jeno. Aku tidak ingin membuatmu meragukan orang yang kau percayai. Tapi ingatlah, waktu kita tidak banyak. Jika pengkhianat itu benar-benar Jaemin atau orang lain yang dekat denganmu, kita harus bergerak cepat sebelum terlambat, untuk kita, dan juga untukmu."
Jeno menatap Lucas tajam. "Aku paham."
Lucas memalingkan wajahnya sejenak, mengintip keluar jendela yang buram oleh hujan. "Aku akan menjaga posisiku dan menyelidiki dari sini. Pastikan kau hati-hati. Pengkhianat itu mungkin sudah lebih dekat daripada yang kita kira."
Jeno merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. Ia berbalik dan melangkah keluar dari bangunan tua itu, kembali ke dalam hujan yang tak kunjung reda. Udara malam yang dingin menusuk kulitnya, tapi itu tidak sebanding dengan kekacauan yang kini berputar di dalam benaknya.
Dia berjalan dengan langkah cepat, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan. Apakah mungkin Jaemin benar-benar mengkhianatinya? Tidak, Jeno menepis pikiran itu. Jaemin bukan pengkhianat. Apa perasaannya pada Jaemin bisa membuatnya benar-benar buta dan mengabaikan semua sinyal yang ada? Karena ia yakin, ia tak pernah melewatkan apapun tentang Jaemin.
Setelah pertemuan dengan Lucas, Jeno kembali ke basecamp dengan perasaan yang berat. Hujan masih turun deras, membasahi jaketnya dan membuat kepalanya terasa semakin berat. Jalanan sepi, hanya suara langkahnya yang terdengar di sela-sela hujan yang menghantam aspal. Ketika dia sampai di lantai ruangannya, tangannya sempat ragu untuk membuka gagang pintu. Bagaimana dia bisa menghadapi Jaemin setelah semua yang dikatakan Lucas?
Saat pintu akhirnya terbuka, Jeno masuk ke dalam dengan langkah pelan. Jaemin sudah menunggunya, duduk di sofa dengan mata yang seakan menelusuri setiap gerakan Jeno. Di dalam ruangan, atmosfer terasa tegang, dan meski Jaemin tak mengatakan apa pun, dia langsung bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres.
Jeno, yang biasanya langsung duduk di samping Jaemin atau setidaknya memberikan senyuman kecil, kali ini tampak lebih gelisah. Dia tidak memandang Jaemin dengan cara yang biasa—pandangan yang penuh kasih sayang dan keterbukaan. Sebaliknya, pandangannya seperti terpecah, seolah pikirannya berada di tempat lain. Gerak-geriknya kaku dan canggung; ia meletakkan jaketnya sembarangan, sesuatu yang tidak biasanya dilakukan Jeno yang selalu rapi.
Jaemin memperhatikan bagaimana Jeno berusaha menghindari kontak mata, bagaimana langkahnya lebih lambat dan seolah penuh pertimbangan, bahkan ketika dia berjalan menuju dapur untuk mengambil air. Saat Jeno kembali dengan segelas air di tangannya, dia tidak langsung duduk di dekat Jaemin seperti biasanya. Sebaliknya, dia tetap berdiri, tangannya sedikit gemetar saat meminum air itu.
"Bagaimana pertemuannya?" Jaemin bertanya, suaranya datar, mencoba menangkap ekspresi Jeno yang tampak gelisah.
Jeno menjawab dengan nada yang lebih pendek dari biasanya, "Semuanya baik-baik saja," tanpa menatap Jaemin sepenuhnya. Tangannya mencengkeram erat gelas yang kini setengah kosong, seakan berusaha menahan sesuatu di dalam dirinya. Jaemin melihat itu—ketegangan yang tak biasa, kebohongan terselubung di balik kata-kata Jeno yang biasanya jujur dan terbuka.
Ketika Jeno akhirnya duduk di sofa, dia memilih untuk menjaga jarak. Jaemin menyadari betul bahwa biasanya Jeno akan duduk di sebelahnya, mungkin mengistirahatkan kepalanya di bahu Jaemin untuk menghilangkan stres. Namun kali ini, Jeno malah tampak menjauh. Dia duduk di ujung sofa, dengan sikap tubuh yang tertutup, lengannya disilangkan di dada seolah-olah sedang melindungi dirinya dari sesuatu.
Keheningan semakin panjang. Jaemin menunggu, mencoba memberi Jeno waktu untuk berbicara, tapi tak ada penjelasan yang datang. Pada titik ini, Jaemin bisa merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar kecemasan. Ada sesuatu yang disembunyikan Jeno. Entah itu rahasia, ketakutan, atau lebih buruk lagi—kecurigaan.
"Jeno," panggil Jaemin lembut, mencoba memecah ketegangan. Namun ketika Jeno mengangkat wajahnya, Jaemin bisa melihat dengan jelas di mata Jeno—rasa bimbang, rasa ragu, dan... ketidakpercayaan. Hal itulah yang membuat Jaemin akhirnya menyadari sesuatu yang lebih besar sedang terjadi.
"Apa kau sekarang mencurigaiku?" ujar Jaemin akhirnya, dengan suara tenang, namun dengan tatapan yang menyelidik tajam. Ia tahu bahwa perilaku Jeno yang aneh malam itu bukan hanya karena kelelahan atau masalah biasa. Ada sesuatu yang lebih serius—dan itu menyangkut dirinya.
To Be Continued..
Jangan lupa Like and Comment nya yaa...
Mari tebak2an, siapakah pengkhianatnya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Bond IN Bondage S2 || Nomin~
Fanfiction"Take one more step and I swear I'll kill you." Ujar Jaemin dengan raut wajah tenang namun membawa nafsu membunuh di matanya. "Be good and I'll bring you to Cloud Nine." Ujar Jeno. _BXB _Boys Love _Hardcore _BDSM _Torture _Punishment _Thriller BUKAN...