Malam itu, misi di pelabuhan dimulai.
Tim bergerak dalam senyap. Mereka tahu bahwa pelabuhan tua itu dijaga ketat oleh kelompok lawan. Semua orang memegang peran penting, dan setiap langkah harus tepat. Jaemin ikut serta dalam tim penyerbu bersama Jeno dan Lucas, sementara yang lainnya mengawasi dari jarak aman.
Ketika mereka tiba di titik yang telah ditentukan, semuanya tampak berjalan sesuai rencana—hingga tiba-tiba suara sirene berbunyi. Lampu sorot langsung menyala, menyapu pelabuhan yang tadinya sepi. Suara langkah kaki prajurit musuh terdengar semakin dekat.
"Mundur!" seru Lucas, sementara tim mereka langsung terpencar mencari perlindungan.
Jeno bergerak cepat, menarik Jaemin masuk ke salah satu lorong sempit. Mereka berhasil menghindari sorotan lampu, tetapi desingan peluru mulai terdengar di kejauhan. "Bagaimana mereka bisa tahu kita di sini?" Jaemin berkata, suaranya penuh kebingungan.
Jeno tidak menjawab. Di dalam kepalanya, pertanyaan itu terus berputar. Bagaimana mereka tahu? Mereka telah merahasiakan rencana ini dengan sangat baik. Tapi di sini mereka, terjebak dalam penyergapan yang jelas-jelas sudah direncanakan oleh musuh.
Saat mereka berlari ke tempat yang lebih aman, Jeno melihat dari kejauhan, Lucas bertukar sinyal dengan seseorang melalui radio yang disembunyikan di balik jaketnya. Sesuatu tentang gerak-gerik Lucas kali ini terlihat aneh, tapi dalam situasi seperti ini, Jeno tidak punya waktu untuk memikirkan lebih jauh.
Akhirnya, mereka semua berhasil mencapai titik aman, namun dengan kekalahan yang jelas—mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan informasi penting.
Esok harinya, keadaan semakin panas.
Seluruh tim mulai mempertanyakan apa yang salah. Beberapa anggota tim terang-terangan menuduh Jaemin sebagai penyebab kegagalan mereka. "Setiap kali dia ada di lapangan, informasi kita bocor! Ini bukan kebetulan lagi!" salah satu dari mereka berseru.
Jaemin, yang biasanya tenang, mulai kehilangan kesabarannya. "Aku tidak tahu kenapa kalian terus menuduhku! Aku sudah melakukan yang terbaik untuk tim ini, sama seperti kalian semua!"
Namun, sebelum diskusi itu semakin panas, Jeno yang tadi diam, tiba-tiba berkata, "Aku pikir kita semua harus lebih berhati-hati dalam menuduh siapa pun. Aku tidak yakin ini salah Jaemin."
Semua mata tertuju padanya. Lucas menatapnya dengan tajam, seolah-olah ingin menyelidiki lebih jauh maksud dari kata-kata Jeno. "Apa maksudmu, Jeno?" tanyanya, nada suaranya terdengar curiga.
Jeno merasa dorongan kuat untuk mengungkap kecurigaannya terhadap Lucas, tetapi ia tahu, jika ia bertindak terlalu cepat, hal itu bisa merusak segalanya. Ia menatap Lucas dalam-dalam sebelum berkata, "Aku hanya bilang, kita perlu lebih berhati-hati. Tidak ada bukti jelas siapa yang bertanggung jawab atas kebocoran ini."
Lucas menyipitkan matanya, tapi akhirnya mengangguk pelan. "Benar. Kita harus mencari tahu lebih dulu sebelum membuat tuduhan lebih lanjut." Namun, nada suaranya terdengar sedikit aneh bagi Jeno.
Malam itu, Jeno tidak bisa tidur. Ia terus memikirkan Lucas dan bagaimana reaksi Lucas saat ia mengatakan mereka harus berhati-hati. Sesuatu tidak cocok, dan Jeno semakin yakin bahwa Lucas mungkin menyembunyikan sesuatu.
Di saat yang sama, kejadian di pelabuhan terngiang di benaknya. Sesuatu tentang cara Lucas memberi sinyal melalui radio dan bagaimana penyergapan terjadi terlalu cepat, terasa salah. Ada detail-detail kecil yang tidak cocok.
Jeno tahu bahwa jika Lucas benar-benar pengkhianat, dia harus bertindak cepat. Tapi untuk itu, dia butuh bukti. Bukti yang tak bisa disangkal.
Dan malam itu, Jeno memutuskan untuk menyelidiki Lucas secara diam-diam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bond IN Bondage S2 || Nomin~
Fanfiction"Take one more step and I swear I'll kill you." Ujar Jaemin dengan raut wajah tenang namun membawa nafsu membunuh di matanya. "Be good and I'll bring you to Cloud Nine." Ujar Jeno. _BXB _Boys Love _Hardcore _BDSM _Torture _Punishment _Thriller BUKAN...