19 - Mental Break

3.3K 148 16
                                    

"You better not regret it at night, babe." Bisik Jeno yang mengepalkan tangannya dan menggertakkan giginya untuk menahan nafsunya pada Jaemin. Bisikan Jeno di telinga Jaemin itu membuat tubuhnya merinding, entah karena sugesti atau instingnya yang merasakan bahaya dari suara itu.

Jaemin merasakan getaran pelan dari mainan di lubangnya. Ia langsung melirik kearah Jeno yang bahkan tidak melihat kearahnya sama sekali. Jeno benar-benar langsung menghayati ajakan Jaemin untuk mengikuti kemauannya yang hanya bermain dengan sex toy saat ini.

Jeno dan Jaemin berjalan mengelilingi Voldenpark. Namun semakin lama mereka berjalan, semakin jauh pula Jaemin tertinggal dari Jeno karena langkahnya yang sering terhenti dan hanya bisa melangkah pendek karena tubuhnya secara reflek menegang dari stimuli getaran di lubangnya yang kadang tepat menyentuh soft spot nya.

Jaemin menggerutu sendiri karena Jeno tidak menunggunya sama sekali. Dalam hati ia ingin sekali teriak memanggil Jeno untuk berhenti menunggunya atau setidaknya menanyakan keadaannya. Di belakang Jeno, ia membuat gesture mengejek Jeno namun detik itu juga Jeno berbalik tepat ketika Jaemin mengacungkan jari tengahnya pada Jeno.

Gasp... Jaemin terkesiap dalam posisi itu dan ketika sadar ia perlahan-lahan menurunkan tangannya dengan canggung sambil mengalihkan pandangannya untuk tidak menatap mata Jeno.

"Kau tahu aku bisa mengetahui dan mendengar semua hal yang lakukan dan ucapkan dibelakangku meskipun jarak kita cukup jauh kan?" Ujar Jeno santai sambil sambil berjalan kearah Jaemin.

Jaemin kembali menggerutu pada dirinya sendiri karena melupakan hal itu, padahal ia sebulan ini melakukan latihan dengan manusia-manusia sepertinya di sekitarnya. Ketika Jeno sampai di depannya, ia tidak mengucapkan apa-apa namun detik berikutnya Jaemin terduduk di tanah sambil memeluk perut bagian bawahnya karena Jeno tidak segan-segan menaikkan getaran sex toy-nya ke tingkat maksimal.

Jaemin dapat merasakan dengan jelas bagaimana mainan itu bergetar tepat di prostate nya. Tak hanya itu, karena mainan ini juga terhubung ke penisnya, ia juga merasakan getaran di pangkal penis dan testisnya.

Jaemin terengah-engah menarik nafasnya. Ia tidak sedang olahraga namun ia merasa kesulitan untuk menarik nafas dengan normal. Satu tangannya meraih celana Jeno yang berdiri di depannya untuk memintanya berbelas kasih dan mematikan mainan ini.

Jeno menyadari mata pengunjung lain yang mulai menarah kepada mereka. Ia pun ikut berjongkok memberikan kesan bahwa ia sedang memeriksa keadaan Jaemin. Namun kenyataannya ia hanya menemani Jaemin dengan senyuman tipis menikmati ekspresi Jaemin yang memohon padanya untuk menghentikan mainan di lubangnya.

"Berdirilah, semakin lama kau seperti ini akan semakin banyak orang yang melihat kearahmu. Kau tidak ingin semua orang disini tahu bahwa kau adalah seorang pervert yang pergi ke taman, tempat dimana banyak anak-anak dan wanita, dengan sex toy terpasang di penis dan juga lubangmu kan?..." Jeno mengangkat kepalanya dan melihat sekitarnya, memeriksa berapa orang yang sedang memerhatikan mereka.

"... kau juga bisa mendengar beberapa dari mereka mulai mengkhawatirkanmu dan mungkin sebentar lagi mereka akan memeriksamu kesini. Jadi, kau bisa kan menahan ejakulasi mu sampai kita keluar dari sini? Hm?" Lanjut Jeno, masih dengan wajah tenang tanpa melakukan sesuatu pada remote di tangannya.

Pikiran Jaemin yang terfokus pada indra perabanya yang membuat tubuhnya begitu sensitif di area kemaluannya, seketika merasa cemas dengan ucapan Jeno, ia yang panik tak mampu memfokusnya pendengarannya pada apa yang dibicarakan oleh orang-orang di sekitarnya. Ketakutan akan orang-orang yang mengetahui keadaanya membuat mental Jaemin shutdown dan air mata mulai keluar dari matanya.

Jeno yang melihat itu, langsung berdecak lidah dan menggendong Jaemin keluar dari taman itu. Tidak mungkin ia membiarkan orang lain melihat ekspresi Jaemin yang begitu mengundang hasrat.

Jaemin memeluk Jeno erat masih sambil terisak, ia masih kesal dengan perlakuan Jeno yang mengabaikannya. Ia tidak suka ketika Jeno tidak memerhatikannya. Ia tidak masalah jika Jeno bermain dengan segala macam cambuk ataupun hukuman yang ia lakukan padanya karena ia tahu Jeno memerhatikan dirinya, namun ia tidak suka ketika mata Jeno tidak lagi memandangnya lembut.

"Kau... mengabaikanku." Isak Jaemin dalam pelukan Jeno, ketika mereka telah sampai di mobil dan Jeno masih mendekapnya karena Jaemin tidak juga berhenti menangis.

"Kapan aku mengabaikanmu?" Balas Jeno lembut. Mendengar suara Jeno yang kembali melembut justru membuat Jaemin semakin memeluk erat Jeno.

Jeno tak mendengar jawaban Jaemin, namun ia tetap membalas erat pelukannya. Ia menyangka Jaemin sudah memiliki mental yang cukup kokoh sejak datang ke Amsterdam, namun ternyata rasa diabaikan olehnya bisa dengan mudah menghancurkan mentalnya. Bahkan selama latihan, Jaemin tidak pernah mengeluh sulit ataupun berat untuknya. Perasaan Jeno bercampur antara ia yang merasa tenang bahwa dirinyalah satu-satunya yang bisa menyentuh pertahanan Jaemin namun juga ia khawatir bahwa dirinya jugalah yang bisa menghancurkan Jaemin.


TO BE CONTINUED...

Jangan Lupa Like and Comment nya ya...

Makasih banget buat semua yang udah comment di chapter sebelumnya.. Hehe, aku terharu masih ada yg semangat sama update-an dari ku.. Makanya bisa update lumayan cepat untuk chapter ini, ehe~

Dua chapter terakhir bisa update cepat karena emang ga sepanjang chapter-chapter sebelumnya karena dulu aku nargetin per chapter nya 1000 kata.. Tapi ya gapapalah ya, kan udah update juga, ehe

Bond IN Bondage S2 || Nomin~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang