Jeno bersama tim kembali ke basecamp dengan kelelahan yang jelas terpancar di wajah mereka. Meski kemenangan kecil diraih dengan berhasil melukai Siwon, ada rasa ketegangan yang menggantung di udara. Jaemin, yang selama ini berada di tengah pusaran kecurigaan dan pengkhianatan, tetap diam sejak mereka kembali ke basecamp. Namun, yang paling menonjol adalah bagaimana dia mulai menghindari Jeno sepenuhnya.
Jeno, yang merasa lega setelah menyelamatkan Jaemin dari fitnah dan permainan licik Lucas, berharap bisa berbicara dengan Jaemin. Dia ingin menenangkan pasangannya, memastikan bahwa semuanya baik-baik saja di antara mereka, terutama setelah peristiwa malam itu. Namun, setiap kali Jeno mencoba mendekati Jaemin, pemuda itu dengan halus, namun jelas, menghindarinya.
Saat mereka tiba di basecamp, semua anggota tim bersiap untuk evaluasi singkat dari Jaehyun. Mark dan Xiaojun sibuk dengan perangkat komunikasi, memastikan semua sistem aman setelah kerusakan yang terjadi. Jaemin, tanpa berkata apa-apa, berjalan melewati Jeno yang berdiri di dekat pintu masuk, dan langsung menuju ruang latihannya tanpa menoleh sedikit pun.
Jeno memperhatikan langkahnya yang cepat dan tertutup, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Biasanya, meskipun Jaemin lebih pendiam, dia tidak pernah menghindarinya sejauh ini. Kekhawatiran mulai merayap dalam benak Jeno, membuatnya ingin segera mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Aku akan mengeceknya," ujar Jeno pada Jaehyun, yang hanya mengangguk sebagai tanda setuju, mengerti kekhawatiran yang terlihat di mata Jeno.
Namun, begitu Jeno mendekati ruang latihan Jaemin, dia merasa ragu. Seluruh perjalanan ini terasa berat, dan ada ketegangan yang tak dapat dijelaskan di antara mereka. Jeno mengetuk pintu dengan hati-hati.
"Jaemin?" suaranya terdengar lembut namun tegas.
Tidak ada jawaban.
Jeno mengetuk sekali lagi, kali ini sedikit lebih keras. "Jaemin, kita perlu bicara."
Masih tidak ada suara dari dalam. Namun Jeno tahu Jaemin ada di dalam kamar itu—dia melihatnya masuk beberapa saat yang lalu. Keheningan yang mengikuti membuat Jeno semakin resah. Akhirnya, setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, pintu terbuka sedikit. Namun, hanya cukup untuk menunjukkan bahwa Jaemin memang berada di dalam, dengan ekspresi wajahnya yang tertutup oleh bayangan ruangan yang gelap.
"Aku tidak ingin bicara sekarang," ujar Jaemin pelan, suaranya nyaris tak terdengar namun penuh penegasan.
Jeno terkejut mendengar nada dingin itu. Selama ini, meski Jaemin seringkali pendiam, dia tidak pernah bersikap seolah menutup dirinya sepenuhnya dari Jeno. Ada sesuatu yang berbeda kali ini—sesuatu yang membuat Jaemin menjauh dengan cara yang tak biasa.
"Jaemin, aku—" Jeno mencoba berbicara, tapi Jaemin memotongnya.
"Jangan," Jaemin menggeleng pelan, menghindari tatapan Jeno. "Aku tidak ingin mendengar apapun darimu saat ini."
Pintu ruangan Jaemin tertutup lagi, meninggalkan Jeno berdiri di luar dengan perasaan campur aduk. Rasa frustrasi dan kebingungan menyelimuti dirinya. Ia tidak tahu apa yang salah, atau mengapa Jaemin bersikap seperti ini. Semua yang telah terjadi seharusnya sudah selesai, atau setidaknya, itulah yang Jeno pikirkan. Namun, jelas bahwa bagi Jaemin, masalahnya belum selesai.
Jeno melangkah mundur dari pintu, merasa kehilangan arah. Ia berbalik dan berjalan menuju ruang tengah, di mana anggota tim lain berkumpul. Jaehyun, yang sudah menyelesaikan evaluasi dengan tim, melihat Jeno yang tampak gelisah dan mendekatinya.
"Bagaimana?" tanya Jaehyun dengan nada penuh perhatian.
Jeno menghela napas panjang, lalu menggeleng. "Dia tidak mau bicara. Aku tidak tahu apa yang salah, tapi dia menghindariku."
Jaehyun mengangguk pelan, tampak merenung sejenak sebelum berbicara lagi. "Biarkan dia punya waktu sendiri dulu. Mungkin dia butuh waktu untuk memproses semuanya. Banyak yang terjadi dalam waktu singkat."
Jeno mengangguk, meskipun hatinya masih berat. Dia tahu bahwa Jaehyun benar, tetapi sulit baginya untuk hanya menunggu sementara Jaemin terus menjauh. Ada sesuatu yang mengganggu Jaemin, dan Jeno merasa bertanggung jawab untuk memperbaikinya—tapi dia tidak tahu harus mulai dari mana.
Sementara itu, di dalam ruangannya, Jaemin duduk sendirian di sudut, memeluk lututnya. Pikirannya penuh dengan konflik dan kebingungan. Meski Jeno dan tim lainnya telah menyelamatkannya dari fitnah, ada perasaan yang tak bisa ia hilangkan—perasaan bahwa ia telah menjadi beban bagi tim. Kata-kata Siwon dan Lucas masih terngiang di kepalanya, memperdalam luka yang sudah ada. Semua kecurigaan, rasa bersalah, dan tekanan yang ia rasakan selama ini perlahan-lahan menggerogoti ketenangannya. Dan kini, meski semuanya tampak berakhir, Jaemin merasa lebih terasing dari sebelumnya.
"Apakah aku benar-benar bagian dari mereka?" pikir Jaemin dalam kesunyian malam.
To Be Continued..
Jangan Lupa Like and Comment nya ya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Bond IN Bondage S2 || Nomin~
Fanfiction"Take one more step and I swear I'll kill you." Ujar Jaemin dengan raut wajah tenang namun membawa nafsu membunuh di matanya. "Be good and I'll bring you to Cloud Nine." Ujar Jeno. _BXB _Boys Love _Hardcore _BDSM _Torture _Punishment _Thriller BUKAN...