Double up
Agra sudah mulai mengurus kerajaan, membantu Arthur sekaligus belajar untuk mewarisi kerajaan selanjutnya.
Maggie menemani Agra bekerja sambil bekerja juga. Maggie membuat rancangan pakaian terbarunya yang pastinya akan dinanti-nantikan oleh banyak orang.
Mengenai butiknya di New York tidak perlu ada yang dikhawatirkan karena Anatasya mengelola butik dengan baik.
Yang perlu dilakukannya sekarang hanya lah menetap di samping Agra sambil bekerja sebab Agra tidak pernah memperbolehkannya untuk kembali ke New York. Rancangan pakaiannya akan dikirimkan ke Antasya dan dibuat oleh temannya itu.
Sebenarnya Maggie juga tidak terlalu peduli dengan butiknya. Meskipun nanti butik itu hancur, tidak apa. Toh dia punya kekayaan Daddy dan suaminya. Belum lagi kekayaan mommynya. Beuh, tidak perlu khawatir lagi pokoknya. Tiduran saja pun dia masih bisa makan dan shopping sepuasnya.
"Mate, apa yang sedang kau lakukan sekarang?" Tanya Agra yang sudah mulai bosan bekerja. Pria tampan itu menatap Maggie intens.
"Biasalah."
Agra tersenyum mendengar suara imut matenya. Rasa bosannya langsung hilang begitu saja hanya dengan mendengar suara matenya.
Pria tampan itu menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi sambil terus menatap wajah cantik Maggie yang selalu saja tidak pernah bosan untuk dipandang. "Kali ini kau membuat apa, mate?"
"Mini dress."
"Bagaimana kalau kau membuatkan baju untukku juga?"
Tangan Maggie berhenti bergerak. Wanita cantik itu menatap Agra kesal. "Bajumu kan sudah banyak. Untuk apa lagi aku buatkan?"
"Tapi aku selalu ingin memakai hasil buatan mu sendiri, mate."
Maggie terkikik melihat wajah memelas Agra. Bangkit dari sofa, berjalan menuju pria tampan itu.
Dengan senang hati Agra menyambut tubuh Maggie yang duduk di atas pangkuannya. Mengeratkan pelukannya pada tubuh Maggie agar istrinya itu tidak terjatuh.
"Aroma tubuhmu selalu membuatku menggila, mate. Aku jadi ingin memakanmu." Bisik Agra seraya menciumi leher jenjang Maggie.
Wanita cantik itu tersenyum geli. "Dasar mesum!"
Agra memberi jarak di antara mereka seraya menatap manik abu-abu Maggie dalam. Mengusap bibir bawah Maggie yang merah dengan sangat lembut. "Hanya denganmu aku mesum, mate."
Maggie menarik hidung mancung Agra pelan. "Awas saja kalau kau mesum dengan wanita lain, aku potong bagian bawahmu."
Agra terkekeh geli. "Kau kejam sekali, mate."
Maggie mengendikkan bahunya tak peduli dan mengecup bibir Agra secepat kilat. "Tapi aku yakin kau tidak akan melakukan hal itu, suamiku."
Agra tersenyum senang mendengar ucapan istrinya. Memiringkan wajahnya dan mencium bibir Maggie intens. Menuntut wanita itu membalas ciumannya.
Tangannya bergerak nakal, mengelus paha mulus Maggie. Bergerak semakin naik dan terus menggoda Maggie sampai wanita cantik itu mendesah.
"Ekhem!! Uhuk uhukk!!"
Maggie refleks mendorong dada Agra ketika menyadari ada orang lain selain mereka di dalam ruangan. Wanita cantik itu terjatuh ke lantai akibat ulahnya sendiri.
Agra segera membantu Maggie berdiri dengan cemas. "Makanya hati-hati, mate. Apakah ada yang sakit? Dibagian mananya yang sakit supaya aku bisa menyembuhkannya sekarang juga." Paniknya.
"Astaga, abaikan saja Kristal. Kristal pergi dulu!!" Jerit si penganggu itu. Diiringi dengan bantingan pintu yang terdengar sangat keras.
"Makanya, jangan mencium ku sembarangan kalau di luar kamar. Jadi gini kan hasilnya." Omel Maggie sambil mengelus bokong seksinya yang nyut-nyutan akibat terjatuh tadi.
"Memangnya siapa yang menggodaku terlebih dahulu tadi? Kau kan, mateku?" Agra tidak mau disalahkan sehingga membuat Maggie semakin kesal.
"Aku tidak menggodamu sama sekali. Dasar suami nyebelin!"
Agra terkekeh melihat wajah kesal Maggie yang terlihat sangat imut. "Oke, jangan marah lagi. Aku yang salah."
Maggie mendengus kesal mendengar kekehan geli suami tampannya itu. Namun meskipun kesal dengan pria itu, ia sama sekali tidak menolak saat Agra kembali mencium bibirnya dengan lembut.
Pintu ruang kerja yang diketuk oleh seseorang membuat keduanya menghela nafas kesal. "Selalu saja ada yang menganggu kesenangan kita, mate."
"Mau bagaimana lagi." Desahnya pasrah.
Agra mengangkat tubuh Maggie ke atas pangkuannya. "Jangan berontak. Aku ingin memelukmu sampai aku puas." Pintanya memelas. Membuat Maggie terpaksa menuruti. Meskipun begitu, dia tetap menikmati pelukan hangat Agra.
Tok tok tok!!
Pintu kembali diketuk untuk kedua kalinya.
"Masuk!!" Perintah Agra dingin.
Maggie menyembunyikan wajahnya di dada bidang Agra sambil memeluk pria itu erat. Takut terjatuh.
"Ada apa?"
Orang yang masuk ke dalam ruangan itu langsung menjawab dengan cepat. "Saya sudah berhasil menemukan informasi tentangnya, pangeran."
"Cepat katakan!" Titahnya tak sabaran.
"Setelah kematian Aldebaran, ada seorang penyihir hitam bernama Helena mengambil jiwa Aldebaran dan membuatnya terlahir kembali di dalam tubuh Hercules, pengikut setianya yang meninggal karena musuh. Jiwa Aldebaran dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam raga Hercules sehingga berhasil menguasai seluruh kekuatan Hercules sebelumnya. Sebagai gantinya, Aldebaran akan menjadi pengikut setia Helena sampai mati dan tidak akan pernah bisa lepas dari penyihir itu. Sepanjang hidupnya, Aldebaran harus menculik dan membunuh banyak gadis perawan supaya Helena semakin bertambah kuat dan awet muda. Helena juga berjanji akan membantu Aldebaran mendapatkan Putri Maggie."
Dapat Maggie rasakan tubuh Agra yang bergetar marah mendengar penjelasan terakhir.
Wanita cantik itu mengusap punggung Agra lembut dan membisikkan kata penenang.
Butuh beberapa waktu untuk Agra dapat menguasai amarahnya sendiri. "Keluar lah! Terus awasi mereka!"
"Baik, pangeran."
Maggie mendongak, mengelus pipi Agra lembut. "Jangan khawatir. Mereka tidak akan bisa menangkapku."
Agra langsung memeluk tubuh Maggie erat seolah takut wanita cantik itu pergi dari sisinya. "Apa pun caranya aku akan membunuh kedua orang itu supaya mereka tidak bisa merebutmu." Ujarnya penuh ambisi.
-Tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
MATE
Fantasy(Sequel The Demon's Mate & Queen Of Werewolf) Semua berawal dari permainan truth or dare. Ia mendapat dare masuk ke dalam salah satu ruangan terlarang di kerajaan Arthur. Ruangan yang tidak boleh dimasuki oleh siapa pun. Dengan mempertaruhkan hidup...