68| Titik Terang?

74 14 5
                                    

Dirinya segera memasuki ruangan tersebut, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar namun cukup nyaman bagi dirinya, dan orang tua itu kembali melakukan pekerjaannya yang sempat tertunda.

Intinya ia akan berterimakasih banyak pada Mr. Alexander yang sudah membantunya dan tidak lupa juga ia menutup pintu ruangan tersebut sesuai dengan apa yang sudah diperintahkan.

Ia menatap layar handphone itu, sudah lama ia tidak menggunakannya namun ia masih lihai dalam mengaplikasikannya.

Dengan segera ia mencari lambang telfon pada handphone tersebut.

1 hal yang Fatim cemaskan, ia sedikit lupa nomor kakak dan abangnya, nomor-nomor itu tercatat dalam buku yang ada dikamarnya, tidak mungkin ia kembali ke kamar hanya demi mengambil buku tersebut, itu adalah sebuah neraka baginya.

Ia mulai menekan-nekan nomor yang akan ia tuju.

Sudah 10 kali banyaknya ia terus mengulang dan mengganti nomor-nomer tersebut, pasti salah satunya akan tersambung.

Ia hampir menyerah saat beberapa nomor yang ia ketik selalu salah, tangannya mulai kebas karena terus memencet nomor tersebut. Ini sedikit menjengkelkan.

"Halo?"

"Nomor yang anda tuju tidak aktif, segera hubungi beberapa saat lagi"

Ia menatap kesal layar handphone tersebut, ia bosan mendengar suara itu yang terus menjawab panggilannya.

"Come on.. Gua ga punya waktu banyak" keluhnya

Baterai handphone tersebut menunjukkan 15% yang artinya kesempatan ia semakin kecil.

"Bodoh! Hal ginian aja gua lupa"

"Ayo lahh"

Hal yang sama pun terjadi, hanya suara operator yang menyahuti dirinya.

Karena kesal ia pun memukul-mukulkan handphone tersebut menggunakan tangannya.

"Ga guna!" maki nya

Setelahnya ia berdiam cukup lama, tidak tahu harus apa lagi karena sudah sangat sangat malas.

"Ck! Kalo gini caranya gimana mau terhubung!" kesalnya

Lagi-lagi ia memandang handphone tersebut kini baterai nya menunjukkan angka 9%.

"Sialan!"

Mau tidak mau ia harus kembali mencobanya, berharap akan ada keajaiban setelahnya. Ia kembali memencet layar handphone tersebut.

Dirinya tidak mungkin akan berlama-lama disini, Papi nya itu pasti akan mencarinya karena ia tidak ditemukan di segala penjuru mansion.

tut.. tut.. tut..

"Halo?"

"Ya?"

Fatim mengerutkan dahinya, ini nomor siapa yang ia tuju?

"Halo?" tanya orang di seberang sana

"Hm.. Kalau boleh tahu dengan siapa?" tanya Fatim membuka pembicaraan

"Afsheen Sohwa Zamora, ada yang bisa saya bantu?"

Fatim menghembuskan nafasnya pelan, ia kira itu kakaknya.

"Tidak, mungkin aku salah sambung" ucap Fatim

Ia sudah kehilangan satu harapannya yang mungkin akan pupus setelah ini.

"Tunggu, kamu dapat nomor saya darimana?" tanya orang diseberang sana

"Tidak tahu, aku hanya memencetnya asal, aku lupa nomor kakakku. Maaf sekali lagi" ucap Fatim yang sudah tidak berniat mencoba menghubungi keluarganya setelah ini.

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang