Jaemin terbaring diam di bangku panjang yang sudah ia gunakan sebagai tempat tidur sementara, matanya menatap kosong ke arah langit-langit ruangan latihan yang kini terasa sepi. Rasanya sudah berhari-hari ia terjebak dalam siklus yang sama—bangun, menyendiri, dan tertidur lagi—tanpa arah atau tujuan. Setiap pagi, ia menemukan makanan, minuman, atau barang-barang kebutuhan lainnya di depan pintu, seperti sebuah isyarat bahwa tim memberinya ruang tanpa memaksakan interaksi. Namun, itu hanya semakin memperjelas bahwa Jaemin sedang menghindari semuanya.
Sebenarnya, ia tahu bahwa mereka, terutama Jeno, peduli. Namun, ada sesuatu yang tidak bisa diabaikan. Perasaan itu, meskipun tak bernama, tumbuh semakin besar setiap hari. Luka di dalam dirinya, meski tidak terlihat dari luar, masih terasa begitu dalam. Terkadang, saat ia mencoba mengerti apa yang ia rasakan, bayangan wajah Lucas dan Siwon kembali menghantui pikirannya. Kata-kata mereka, sindiran mereka, seakan menggema di kepalanya.
"Kau memang mudah dipermainkan. Mereka tidak akan pernah percaya padamu sepenuhnya."
Jaemin menarik napas dalam-dalam, berusaha meredam suara-suara itu. Meski semua sudah terbukti bahwa dirinya tidak bersalah, mengapa rasa sakit ini tak kunjung hilang? Dan mengapa Jeno—orang yang seharusnya paling mengerti dirinya—tak mampu sepenuhnya membuatnya merasa aman lagi?
Pintu ruang latihan terbuka sedikit. Dengan cepat, Jaemin berpura-pura tertidur. Ia tahu siapa yang masuk, dan untuk sesaat, ia berharap Jeno akan pergi setelah melihatnya tertidur. Namun, saat keheningan kembali menyelimuti ruangan, Jaemin membuka sedikit matanya dan melihat Jeno duduk di lantai, menyandarkan kepalanya di tepi bangku tempat Jaemin tidur.
Jeno ada di sini lagi. Namun, kali ini, sesuatu terasa berbeda. Jaemin menatapnya dari balik tubuh yang membelakangi Jeno. Tidak ada amarah atau frustrasi seperti sebelumnya. Hanya... kehampaan. Dia tidak merasa terganggu oleh kehadiran Jeno, tapi juga tidak merasa terhibur. Semua emosi terasa teredam, seolah-olah ia tak lagi mampu mengenali perasaannya sendiri.
Di dalam hati, Jaemin tahu bahwa Jeno hanya berusaha membantu. Namun, ada perasaan tertahan, luka yang belum bisa sembuh begitu saja. Setiap kali Jaemin melihat Jeno, hatinya berbisik: "Kau tahu dia peduli. Tapi mengapa kau merasa dikhianati?"
Itulah pertanyaan yang terus menghantuinya. Meskipun Jeno sudah menyelamatkannya dari fitnah, meskipun Jeno berusaha keras untuk membuat semuanya kembali seperti dulu, Jaemin masih merasa ada sesuatu yang hilang. Rasa aman yang selama ini ia dapatkan dari Jeno—rasa percaya bahwa tidak ada yang bisa menyakitinya selama Jeno ada di sisinya—telah terkikis.
Jaemin menghela napas pelan, berusaha mengabaikan suara napas Jeno yang tenang di sebelahnya. Kenapa sulit sekali untuk memaafkan? Bukankah semua sudah selesai? Mereka menang, Lucas tertangkap, dan Siwon terluka parah. Namun, meskipun semua fakta itu ada di depan mata, Jaemin merasa terasing dari semuanya. Rasa bersalah menggerogoti dirinya, bukan hanya karena orang-orang meragukannya, tapi juga karena ia merasa gagal mempercayai dirinya sendiri. Dan lebih dari itu, ia merasa gagal dalam hubungannya dengan Jeno.
Selama ini, Jaemin selalu berpikir bahwa Jeno akan selalu tahu apa yang terbaik untuknya. Mereka sudah melalui banyak hal bersama, dan kepercayaan itu tidak pernah tergoyahkan. Tapi sekarang, setelah semua yang terjadi, Jaemin merasa bahwa kepercayaan itu telah retak. Tidak sepenuhnya hilang, tapi tidak lagi utuh. Jeno mungkin telah menyelamatkannya secara fisik, tetapi secara emosional, Jaemin merasa ditinggalkan.
Malam itu, Jaemin tidak tidur. Ia tetap terbaring di bangku panjang, punggungnya membelakangi Jeno yang tertidur di lantai. Pikiran-pikirannya berputar, mencoba mencari jawaban atas emosi yang semakin tak ia mengerti. Perasaan kesal, kecewa, dan takut semuanya tercampur menjadi satu. Namun, yang paling jelas adalah rasa cemas bahwa ia tak akan pernah bisa kembali seperti dulu—kembali merasa nyaman dan aman di samping Jeno.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bond IN Bondage S2 || Nomin~
Fanfic"Take one more step and I swear I'll kill you." Ujar Jaemin dengan raut wajah tenang namun membawa nafsu membunuh di matanya. "Be good and I'll bring you to Cloud Nine." Ujar Jeno. _BXB _Boys Love _Hardcore _BDSM _Torture _Punishment _Thriller BUKAN...