70| Memori

82 13 3
                                    

Ia sudah terbangun beberapa kali namun belum juga sampai, sungguh ia sangat bosan disini.

"Mau kemana?"

Tangannya dicegah saat dirinya hendak berdiri dari tempatnya.

"Buang air kecil" jawabnya simple

Ia sedang malas untuk berdebat dengan siapapun, termasuk dengan Mommy nya.

Sesampainya di toilet, ia hanya diam sambil mengusap mukanya. Tangannya merogoh saku jaketnya, dirinya sangat penasaran dengan apa yang diberi oleh Papi nya itu.

Dengan kloset yang ia jadikan tempat untuk mendudukkan diri dan sekarang ia mulai mengambil barang tersebut.

Dahinya mengerut saat melihat benda itu, apa maksud Papi nya memberikannya beda ini?

"kartu ATM?" ucapnya pelan

Ia terus membulak-balikkan benda tersebut, itu bukan blackcard hanya ATM biasa entah didalamnya ada isinya atau tidak. Mungkin saja Papi nya itu hanya memberinya ATM kosong dan meminta dirinya untuk menabung.

Tangannya kembali merogoh saku nya, barang kali ada lagi selain kartu itu.

"Kertas?"

Saat ia buka yang ia temukan hanya beberapa nomor saja, mungkin itu pin ATM nya.

Dengan segera ia pun keluar dari toilet sebelum Mommy nya itu menghampirinya duluan.

Kembali dengan keheningan, ia kembali memikirkan tentang tadi. Mengapa Papi nya memberi itu, hal itu yang terus berputar dikepalanya.

"Habiskan makan malammu sebelum ku buang"

Fatim menoleh kearah Mommy nya.

Malam?

Ia sejak tadi tidak melihat jam nya, ia kira masih siang atau sore.

"Iya"

Perjalanan dari Amerika ke Australia membutuhkan waktu yang lumayan lama, bukan lumayan lagi tetapi memang lama.

Bukan Fatim kalau tidak menggerutu ini itu tentang perjalanannya, ia paling tidak bisa kalau keadaan hening, bawaannya selalu bosan, bosan dan bosan.

Entah sudah berapa kali ia menguap, dirinya sedikit bergeser kearah jendela dan membuka tirai yang sejak tadi menutupi pemandangan diluar sana.

Benar. Hari sudah malam!

"Perasaan daritadi kerjaan gua cuma tidur, bengong, makan, tidur lagi. Kenapa tiba-tiba udah malem aja?"

Dan yaa, kini ia mulai memakan makan malamnya, sebenarnya ia malas untuk makan karena makannya sudah dingin namun daripada mubazir mending ia makan.

Ia merasakan adanya seseorang yang mengamati dirinya saat ini, siapapun pasti akan gelisah saat merasakan adanya pasang mata yang mengawasi.

Dengan menoleh ke kanan dan kiri ia lakukan, namun tidak terdapat pelaku tersebut. Instingnya tidak pernah meleset, pasti ada yang sedang memperhatikannya.

Fatim mengangkat kedua bahunya seakan-akan ia tidak peduli akan hal tersebut.

Beberapa menit kedepan hal itu terjadi lagi, ia kembali melihat kearah sekelilingnya namun tetap sama. Tidak ada seorang pun yang sedang memperhatikannya, mereka semua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Entah ada yang memainkan laptop, bermain hp, memegang beberapa lembar kertas, atau apapun itu.

Ia kembali memakan makan malamnya, tentu saja dengan mempersiapkan diri saat mengalami hal serupa seperti tadi.

Dan benar saja, baru 1 suap ia kembali merasakan hal tersebut.

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang