Jaemin terdiam sejenak, hatinya berkecamuk antara rasa marah dan kecewa yang tak terbendung berkat Jeno dan teman-temannya. Ia menatap dalam ke mata Siwon, mencoba membaca niat tersembunyi di balik kata-kata yang licik itu. Tapi sebelum Jaemin bisa menjawab, ia mendengar suara langkah kaki yang dikenalnya—langkah yang tak mungkin ia lupakan.
"Jaemin!" Suara itu memecah malam yang sunyi, membuat Jaemin tersentak dan langsung menoleh.
Di ujung gang, Jeno berdiri, napasnya berembun ditengah malam Amsterdam. Wajahnya penuh dengan emosi yang tak tertahankan—antara cemas, marah, dan rasa sakit. Mata mereka bertemu sejenak, tapi rasanya seperti ribuan kata tak terucap. Jaemin merasakan getaran aneh di dadanya saat melihat Jeno di sana, seseorang yang selama ini selalu ia percayai, tetapi sekarang menjadi sumber luka terbesarnya.
"Jeno..." Jaemin berbisik, suaranya hampir tak terdengar.
Siwon melirik ke arah Jeno dengan senyum licik di wajahnya. "Oh, look who's here. Apa ini waktunya untuk drama kecil kalian?"
Jeno melangkah maju, tak menghiraukan Siwon sepenuhnya. "Jaemin, kita perlu bicara," katanya tegas, suaranya lebih dalam dari biasanya. Suara itu adalah suara yang biasa Jeno pakai dalam sesi permainan mereka. Tubuh Jaemin secara otomatis menegang tak bisa menolaknya. Tapi, jiwa submissive-nya kali ini harus ia tepis karena ia tidak lagi menginginkan master yang tak bisa ia percayai.
"Bicara?" Jaemin tersenyum pahit, emosinya meledak. "Kau bahkan tidak berusaha membelaku saat mereka semua menuduhku! Kau hanya diam. Kenapa kau baru bicara sekarang?"
Jeno terdiam. Ia tahu Jaemin benar, dan itu membuatnya merasa lebih bersalah. "Aku tahu aku salah. Tapi aku tidak pernah berpikir kau pengkhianat," ucapnya dengan nada penuh penyesalan.
Siwon, yang masih berdiri di dekat mereka, mengamati interaksi itu dengan penuh minat. "Lihat saja, Jaemin. Dia tak pernah benar-benar mendukungmu. Kau pantas mendapat yang lebih baik."
Jaemin melirik Siwon, lalu kembali menatap Jeno. Hatinya berkecamuk lebih dalam. Di satu sisi, ia ingin mendengar penjelasan Jeno, tapi di sisi lain, perasaan dikhianati membuatnya ingin melangkah lebih jauh dari semua ini. "Kenapa aku harus percaya padamu sekarang?" tanya Jaemin, nadanya getir.
Jeno maju lagi, mendekat ke Jaemin hingga hanya beberapa langkah memisahkan mereka. "Karena aku di sini. Karena aku tidak bisa membiarkanmu pergi begitu saja. Aku—" Jeno menghentikan kata-katanya, seakan ada sesuatu yang sulit ia ucapkan. Tapi Jaemin bisa merasakan ada emosi mendalam yang tersirat dari tatapan Jeno. Sesuatu yang selama ini mungkin tidak pernah ia sadari atau pilih untuk abaikan.
Melihat keraguan Jaemin, Siwon mengambil langkah ke depan, mencoba menarik perhatian Jaemin kembali dengan mengambil salah satu tangan Jaemin. "Kau tidak perlu mendengarkan dia, Jaemin. Kau bisa ikut denganku. Aku bisa memberimu kebebasan, tempat di mana kau tidak akan diragukan atau dikhianati."
Jaemin memalingkan wajahnya dari Jeno, memikirkan tawaran Siwon yang penuh godaan. Kebebasan. Itulah yang ia butuhkan, bukan?
Namun sebelum ia bisa membuat keputusan, Jeno menepis keras tangan Siwon dan mengambil alih lengan Jaemin, matanya penuh dominasi yang tak terbantahkan bagi Jaemin. "Jaemin, I owe you an explanation. I hurt you, and you can punish me for it. But I can't let you go with someone else. Aku tak akan membiarkanmu pergi, bahkan saat ini aku menahan diri untuk tidak berteriak ketika melihatmu bersama Siwon."
Kata-kata itu menghantam Jaemin keras. Ia menatap Jeno dengan mata yang melebar. "Apa kau pikir saat ini kau punya hak untuk memarahiku? Setelah kau diam saja ketika semua orang mempertanyakanku?"
Siwon mengangkat alis, merasa situasi semakin tidak terkendali. "Apa artinya kau mau menerima tawaranku, Jaemin?" katanya sinis, menatap Jeno dengan cemooh. "Kau datang terlambat, Jeno. Jaemin sudah memilih jalannya sendiri."
