15| Warteg or Warkop?

279 27 14
                                    

Selesai menceritakan masa lalunya, Fatim kembali menatap abangnya. Matanya sembab, nafasnya sudah tak beraturan, bahunya naik turun yg menandakan kalau anak itu masih menangis.

Thariq memeluk adiknya seraya memberikan ketenangan. Ia kira hidup ke-3 saudaranya yg lain baik-baik saja tapi malahan lebih buruk dari padanya perjalanan hidupnya.

"Lucu yah bang" ucap Fatim dengan senyum parau nya

Thariq mengernyitkan dahinya, "kenapa?"

"Bisa-bisanya Allah kirim Fatim kedunia dan lahir di tengah keluarga yg berantakan" lirihnya

"Fatim ga boleh gitu... Mungkin Allah mau liat kesabaran Fatim, Allah mau lihat sejauh mana kemampuan Fatim. Ambil hikmahnya, ini buat pelajaran juga buat kamu supaya kedepannya kejadian kaya gini ga terulang lagi saat kamu nanti udah punya keluarga" Thariq beralih mengusap kepala Fatim

"Fatim benci sama hidup Fatim!" ucapnya sedikit ngegas

"Siapa yg nyuruh kamu buat cinta sama hidup kamu? Allah ga minta kamu buat cintai hidup kamu, Allah minta kamu untuk mencintainya maka hidup kamu akan bahagia kedepannya" ucap Thariq lagi

Sepertinya Thariq perlu membimbing Fatim dalam urusan agama agar tidak salah jalan nantinya.

"Yaudah, yuk cari makan diluar" tawar Thariq

"Makan diluar?" ulang Fatim

"Iya... Kenapa? Ada yg salah?" tanya Thariq lagi

"Emang disini ga ada makanan? Masa rumah gede ga ada isinya" dumel Fatim, heran dia tuhh.

Sungguh mood Fatim sudah berubah sekarang, senyumnya mulai terukir diwajahnya seakan-akan tidak terjadi apa-apa pada beberapa waktu kebelakang.

"Hehe abang sengaja biar ga ada yg masak hari ini, lagian kamu nya dateng ga bilang-bilang" keluh Thariq. Nyebelin adeknya tuu.

Fatim mengerucutkan bibirnya sebal, "Ah kalo gitu tadi Fatim tidur aja dirumah gausah kesini"

"Emng dirumah ga sarapan dulu?" tanya Thariq

"Kaga, kak Sohwa udah berangkat dari abis subuh" keluhnya

Thariq melirik jam ditangan kirinya, sekarang sudah pukul 11 dan adiknya itu belum makan, bener-bener emang adiknya itu.

"Lahh emang ga minta masakin bibi gitu?" tanya Thariq lagi

"Bibi apaan? Mana mau kak Sohwa nyewa pembantu dirumah. Kak Sohwa itu terlalu disiplin, dia minta biar Fatim yg kerjain sendiri. Hmm, i don't like it" ucapnya lagi

"Yaa bagusss biar kamu ga manja" Thariq menjiwil ujung hidung Fatim

Disela-sela obrolan mereka, perut Fatim berbunyi yg menandakan kalau anak itu benar-benar lapar.

"Hahaha segitunya yaa" tawa Thariq yg semakin menjadi

"Ayooo cari makannn, yg dipinggir jalan ajaa" ucap Fatim sedikit merengek

"Pinggir jalan?" ulang Thariq

"Iya... Kenapa? Masih dipinggir ini bukan ditengah"

"Yaa tau.. Lagian siapa juga yg mau makan ditengah jalan, niatnya mau makan bukan menghadap ke yg maha kuasa" dumel Thariq. Ini yg salah siapa si??

"Ayoo ah buru" Fatim mulai menarik-narik lengan Thariq

"Iya iyaa... Warteg kan?"

Fatim yg semulanya menarik tangan Thariq pun menghentikan langkahnya dan kembali menatap abangnya itu.

"Warteg? Apaan tuh?" tanyanya

"Hah?? Makanan yg dipinggir jalankan? Yaa ituu nama tempatnya warteg" geregetan Thariq tuh

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang