Part 3. Truth Or Dare

20.7K 2.4K 534
                                    

Double up..

Part ini panjang.

Cari posisi ternyaman dulu sebelum baca><

Bukannya mommy dan Daddy yang datang ke kamarku tapi malah Samuel, adik tampan manjaku yang berusia 15 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukannya mommy dan Daddy yang datang ke kamarku tapi malah Samuel, adik tampan manjaku yang berusia 15 tahun.

Wajah tampan imutnya terlihat sangat cemas. Dia bergegas menghampiriku dan memeluk tubuhku pelan. "Kakak jangan takut ya. Di sini tidak ada hantu. Itu hanya mimpi buruk, kak."

Hah, meski manja, dia ini terkadang juga bisa dewasa. Belum lagi tubuhnya lebih besar dariku. Berasa menjadi adik tahu.

Sebenarnya aku tidak takut dengan hantu atau apa lah itu. Tadi itu hanya kaget oke?!

"Kakak, jangan bengong, kak. Ayo ikut ke kamar ku aja." Ujarnya seraya melepaskan pelukan.

Dengan tidak tahu dirinya aku menyodorkan kedua tangan ku padanya sembari memasang ekspresi paling memelas. "Gendong!!"

"Kakak kayak anak kecil aja pakai acara digendong segala." Ledeknya sembari mencubit pipiku dan berakhir ku tepis.

"Ckck, dari dulu sampai sekarang suka banget sih cubit pipiku. Sakit tau."

"Abisnya kakak gemesin banget sih. Apalagi dulu, pipi kakak kayak bakpao, empuk." Kekehnya lalu kembali mencubit kedua pipiku secara bersamaan. "Sekarang rasanya kurang enak cubit pipi kakak karena bakpao ku telah ilang. Tapi gapapa. Samuel tetap suka cubit pipi kakak."

"Heh, adik kecil! Memang siapa yang menyuruh mencubit pipiku hah? Lepasin sekarang tanganmu dari pipiku sebelum pipiku hancur."

"Tidak akan hancur, kakakku yang imut."

"Bisa saja hancur! Kau tak tau ya kalau selama di luar negri aku operasi plastik?!"

"Hah?! Kenapa kakak operasi plastik?!" Tanyanya kaget dengan tangan yang mulai terlepas dari pipiku.

"Supaya syantik kayak bidadari lah." Jawabku seraya menyibak rambut songong.

"Tapi kak ... Wajah kakak udah gak ori lagi." Gumamnya sedih.

"Haha. Bercanda kok."

"Ah, kakak jahat. Samuel pergi dulu huh."

Adik kecilku itu berdiri, berbalik, dan langsung ke luar dari kamar tanpa menoleh lagi ke arahku. Hadeh, dasar bocah. Dari dulu tidak pernah berubah. Suka sekali ngambek karena hal-hal kecil.

MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang