37 - Awakening the Fury

438 51 18
                                    

Setelah mengeluarkan semua yang ada dipikirannya sambil berteriak, Jaemin merasakan emosi yang awalnya terasa membendung dihatinya menjadi lebih ringan. Ia sadar alasan kenapa begitu sulit untuk memahami semua perasaaan ini sebelumnya, itu karena ia bahkan tidak membiarkan perasaaan itu keluar untuk bisa ia kenali.

Jaemin menatap ekspresi Jeno yang menunjukkan kebingungannya untuk merespon ucapannya. Tapi entah kenapa hal ini juga membuatnya merasa semakin kesal kepada Jeno.

"Another silence? Yeah, nice." Jaemin mendengus sebelum berdiri dan berjalan menuju pintu. Ia tidak ingin berada satu ruangan dengan Jeno saat ini, meskipun itu berarti ia harus keluar dari sarang pelariannya. "Keep being silent. I've enough!."

Teriakan Jaemin yang memaki Jeno telah membuat anggota lain berkumpul di luar ruang latihan. Begitu Jaemin membuka pintu, ia tertegun sejenak dengan orang-orang yang mengerubungi pintu ruangan itu. Namun lagi-lagi ia merasa kesal dengan melihat semua wajah yang terdiam didepannya.

Jaemin berhenti sejenak di ambang pintu, menatap wajah-wajah anggota tim yang berdiri di sana—Mark, Haechan, Jaehyun, Xiaojun, dan beberapa lainnya. Mereka semua terlihat terkejut dan canggung, tidak tahu harus berkata apa setelah mendengar ledakan emosionalnya. Satu-satunya yang bisa Jaemin tangkap dari situasi ini adalah kesunyian. Lagi-lagi, kesunyian yang membuatnya merasa semakin jauh.

Mark, yang paling dekat dengan Jaemin, mencoba mengambil langkah kecil ke arahnya, tapi Jaemin menghentikannya dengan tatapan tajam. "Don't," katanya tegas, suaranya masih penuh dengan sisa-sisa kemarahan yang belum reda. "Just... don't." Jaemin merasa seolah-olah seluruh tubuhnya bergetar oleh emosi yang baru saja ia lepaskan, dan meskipun ia merasa sedikit lebih ringan, ia belum siap untuk menghadapi mereka.

Tanpa berkata lebih banyak, Jaemin berjalan melewati mereka semua. Rasanya seperti berjalan di antara orang-orang yang tidak lagi ia kenal. Setiap langkahnya terasa berat, seperti melangkah keluar dari zona nyaman yang sudah ia bangun, meskipun itu adalah ruang pelariannya.

Jaehyun menoleh pada Jeno, yang masih berdiri di dalam ruangan dengan ekspresi terpukul. "Jeno, what happened?" tanya Jaehyun dengan nada yang menggabungkan rasa khawatir dan kebingungan.

Jeno tidak menjawab seketika. Ia masih terdiam, seperti terperangkap dalam pikirannya sendiri. Ledakan Jaemin barusan benar-benar mengguncangnya. Jaemin telah mengatakan hal-hal yang tidak pernah terpikir olehnya. Bahwa dia merasa ditinggalkan, terluka oleh diamnya Jeno—hal yang Jeno pikir adalah cara terbaik untuk melindungi Jaemin, ternyata malah membuatnya tersiksa.

"Jaemin... he said I left him," Jeno akhirnya berkata, suaranya rendah dan penuh kebingungan. "I thought I was protecting him by staying quiet, but it only made things worse."

Mark mengangguk, seolah-olah dia sudah memperkirakan ini. "Sometimes silence isn't what people need, Jeno. Especially not Jaemin. He needed you to be there with him, not just silently watching over him."

***

Selama masa di mana Jaemin dicurigai sebagai pengkhianat, Mark, Haechan, Jaehyun, dan Taeyong sebenarnya berada dalam posisi yang sulit. Pada saat rumor tersebut mulai beredar, keempatnya sedang menjalani misi di luar basecamp, jauh dari hiruk-pikuk intrik yang sedang berkembang di antara anggota lain.. Fokus mereka sepenuhnya pada tugas yang diberikan, yaitu mengumpulkan intelijen dan melindungi pergerakan tim dari ancaman luar.

Lucas dan Jungwoo memanfaatkan ketidakhadiran empat pilar penting ini untuk menjalankan rencana licik mereka, mengetahui bahwa tanpa kehadiran Mark, Haechan, Jaehyun, dan Taeyong, tidak ada yang bisa segera membela atau melindungi Jaemin. Ketika akhirnya mereka kembali ke basecamp setelah beberapa hari, kelelahan dan merasa lega karena misi berhasil, mereka segera menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Atmosfer di basecamp terasa tegang dan canggung, terutama ketika mereka melihat Jaemin yang tampak terasing dan jauh dari anggota lain. Mark langsung merasakan ada sesuatu yang tidak beres, namun ia tidak tahu bagaimana memulai percakapan tentang hal ini. Haechan, yang biasanya ceria dan santai, merasa bahwa ada sesuatu yang berubah dalam dinamika tim, namun dia tidak tahu apa yang terjadi.

Bond IN Bondage S2 || Nomin~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang