Jeritan penuh kesakitan menggema di dalam ruangan minim pencahayaan itu.
Mike tersenyum miring mendengar teriakan penuh kesakitan orang yang telah menyakiti kesayangannya. Siapa lagi kalau bukan Gaby, si anak pelayan yang selalu bertingkah sok berkuasa.
Tanpa merasa kasihan Mike menggores wajah Gaby dengan pisau kecil nan tajamnya.
"Kau selalu membanggakan wajah jelekmu ini dan sekarang aku akan membuat wajahmu menjadi lebih jelek." Kekeh Mike. Semakin memperdalam pisaunya hingga menyentuh tulang pipi Gaby.
"Hentikan, kak. Aku tidak sanggup lagi. Ini sangat sakit." Isak Gaby kesakitan dan ketakutan.
Mike tersenyum sinis. "Kalau tidak kuat, kenapa menyakiti baby girlku huh? Kau membuatku muak." Pisau kecilnya menancap dalam ke mata kanan Gaby dan tidak berniat mencabutnya sama sekali.
"Arghhhh!!! Sakitt!!!"
Tubuh Gaby bergerak bar-bar. Ingin melepaskan diri dari ikatan kuat di tangannya agar bisa mencabut pisau di dalam matanya tapi dia tidak bisa melakukan itu karena ikatan Mike sangat kuat. Saking kuatnya, kulitnya langsung terluka saat bergesekan dengan tali ikatannya.
"Arghhhhh!!!"
Gaby semakin menjerit kesakitan saat pisau itu dicabut dengan kasar.
Gadis itu kembali menjerit kesakitan saat mata kirinya di tusuk oleh Mike.
"Tentu saja aku tidak akan membiarkan mata satunya cemburu karena diabaikan."
Kekehan Mike membuat tubuhnya semakin bergetar ketakutan. Rasa sakit di mata dan wajahnya semakin membuat semuanya menjadi lebih buruk. "Bukan kah Violet sudah memaafkan ku tadi? Tapi, kenapa kakak tidak melepaskanku sama sekali? Aku benar-benar khilaf, kak. Aku tidak akan melakukannya lagi. Kalau aku menyakiti Violet lagi, kakak boleh membunuhku saat itu juga."
Mike tertawa kencang mendengar penuturan Gaby. "Sayangnya aku tidak akan melepaskan siapa pun yang menganggu baby girl ku. Aku akan membuat mereka yang mengganggunya mati dengan keadaan mengenaskan!!"
Mike memainkan pisaunya di sekitar bibir Gaby. "Sepertinya lebih baik aku potong saja bibirmu ini. Aku ingat, bibirmu ini telah menghina baby girl ku."
Gaby menggeleng gelisah. "Jangan, kak. Aku mohon."
Sayangnya permohonan menyedihkan seperti itu tidak akan membuat seorang Mike merasa kasihan.
Pria itu tidak akan berbelas kasih dengan orang yang telah menyakiti belahan jiwanya.
Apa pun alasannya, dia tidak akan pernah mengampuni orang yang berani menyakiti Violetnya.
Kematian menyakitkan adalah balasan untuk mereka.
Tawa puas keluar dari mulutnya saat melihat bibir Gaby berhasil dipotongnya secara keseluruhan.
Keadaan wajah gadis itu begitu menakutkan. Kedua mata yang mengalirkan darah, wajah yang dipenuhi sayatan, dan bibir yang terpotong.
Pisau kecil nan tajamnya menjalar ke telinga gadis itu.
Diirisnya telinga gadis malang itu dan menyumpalkan gumpalan daging itu ke dalam mulut Gaby dengan pisaunya. "Telan telinga busukmu itu sampai habis!!" Titahnya.
Gaby yang masih sadar hanya bisa menangis histeris. Menangisi keadaannya yang tidak bisa memberontak. Bicara pun dia sudah tidak sanggup saking sakitnya perbuatan gila Mike.
Gaby menjadi menyesal telah menganggu Violet. Namun, menyesal pun percuma. Dia tidak bisa kembali ke masa lalu dan mengubah kesalahannya.
Dia hanya bisa menjerit tertahankan saat perutnya dibedah dan isinya di tarik keluar dengan tangan kosong oleh Mike.
Kehidupannya berakhir saat jantungnya di tarik dan dihancurkan oleh Mike.
Akhir kehidupan yang sangat menyakitkan.
****
Setelah membersihkan diri Mike pergi ke kamar Violet.
Mike langsung masuk ke dalam kamar Violet tanpa mengetuk pintu.
Wajah pria tampan itu langsung menunjukkan kecemasan saat melihat Violet menangis tersedu-sedu di atas kasur.
Di dalam hati ia menggeram marah mendengar tangisan Violet yang selalu berhasil membuat hatinya seperti teriris pisau.
Dia berjanji akan menghancurkan orang yang membuat Violetnya menangis seperti ini.
Mike mengelus puncak kepala Violet pelan. "Siapa yang membuatmu menangis seperti ini, baby girl?" Tanyanya lembut, berusaha menyembunyikan amarahnya.
Mike sedikit tersentak saat Violet tiba-tiba bangun dan memeluk tubuhnya erat. "Hidup Violet tidak akan lama lagi Daddy. Violet akan mati." Raung gadis kecil itu pilu.
Mike melotot kaget mendengar ucapan ambigu Violet. "Kenapa kau mengatakan hal itu, baby girl? Memangnya apa yang terjadi padamu?" Perasaannya menjadi kacau balau mendengar hal itu.
Violet semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh besar Mike. "Violet berdarah, Daddy. Sejak tadi darah selalu keluar dari tempat pembuangan pipis Violet. Darahnya tidak mau berhenti keluar."
Perkataan polos Violet membuat Mike terdiam sejenak lalu terkekeh geli setelah menangkap maksud Violetnya itu.
Mike memberi sedikit jarak di antara mereka. Mengangkat dagu Violet dan menangkup wajah Violet lembut. "Dengarkan Daddy. Yang Violet alami sekarang itu adalah hal wajar. Violet tidak akan mati hanya karena itu."
Violet mengerjap polos. Membuat Mike menjadi sangat gemas.
"Tapi kenapa Violet berdarah, daddy?" Cicitnya takut.
"Itu hal normal, baby girl. Itu tandanya kau sudah besar."
Tatapan polos Violet benar-benar membuat Mike gemas dan ingin mencium bibir gadis itu rakus tapi ia menahan keinginannya.
"Lalu, apakah Violet akan terus berdarah seperti ini?" Tanya Violet ngeri.
Mike tertawa kencang kemudian mencubit pipi Violet gemas. "Tidak akan, baby girl."
"Hah, Violet lega mendengar ucapan Daddy."
Gadis imut itu mengelus dadanya lega. Tingkahnya membuat Mike benar-benar merasa gemas.
"Kau tunggu di sini sebentar ya, aku akan meminjam sesuatu dulu pada aunty Maggie."
Violet mengangguk patuh mendengar ucapan daddynya. Mike tersenyum puas dan mengecup kening Violet sekilas sebelum keluar dari kamar Violet untuk mencari Maggie.
-Selesai-
KAMU SEDANG MEMBACA
MATE
Fantasy(Sequel The Demon's Mate & Queen Of Werewolf) Semua berawal dari permainan truth or dare. Ia mendapat dare masuk ke dalam salah satu ruangan terlarang di kerajaan Arthur. Ruangan yang tidak boleh dimasuki oleh siapa pun. Dengan mempertaruhkan hidup...