Tangan Jaemin bergetar melihat darah Jeno yang mengalir. Ia tidak pernah merasa begitu takut ketika melihat darah, bahkan saat Jeno menyiksa seseorang atau kejadian di bandara sebelumnya ia tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Namun, kali ini berbeda ketika pemilik darahnya adalah Jeno, pasangannya sendiri.
Teman-teman Jeno yang lain segera menghampiri mereka dan dengan cepat menangani luka Jeno. Jaemin melihat di depan matanya sendiri bagaimna Jeno merobek bajunya dan membiarkan teman-temannya memasukkan forcep (pinset anatomi) kedalam tubuhnya.
Semua ini terjadi tanpa ada prosedur anastesi dan Jeno tak mengeluarkan suara ataupun ekspresi yang menunjukkan bahwa ia kesakitan. Begitu peluru berhasil dikeluarkan, darah segar terlihat mengalir bebas dari luka Jeno. Dengan cepat Jungwoo dan Kun menutup luka Jeno untuk menghentikan pendarahannya. Semua proses ini berjalan dengan sangat cepat dan singkat di depan Jaemin yang hanya terdiam membatu.
Jeno memasang ekspresi tenang dan menggapai tangan Jaemin, "Aku tidak apa-apa." Ujarnya menenangkan Jaemin yang masih shock dengan semua ini.
Jeno mengerutkan dahinya melihat ekspresi Jaemin yang terlihat kosong. Sedangkan Jaemin sendiri hanya terlihat tenang dari luar, ia merasa dalam dirinya ia kesulitan bernafas. Ia sadar bahwa target sebenarnya peluru itu adalah dirinya, tidak hanya ia membuat Jeno terluka untuk menyelamatkannya namun juga kenyataan bahwa dirinya saat ini hanya menjadi kelemahan yang bisa selalu menjadi kehancuran untuk Jeno.
Jungwoo selesai membalut luka Jeno, ia menarik Lucas dan anak-anak yang lain untuk memberikan ruang pada Jeno dan Jaemin.
Jaemin seakan tak menyadari waktu berlalu selama ia fokus pada pikirannya. Ia baru kembali pada kenyataan ketika Jeno menarik tubuhnya lembut kedalam dekapannya. Tercium bau disinfectan yang cukup kuat dari tubuhnya. Jaemin membalas dekapan Jeno, ia membenamkan kepalanya ke tubuh Jeno yang hanya berbalut perban.
"I'm sorry... hiks.. sorry.. " Jaemin bersuara pelan dengan tangisan yang akhirnya keluar dari matanya. Ia tak tahu kenapa hanya kata maaf yang bisa keluar dari mulutnya.
Jeno tersenyum lembut mendengar suara Jaemin yang terisak dipelukannya. Ia bahkan tidak menyalahkan Jaemin sama sekali, namun ia yakin Jaemin memikirkan banyak hal yang membuatnya menyalahkan dirinya sendiri.
"Aku tidak apa-apa, Jaem. Kenapa kau meminta maaf? Kau tidak salah apa-apa. Shuuu.." Bisik Jeno sambil mengelus lembut kepala Jaemin dan mengeratkan pelukannya. Ia sadar bahwa semua yang mungkin dianggap wajar disini, tidak berlaku bagi Jaemin.
Selagi Jaemin masih kelelahan menangis dan terisak di dekapannya, Jeno akhirnya menggendong tubuh Jaemin dan membawanya ke kamar. Ia mengeratkan pelukannya selama menggendong Jaemin, meyakinkan Jaemin bahwa ia ada disisinya. Ia juga mengecup puncak kepala Jaemin.
Jeno menyadari tubuh Jaemin yang mulai lebih tenang dan tidak setegang sebelumnya. Ia melihat raut wajah Jaemin yang sudah terlelap di pundaknya, mungkin karena kelelahan menangis atau akibat shock dari kejadian atas dirinya. Padahal ia yakin bahwa Jaemin mendatanginya saat ia juga baru bangun tidur.
"My sleeping beauty, wish you a good dream...
I am fine, as long as you stay beside me. Just like this.
So, don't be afraid. Whatever happen this hubby will always protect you."
Bisik Jeno lembut sambil membaringkan Jaemin di tempat tidur sambil mengelus lembut rambut Jaemin. Ia menatap panjang wajah Jaemin yang terlelap dengan bekas air mata yang masih jelas di wajahnya. Ia mengusap air mata Jaemin dan kembali mengecup dahi Jaemin. Ia menyadari senyum di bibir Jaemin dengan mata yang masih tertutup, seakan ia mendengar bisikannya. Jaemin juga menyandarkan kepalanya di tangan Jeno yang mengusap pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bond IN Bondage S2 || Nomin~
Fanfiction"Take one more step and I swear I'll kill you." Ujar Jaemin dengan raut wajah tenang namun membawa nafsu membunuh di matanya. "Be good and I'll bring you to Cloud Nine." Ujar Jeno. _BXB _Boys Love _Hardcore _BDSM _Torture _Punishment _Thriller BUKAN...