Jaemin tercengang, hampir tak percaya mendengar usulan Jeno yang begitu terang-terangan. Ia menatap Jeno dengan mata membesar, sementara Jeno justru tersenyum lebar, jelas menikmati kebingungan Jaemin.
"Kau benar-benar tak tahu malu, ya?" Jaemin menggelengkan kepala, meski sudut bibirnya perlahan tertarik ke atas, menunjukkan senyuman kecil yang tak bisa ia sembunyikan.
Jeno tertawa, tapi tatapannya penuh harapan. "Kau sudah tahu, kan, kalau aku ini keras kepala," katanya dengan nada ringan. "Dan hanya kau yang bisa mengendalikanku."
Jaemin menghela napas, jantungnya berdebar lebih cepat. Meski sebenarnya ia ragu, bagian dari dirinya tahu bahwa momen ini telah lama ia nantikan. Mungkin ini bukan waktu yang sempurna, tetapi perasaan di antara mereka tak lagi bisa mereka abaikan. Ia pun menatap Jeno dalam-dalam, mencoba mencari kepastian dalam mata yang selama ini selalu ia rindukan.
"Baiklah, tapi kau harus janji... jangan paksa dirimu. Kalau terasa sakit atau tidak nyaman, beritahu aku," kata Jaemin, menekan suaranya agar tetap tenang.
Jeno mengangguk pelan, kali ini ekspresinya lebih serius. "Aku janji, Jaem. Dan aku sepenuhnya percaya padamu. Once again, my body will be at your mercy."
Dengan lembut, Jaemin mulai mendekat, menyentuh wajah Jeno dengan penuh perasaan. Ia merasakan seluruh dirinya tenggelam dalam keintiman yang mereka bagi, merasakan detik-detik yang begitu dalam dan bermakna. Sambil terus memastikan Jeno nyaman, mereka perlahan melangkah ke dalam momen yang telah lama mereka tunggu.
Bagi mereka berdua, ini bukan sekadar pelampiasan, tetapi sebuah penyatuan yang melibatkan hati dan jiwa—sebuah penegasan bahwa meskipun telah banyak rintangan yang mereka lalui, perasaan mereka tetap utuh. Jaemin tahu keadaan mereka sebelumnya tidaklah ideal namun ia telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap bersama Jeno selamanya selama ia kembali padanya.
Jaemin memposisikan dirinya diatas Jeno, dapat ia lihat wajah antisipasi dari Jeno yang masih bersandar di tempat tidurnya.
"Hm, kau yakin ranjang ini kuat kan?" Tanya Jaemin tiba-tiba. Jeno melebarkan matanya mendengar ucapan Jaemin sebelum ia tertawa keras karena kebodohan yang begitu imut dari pasangannya.
"Ahahaha, semuanya tergantung permainanmu, atau kau sudah memikirkan hal-hal liar yang bisa merusak ranjang ini?" Jaemin hanya menggembungkan pipinya mendengar tuduhan Jeno.
"Jika kau benar-benar memikirkannnya, aku sangat menantikannya apa kita bisa mengetes kekuatan ranjang ini." Lanjut Jeno sambil meletakkan tangannya di pinggang Jaemin yang duduk di perutnya, mengantisipasi dengan sangat apa yang akan dilakukan Jaemin.
"Kau benar-benar menyebalkan! Aku perlu mengumpulkan keberanianku untuk naik keatasmu seperti ini, tapi kau sudah menertawakanku." Protes Jaemin.
Jeno merespon dengan cepat merasakan perubahan emosi Jaemin. Ia langsung duduk dan menahan tubuh Jaemin yang diatasnya agar tidak terdorong dengan memeluknya.
"Maaf maaf, aku hanya bercanda. Ekspresimu terlalu tegang, Jaem. Aku masih mengingat ekspresimu ketika memohon untuk klimaks padaku, aku sudah melihat semua bagian tubuhmu. Kenapa kau masih malu-malu? Apa karena sudah lama? Kau tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa. Kau dimataku akan selalu menjadi Jaemin, orang terpenting dan paling dicintai oleh Lee Jeno." Ucap Jeno.
Jeno memang mengharapkan Jaemin akan mengambil inisiatif tapi sepertinya setelah sekian lama, Jaemin butuh pemicu untuk mengembalikan karakter submisif yang sudah ia latih sebelumnya. Ia pun tidak menunggu reaksi Jaemin dan segera menciumnya.