Jaemin menarik napas panjang, pandangannya berpindah dari Jeno ke Siwon. Di tengah kekacauan emosinya, ia harus membuat keputusan besar. Apakah ia akan mengikuti Siwon dan meninggalkan semua di belakang, atau mempercayai Jeno sekali lagi, meski itu berarti berhadapan dengan kekecewaan yang lebih dalam?
"Shut up, Siwon!" Jeno menatap Siwon dengan penuh kebencian. "Aku tahu apa yang kau coba lakukan. Kau mencoba memanfaatkan kelemahan Jaemin, tapi aku tidak akan membiarkan itu terjadi."
Siwon terkekeh, seakan menikmati situasi ini semakin dalam. "Kelemahan? Oh, Jeno. Kau yang membuatnya seperti ini. Kau yang meninggalkannya sendirian. Apa kau benar-benar berpikir Jaemin tidak akan mencari seseorang yang bisa memahaminya setelah kelakuanmu?"
Kata-kata Siwon memicu sesuatu yang lebih dalam pada Jeno. Ia melangkah lebih cepat ke arah Jaemin, dan tanpa sadar, tangannya mencengkeram lengan Jaemin dengan kuat. "Jaemin, kau tidak perlu dia. Kau punya aku. Aku... aku ada di sini." Suara Jeno terdengar rendah, penuh permohonan di balik kemarahannya, namun ia tidak bisa menyembunyikan rasa terluka yang mendalam.
Jaemin, yang merasa terjepit di antara dua pria itu, merasakan kebingungan semakin membelitnya. Ia tahu bahwa Siwon berbahaya, tapi kata-kata Siwon ada benarnya—rasa sakit yang ia rasakan karena Jeno yang seolah menjauh darinya. Namun, melihat Jeno sekarang, melihat betapa hancurnya pria yang ia percaya selama ini, membuatnya goyah.
Siwon mendekat lagi, menyelipkan senyum licik di wajahnya. "Kau dengar itu, Jaemin? Dia bilang dia ada di sini untukmu. Tapi di mana dia saat kau membutuhkannya? Di mana dia saat mereka menuduhmu, hmm?"
Jeno merasa cukup mendengarkan Siwon. Ia tak lagi menunggu jawaban Jaemin, dan hanya menggendong tubuh Jaemin di pundaknya. "Waktumu memilih sudah habis. If you can't decide, I will do it for you. And I decide you to have stay with me."
Jaemin tidak menolak ataupun mencoba untuk melepaskan diri dari Jeno. Ia hanya menghela nafas panjang dan menutup matanya, terlalu lelah dengan kehidupannya. Tawaran Siwon memang menarik baginya, namun tidak ada yang menjamin apa yang akan terjadi kedepannya dan bagaimana hal itu hanya akan membuatnya semakin dalam terlibat dalam perseteruan antara mereka.
***
Jaemin tetap menutup matanya ketika Jeno memanggil namanya setibanya mereka di kamar. Ia merasakan Jeno menidurkannya dengan lembut di tempat tidur, ia hanya memilih untuk mengalihkan tubuhnya ke sisi yang tidak berhadapan dengan Jeno.
Jaemin membuka matanya begitu ia merasakan sensasi dingin di pergelangan tangannya. "Apa yang kau lakukan?"
"Ssshh." Desis Jeno.
"Just stay here until I came back." Jeno memborgol tangan Jaemin ke sisi tempat tidur. Ia melakukan hal yang sama dengan tangan lainnya dan kedua kaki Jaemin.
"Apa kau gila?! Kau bilang akan menjelaskan sesuatu padaku, dan kau sadar sudah menyakitiku. Tapi ini yang kau lakukan?" Jaemin tak bisa melawan kekuatan Jeno yang memaksa tangan dan kakinya terikat.
"Aku akan menjelaskan semuanya padamu, tapi tidak sekarang." Balas Jeno, kali ini dengan memasang mouth gag.
Jeno menelan ludahnya ketika melihat tatapan kebencian dari Jaemin dan gertakan gigi Jaemin di gag nya yang menunjukkan kemarahannya. Tapi ia tak punya pilihan lain.
"Kau bisa menghukumku nanti, Jaem. Aku akan menyerahkan semuanya padamu. My body will be at your mercy. But for now, let me punish whoever trying to manipulate us and make you suffer." Bisik Jeno, sambil memasangkan blindfold pada Jaemin.
To Be Continued..
Jangan Lupa like and comment nya ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Bond IN Bondage S2 || Nomin~
Fanfiction"Take one more step and I swear I'll kill you." Ujar Jaemin dengan raut wajah tenang namun membawa nafsu membunuh di matanya. "Be good and I'll bring you to Cloud Nine." Ujar Jeno. _BXB _Boys Love _Hardcore _BDSM _Torture _Punishment _Thriller BUKAN...