Jaemin perlahan menyeka air matanya, mencoba menguasai diri. Ia mengangkat wajahnya, bertemu dengan tatapan Jeno yang masih tampak rapuh namun begitu tulus. Di dalam matanya, terselip rasa syukur dan kehangatan yang hanya mereka berdua yang tahu. Sejenak, mereka saling berpandangan dalam keheningan, seakan dunia luar telah lenyap, dan yang tersisa hanya ruang kecil yang dipenuhi harapan baru.
Jeno berusaha membuka bibirnya, mencoba berbicara, namun hanya sebuah bisikan pelan yang keluar, nyaris tak terdengar. "You... 're here, Jaemin?" tanyanya dengan suara parau, seakan memastikan bahwa semua ini bukan sekadar mimpi yang melintasi benaknya selama ia terbaring dalam ketidaksadaran.
Jaemin mengangguk dengan senyuman lemah, meraih tangan Jeno yang terulur, menguatkannya dengan genggaman yang erat. "I'm here... I'm always here, Jeno," jawabnya dengan nada penuh keyakinan.
Jeno menarik nafas lemah. "I'm sorry... Aku membuatmu menunggu terlalu lama," bisiknya, dengan rasa bersalah yang tampak jelas.
Jaemin menggeleng cepat, menekan tangan Jeno lembut. "Kau tidak perlu minta maaf, Jeno. Karena akhirnya kamu kembali."
Mereka kembali tenggelam dalam keheningan, namun kali ini keheningan yang berbeda—keheningan yang penuh makna dan kedamaian. Jaemin merasa seakan bebannya selama ini luruh begitu saja, hanya dengan melihat Jeno kembali dan menyadari bahwa mereka masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki segalanya.
Tiba-tiba, suara pintu yang terbuka pelan menarik perhatian mereka berdua. Mark, Jaehyun, dan Haechan berdiri di ambang pintu, terlihat terkejut namun sekaligus lega melihat Jeno akhirnya sadar. Jaehyun adalah yang pertama kali melangkah masuk, dengan senyum tipis yang jarang terlihat di wajahnya.
"Kau benar-benar kembali, Jeno," ucapnya pelan, penuh rasa syukur.
Haechan dan Mark ikut mengangguk setuju. Haechan, yang biasanya selalu penuh dengan kata-kata, kali ini hanya menatap dengan tatapan lega, matanya tampak berkaca-kaca. Mark menepuk bahu Haechan, seolah mengisyaratkan bahwa semuanya akan baik-baik saja mulai dari sekarang.
Jeno mencoba tersenyum lebih lebar, namun kelelahannya tampak jelas. "Terima kasih... kalian semua... sudah menjaga Jaemin."
Jaemin hanya tersenyum, namun dalam hatinya ia tahu bahwa ini hanyalah awal dari perjalanan baru mereka. Ia yakin bahwa bersama teman-temannya, mereka dapat membangun kembali apa yang sempat hancur dan memulai cerita yang lebih baik, dengan Jeno yang kini ada di sisinya, seperti yang selalu ia impikan.
Setelah beberapa saat berbincang dengan Jaemin dan rekan-rekan tim yang datang menjenguk, tubuh Jeno perlahan menyerah pada kelelahan yang masih membelenggunya. Matanya yang tadinya menatap penuh kehangatan kembali mulai sayu, dan akhirnya ia pun terlelap dengan napas yang tenang. Jaemin menghela napas, menyelimuti tubuh Jeno dengan hati-hati, tak ingin mengganggu tidurnya yang begitu berharga setelah sekian lama.
Tak lama setelah Jeno tertidur, Irene—dokter yang sudah merawatnya sejak awal—datang memasuki ruangan. Dia tersenyum lembut saat melihat Jaemin yang masih setia di samping Jeno. "Bagaimana keadaannya?" Irene bertanya sambil mendekati monitor yang terhubung dengan alat pengukur aktivitas otak Jeno.
Jaemin menoleh, wajahnya tampak lega. "Dia sadar beberapa saat tadi," jawabnya pelan. "Dia bahkan bisa bicara... meskipun hanya beberapa kata."
Irene tersenyum lebar mendengar kabar itu. Ia memperhatikan layar monitor, dan matanya berbinar ketika melihat peningkatan aktivitas di otak Jeno. "Ini perkembangan yang luar biasa," katanya. "Aktivitas otaknya sudah kembali pada level yang menandakan kesadaran penuh. Ini berarti kesadarannya benar-benar telah pulih, meskipun tubuhnya masih butuh waktu untuk benar-benar kuat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bond IN Bondage S2 || Nomin~
Fanfiction"Take one more step and I swear I'll kill you." Ujar Jaemin dengan raut wajah tenang namun membawa nafsu membunuh di matanya. "Be good and I'll bring you to Cloud Nine." Ujar Jeno. _BXB _Boys Love _Hardcore _BDSM _Torture _Punishment _Thriller BUKAN...