Jaemin membalas ciuman Jeno, diawali dengan kecupan lembut hingga membawanya pada cloud nine. Ia tidak ingat sejak kapan Jeno sudah melepas bajunya dan melepas jubah pasiennya.
Tonjolan diselangkangan Jaemin makin mengeras, sensasi itu cukup untuk membuat Jaemin terangsang dan merespon dengan mulai menggoyangkan pinggangnya.
Jeno mengerang pelan merasakan sensasi di penisnya yang masih tertutup celananya. Ia melepas ciumannya dengan Jaemin.
"Apa kau bisa mengambil alih sekarang?" Ujarnya.
Tak menunggu lama Jaemin turun dari pangkuan Jeno dan menempatkan diri diantara kaki Jeno. Ia menurunkan celana Jeno dan sedikit tertampar oleh penis Jeno dan berdiri tegak begitu terbebas dari celanannya.
Dalam hati Jaemin sudah sangat berniat untuk langsung memasukkan penis Jeno kedalam lubangnya, namun ia yakin hal itu tidak mungkin dilakukannya tanpa pemanasan. Terlebih karena sudah sekian lama mereka tidak melakukannya.
Ketika Jaemin mulai menjilati penis Jaemin untuk menjadikannya pelumas ketika memasuki lubangnya nanti, Jeno menghentikannya.
"Ubah posisimu Jaem, biarkan aku memainkan lubangmu juga." Jaemin mengerti maksud Jeno. Ia pun dengan mudah berpindah posisi diatas Jeno dan membuat pose terkenal 69.
Selain untuk membantu Jaemin mempersiapkan lubangnya, Jeno juga ingin memeriksa bagaimana lubang Jaemin setelah tak disentuhnya selama 6 bulan. Warna pink yang mengitarinya masih sama imutnya dengan wajah pemiliknya, pikir Jeno.
Jeno memulai dengan pelan, ia menyentuh bagian luarnya dan memainkan jarinya disekitar lubang Jaemin, Hal ini membuat Jaemin sedikit menggeliat karena sensasi geli, namun tangan Jeno yang lain menahan pinggang Jaemin untuk tetap diam.
Akhirnya Jeno memasukkan satu jarinya kedalam lubang Jaemin, tidak terasa sesempit yang ia kira, Jeno sedikit memainkan jarinya membuat lubang Jaemin terbiasa sebelum akhirnya mencoba memasukkan jari lain kedalamnya. Hal ini membuat lubang Jaemin menegang dan meremas jari Jeno. Kali ini mulai terasa sensasi sempit dari lubang Jaemin.
Sebelumnya Jeno bisa dengan mudah memasukkan tiga jarinya ke dalam lubang Jaemin. Hal ini membuat Jeno tak sabar untuk merasakan sensasi penisnya didalam lubang Jaemin.
Dengan dua jarinya, Jeno mulai mencoba untuk merenggangkan lubang Jaemin karena tidak mungkin bagi Jaemin memasukkan penisnya hanya dengan ini. Gerakan jari Jeno terasa intens bagi Jaemin. Ia seakan memeluk penis Jeno ketika tubuhnya menegang karena sentuhan Jeno.
Jeno akhirnya menambahkan jari ketiganya untuk memastikan lubang Jaemin siap menerima penisnya. Jaemin mendesah dengan tiga jari Jeno di lubangnya mulai memainkan prostate nya. Jaemin yang tak tahan dengan sensasi itu mulai menggerakkan pinggangnya untuk mendapatkan sensasi yang bisa membuatnya klimaks.
Jeno yang melihat Jaemin menggerakkan pingganggnya dengan semangat, memutuskan untuk membantu Jaemin mencapai klimaks. Ia ikut memainkan penis Jaemin dengan tangan satunya. Sensasi di kedua sisinya makin membuat gerakan Jaemin makin intens hingga akhirnya Jeno menekan keras prostate Jaemin dan membawanya pada klimaks pertamanya.
To Be Continued..
Jangan Lupa Like and Comment nya ya^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Bond IN Bondage S2 || Nomin~
Fanfiction"Take one more step and I swear I'll kill you." Ujar Jaemin dengan raut wajah tenang namun membawa nafsu membunuh di matanya. "Be good and I'll bring you to Cloud Nine." Ujar Jeno. _BXB _Boys Love _Hardcore _BDSM _Torture _Punishment _Thriller BUKAN...