67|Always About Them

74 10 0
                                    

"Fatim?"

Fatim yang merasa namanya dipanggil pun langsung melihat kearah belakangnya.

"Bang Atta??"

Atta merentangkan tangannya seraya menyambut hangat adiknya itu. Sementara Fatim langsung berlari kearah abangnya.

"Fatim kangen bang Atta" ucapnya yang dengan seketika air matanya jatuh tanpa permisi.

"Abang juga kangen sama Fatim" balas Atta semakin mengeratkan pelukannya.

Fatim melepas pelukan itu dan mendongak agar melihat wajah abangnya.

"Abang kemana aja? Kok ga nyari Fatim?" tanyanya dengan suara parau.

Atta mengusap kepala adiknya itu dengan sayang.

"Maaf.. Abang baru bisa ketemu kamu sekarang" ucap Atta dengan senyum teduhnya.

Fatim melihat kesekelilingnya, semua saudaranya ada disana, tersenyum menatap dirinya.

Ia segera berlari memeluk satu persatu, dimulai dari Sajidah, Sohwa, Iyyah, Saaih dan Thariq.

"Fatim takut.. Fatim mau sama kalian" ucapnya sesegukan

"Don't cry, baby... Kita semua disini, disini sama Fatim" ucap Sohwa menenangkan adik terakhirnya itu

"Promise??" tanya Fatim dengan muka penuh harap

Sohwa menganggukkan kepalanya dan memeluk lagi adik terakhirnya itu, "Yes, im promise"

Fatim membalas pelukan itu erat, seakan-akan esok tidak akan bertemu lagi.

"Sejauh ini Atim gapapa kan? Ada yang luka?" tanya Iyyah menatap adik nya itu khawatir.

Meskipun Fatim itu sangat menyebalkan baginya, tapi kalau sudah seperti ini kondisinya pasti akan terenyuh saat mengetahui keadaan adiknya.

"I'm okey, Kay.." jawabnya pelan

Thariq maju selangkah dan memeluk Fatim saat dirasa adiknya sedang menundukkan kepalanya.

"Miss you.." bisik Thariq

Kedua adik kakak yang jarang sekali akur kini sedang berpelukan meluapkan semua rasa kangen dan kasih sayangnya. Mereka berdua layaknya air dan minyak, susah kali akur dan sekalinya akur pun tidak berlangsung lama, dan jangan lupakan akan gengsi mereka yang tinggi.

Fatim menatap bola mata hitam milik Thariq, sejuta kerinduan terdapat didalam sana.

"too" balas Fatim dengan senyum khasnya

Thariq menatap adiknya itu sebentar, mensejajarkan tubuhnya agar tingginya menyamai tinggi adiknya itu dan kedua tangannya meraih kedua pipi Fatim guna mengusapnya perlahan.

"Hei.. Maaf abang telat jemputnya, kalau ada apa-apa panggil aja nama gua, nanti gua bakal nyusul buat berdiri depan lu" ucap Thariq yang entah sejak kapan menjadi bijak

Fatim terkekeh pelan mendengar ucapan abangnya itu, sangat tidak cocok saat diucapkan oleh abangnya, menurutnya Thariq sangat cocok kalau sudah berbicara kasar dan ketus dibanding menjadi lembut dan bijak. Sangat horror.

"Cuma berdiri doang?? Kurang kerjaan" ucap Fatim masih dengan kekehannya

Thariq mengusap kepala adiknya itu gemas, Fatim tetaplah Fatim, tidak pernah berubah dalam kondisi apapun pasti tidak akan lupa dengan candaannya.

Sajidah dan Saaih yang melihat adegan tersebut hanya diam, biasanya mereka berdua akan sahut-sahutan menyoraki kedua adik kakak tersebut kalau sedang akur.

"Heii stupid, i love u" ucap Saaih akhirnya, ia mungkin bisa menahan untuk tidak rusuh tapi ia tidak janji untuk terus meledek adiknya.

"I hate u, bang" balas Fatim

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang