40| Tumbang

235 21 9
                                    

"Anak ga tau diuntung!"

"Kerjaannya nyusahin aja! Gak kaya kakak sama abang kamu, liat noh mereka pinter-pinter, nurut semua gak kaya kamu!"

"Sehari ga berulah bisa gak?! Muak saya liat kelakuan kamu"

"Nyesel Mommy ngelahirin kamu! Kalau gitu mending dulu Mommy bunuh sekalian"

"Inget kata-kata Papi! Jangan pernah anggep Papi sebagai Papi kamu!"

"Ibu minta kamu pergi jauh-jauh dari sini... Saya tidak mengharapkan kehadiran kamu"

"Gara-gara kamu semua pekerjaan saya jadi kacau, bisa gak sih jadi anak yg berguna sedikit?!!"

"Dasar anak manja!"

~

"PERGIIIIIIIIIIII. JANGAN DEKET-DEKET FATIM... JANGAN DEKET-DEKET FATIMMM"

"Go away, jangan ganggu hidup Fatim lagi!"

"Fatimm?"

"PERGIIII!"

"Fatimmm"

"GUA BILANG PERGI. PERGIII!"

"FATIMM!"

Fatim membuka matanya dan mengambil nafas dalam.

Dengan cepat Sohwa memberinya segelas air dan diterima oleh Fatim lalu meneguknya sampai habis.

"Fatim atur nafas dulu... Baru nanti cerita, okey..." ujar Sohwa mengelus kepala Fatim lembut

Ia menetralkan nafasnya yg masih memburu, memori lamanya kembali berputar layaknya kaset rusak.

Ini sudah hari kedua saat dirinya terbaring lemas dikasur miliknya, demamnya begitu tinggi namun ia menolak untuk dibawa kerumah sakit.

"Mimpi aneh lagi?" tanya Sohwa pelan

Fatim menganggukkan kepalanya dan menatap kakaknya itu sayu. Sohwa sengaja tidur dikamar adiknya sejak pertama adiknya itu demam, Sohwa terus terjaga karena setiap beberapa jam atau menit pasti Fatim terbangun dan terus meracau tidak jelas.

"Sekarang gimana? Masih ga enak badannya? Apa udah mendingan?" tanya Sohwa menatap Fatim yg hanya mengedipkan matanya saja.

"Fatim?"

"Ga tau" jawab Fatim seadanya, dirinya seperti mati rasa belakangan ini.

"Yaudah istirahat lagi aja, jangan mikir yg berat-berat dulu. Relax okey?"

Fatim kembali menganggukkan kepalanya, kini kepalanya kembali berdenyut dan matanya memanas.

Ia meringis kesakitan, rasanya seperti ada puluhan ribu jarum yg menusuk badannya.

"Kita ke dokter aja yuk.." ajak Sohwa karena sudah tidak tahan melihat adiknya yg terus menderita

Fatim menggeleng kuat, ia paling benci yg namanya rumah sakit. Cukup dulu saja ia bulak-balik ketempat itu.

"Biar cepet sembuh" ujar Sohwa lagi

"Engga!" tegasnya

"Huft... Okeyy"

Ia pun merebahkan dirinya lagi, sebenarnya ia bosan terus-terusan berbaring tapi kalau dipaksakan untuk berjalan juga ia tidak mampu.

Nafas Fatim sudah teratur kembali yg menandakan kalau anak itu sudah bener-benar tertidur pulas.

"Assalamualaikum" ucap seseorang diambang pintu

"Waalaikumsalam"

"Gimana Fatim, udah mendingan?"

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang