68| Gudang

76 12 5
                                    

Minal Aidzin Wal Faidzin gaissss
Maaf kalau author banyak salah dalam hal mengetik dan juga maaf kalau suka menggantung cerita ini hehe.

_________________________________________

Lagi-lagi ia harus termenung menatap halaman depan yang kini sedang terguyur hujan, sudah seharian ini hujan terus turun yang entah kapan akan redanya.

"Fatim kangen kalian" ucapnya pelan

1 tetes

2 tetes

3 tetes

Air mata itu berlombaan jatuh membasahi wajahnya, rasa kangennya kini sudah tidak bisa dicegah lagi, ia benar-benar merindukan kasih sayang dari kakak dan abangnya.

Fatim mengusap air matanya kasar, ia benci karena akhir-akhir ini dirinya menjadi sangat cengeng hanya karena terus memikirkan yang mustahil untuk diwujudkan.

Demamnya sudah sedikit menurun, mungkin karena ia rutin meminum obat tersebut, padahal ia sama sekali tidak menyukai obat namun rasa sakit yang di deritanya membuat dirinya tersiksa sehingga mau tidak mau harus meminumnya.

"Sedang apa kau disitu?" tanya seseorang yang sudah berdiri tepat dibelakangnya

Fatim menghembuskan nafasnya pelan, "Kau bisa lihat sendiri kegiatanku sekarang"

Tanpa melihat ke belakang ia sudah tahu siapa yang berbicara, tidak ada seorang pun yang berani memasuki kamarnya kalau bukan Papi nya.

"Apa demam kau sudah turun?" tanya Papi nya lagi

Fatim hanya menaikkan bahunya sebagai jawaban.

Papi nya menarik salah satu kursi yang ada di dekatnya.

Akhir-akhir ini pria dewasa itu terus memantau dirinya, bertanya-tanya tentang apapun yang sebelumnya tidak pernah ia lakukan padanya, mungkin ini yang dinamakan pendekatan, Papi nya ingin mengenal ia sedikit demi sedikit tetapi tidak sedikit pun Fatim tertarik dengan pertanyaan tersebut.

"Bagaimana dengan sekolahmu?"

"Biasa saja"

Hanya itu yang keluar dari mulutnya, saat ini ia sangat malas untuk berbicara dengan siapapun, tapi sepertinya Papi nya itu masih punya belasan pertanyaan yang akan diajukan kepadanya.

"Apakah kau tidak menikmati apa yang sudah ku kasih? Selama ini saya sudah baik dalam mendidik dirimu"

Fatim melirik tajam pada pria itu, apa dia bilang? Baik dalam mendidik? apakah Papi nya sedang bergurau?

"Apa yang kau mau?"

Fatim mengangkat kepalanya, menatap Papi nya sebentar.

"Apakah akan terkabul?" tanya Fatim yang berharap akan kebaikan kecil dari Papi nya.

"Tergantung"

Ah sudah di duga, pasti itu jawabannya.

"Jadi apa?" tanya Papi nya lagi

"Mau pulang"

2 kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya, yang ia inginkan hanya pulang, ia tidak ingin ketenaran atau apapun itu.

"Tidak"

Fatim berdiri menghadap Papi nya itu dan menatapnya penuh dengan amarah.

"Jika kau tidak mau mengabulkan maka tidak usah bertanya!" ucapnya lantang

Ia berbalik badan hendak meninggalkan kamarnya itu. Namun tangan besar milik Papi nya sudah lebih dulu mencekal lengannya.

"Bereskan semua barangmu, besok pagi Mommy mu akan menjemput!" ucap Papi nya dengan penuh penekanan

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang