56| Malam Kejadian

220 26 30
                                    

Atta, Sohwa, Thariq dan Saaih berlarian di koridor rumah sakit. Bukan. Mereka bukan ingin menjenguk Iyyah melainkan Fatim.

Sohwa mendapat kabar sekitar jam 2 pagi dari pihak rumah sakit dan kepolisian karena adiknya itu mengalami korban pembegalan.

Sesampainya didepan ruangan Fatim mereka duduk sejenak, Sohwa masih gemetar setelah mendengar kabar ini. Fatim sudah 4 hari tidak ada dirumah semenjak kejadian waktu itu. Rencananya anak itu katanya ingin pulang, Sohwa sudah mewanti-wanti agar pulangnya besok pagi saja tetapi Fatim malah nekat untuk pulang pada pukul 11 malam dan kejadian ini terjadi pada pukul 1.

"Bang... Fatim gapapa kan?" tanya Sohwa kearah abangnya

Atta menggenggam tangan Sohwa erat, "Gapapa, Fatim kuat... Bismillah aja"

"Udah dibilangin jangan keluar malem, malah nekat" ucap Thariq menghempaskan badannya ke kursi.

"Udah lu bang ah, masih ajaa" ucap Saaih meninju lengan abangnya

Pintu ruangan terbuka dan menampakkan sosok Dokter berserta ke-3 asistennya.

"Dengan saudara Leandra?" tanya Dokter itu

"Iya saya abangnya" ucap Atta yg langsung bangkit dari duduknya

"Menurut hasil yg kita peroleh, saudara Leandra mengalami patah tulang di tangan kirinya juga terdapat jaitan di kaki kiri akibat dari benda tajam" ucap Dokter itu menjelaskan

Atta menganggukkan kepalanya paham, "Tapi dibagian kepala engga mengalami apa-apa kan, Dok?"

"Sejauh ini tidak ada, pasien belum sadar. Kalian boleh melihatnya tetapi jangan bikin kegaduhan agar tidak mengganggu istirahatnya, jika pasien sudah siuman diharapkan agar pasien tidak terlalu banyak bergerak" ucap Dokter itu lagi

"Oke... Terimakasih, Dok" ucap Atta yg dibalas anggukan dari Dokter tersebut

Mereka semua pun masuk kedalam ruangan Fatim setelah mendapat anjuran dan perintah dari Dokter.

"Tim... Tim... Lu doang emang yg paling ceroboh, salut" Saaih terkekeh pelan dengan tangan yg mengusap kepala adiknya itu.

"Untung lu pake helm, coba kalo engga... Udahlah nanti tangan patah, kaki kena bacok, kepala bocor, lengkap udah hidup lu" ucap Thariq pelan

Atta dan Sohwa hanya diam termangu, adiknya itu melintasi jalur mana sampai bisa di begal. Perasaan jam 1 itu belum benar-benar sepi kalau Fatim melewati jalan raya tetapi beda lagi kalau anak itu melewati jalur perkampungan warga, sudah pasti akan kena sasaran empuk.

Perlahan mata Fatim kembali terbuka dan melihat ke sekitar. Kakak dan abangnya langsung menoleh padanya.

Fatim terkekeh pelan kearah abang dan kakaknya itu.

"Malah ketawa-tawa! Mikir bego" damprat Thariq

"Are you good?" tanya Saaih

"Lu ga punya pertanyaan laen apa? Dari kemaren gitu mulu nanyanya, yakali gua baik-baik aja. Sedeng lu!"

Baru saja siuman tapi Fatim langsung sewot, lagian abangnya juga yg aneh. Siapa juga yg abis ke begal bakalan dalam keadaan baik.

"Yaa cuma memastikan, siapa tau gitu lu tiba-tiba sesek napas" ucap Saaih asal

"Lu kira gua asma!"

"Udah ah elah, ribut mulu lu pada"

"Motor mana yg kena begal?"

"Yg aerox"

Saaih terlihat mengutak-atik ponselnya, dan kembali menatap semua saudaranya.

Thariq menganggukkan kepalanya pelan sambil mencerna perkataan Fatim, "Ehh.. Wait, aerox? Itu motor baru beli bulan kemaren kan?"

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang