Part 22. Suami Terbaik

9.3K 1.1K 78
                                    

Tembus 50 komen aku kasih triple upp😗

Aku mengguncang pelan tubuh Agra yang sedang tertidur nyenyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengguncang pelan tubuh Agra yang sedang tertidur nyenyak.

Pria itu langsung membuka mata dan menatapku dengan tatapan sayunya.

"Ada apa, mate?" Tanyanya serak.

"Lapar." Keluhku sambil mengusap perutku yang sedikit perih.

Matanya langsung terbuka lebar-lebar mendengar ucapanku. Ah, dia memang selalu sesiaga itu.

"Kau ingin makan apa, mate? Biar aku masakkan." Tuturnya penuh semangat. Padahal dia baru saja bangun tidur. Ckck, anak ini memang begitu bersemangat jika menyangkut aku dan anak kami.

"Steak. Aku ingin makan itu."

"Oke. Aku buatin dulu."

"Ikut."

"Kau di sini saja, mate. Tidur lah selagi aku memasak."

"Masalahnya aku tidak mengantuk karena terlampau lapar."

Agra menghela nafas panjang. Mengusap puncak kepalaku sekilas lalu mengangguk pasrah. "Baiklah. Kau boleh ikut denganku tapi diam di meja makan saja ya. Aku tidak ingin kau kelelahan, mate."

"Iya, iya." Sahutku malas.

Agra tersenyum. Turun dari tempat tidur. Lalu menggendongku ke arah dapur.

Aku tidak protes sama sekali, malah mengalungkan tanganku ke lehernya agar tidak terjatuh.

Suasana di kerajaan begitu mencekam karena semua orang sudah tertidur. Hanya beberapa pengawal yang terlihat sedang berjaga, itu pun mereka berjaga sambil tidur dalam posisi berdiri.

Kasihan sekali para pengawal yang mendapatkan shift malam itu.

Lihat, mereka tidur sambil berdiri.

"Jam berapa sekarang, Agra?" Tanyaku sambil menatapnya.

Dia pun membalas tatapanku lalu tersenyum manis. Senyuman yang tidak pernah ditunjukkannya pada orang lain. "Jam 3 pagi, mate."

"Ohh, pantas saja mereka pada tertidur." Kikikku.

"Mereka siapa, mate?"

"Para pengawal lah."

"Jangan pedulikan mereka, mate. Kau hanya boleh mempedulikan ku."

Aku mendelik sinis mendengar ucapannya. "Oh ayo lah, aku tidak mempedulikan mereka. Aku hanya tidak sengaja melihat mereka tertidur dan mengatakannya padamu. Jangan cemburu seperti itu dong!!"

Agra mengerucutkan bibirnya kesal. Astaga, dia menggemaskan sekali. "Tetap saja aku cemburu. Aku tidak suka jika ada orang lain yang menarik perhatianmu, bahkan jika itu saudaramu sendiri."

Aku menepuk dadanya kesal. "Dasar posesif."

Agra terkekeh. "Ya, aku memang posesif. Kau tahu sendiri, mate."

Aku tidak menyahut lagi karena tidak akan menang jika berdebat dengannya.

Ku sandarkan kepalaku ke dada bidangnya sambil memejamkan mata. Mendengarkan irama jantungnya yang tidak teratur. Selalu saja seperti ini tapi aku suka.

Agra tiba-tiba menurunkanku di atas meja dengan penuh kehati-hatian. Suami tampanku itu menangkup kedua belah pipiku lalu mengecup bibirku sekilas. "Jangan kemana-mana. Tunggu aku sampai selesai di sini, mate."

Sorot matanya terlihat begitu tegas sehingga membuatku berdecak geli. "Kau dengar perkataan ku 'kan, mate?"

Ku cubit kedua pipinya gemas. "Iya, sayang. Aku dengar. Jadi jangan cerewet lagi. Lebih baik kau membuatkan ku steak seenak mungkin."

Wajahnya terlihat bersemu merah. Sudut bibirnya tertarik sempurna ke atas sehingga menciptakan senyuman lebar.

Tidak tahu lagi bagaimana harus menghadapi suami tampanku ini. Dia terlalu manis dan menggemaskan. Membuatku ingin mengurungnya untuk diriku sendiri.

Suami tampanku itu tiba-tiba mencium bibirku dengan intens. "Tunggu lah sebentar. Aku akan memasakkan steakmu secepat mungkin, mate." Ujarnya kala pagutan kami terlepas.

Aku mengecup pipi kanannya secepat kilat. "Jangan hanya cepat tapi juga enak."

Dia mengangguk penuh semangat. "Tentu saja. Aku akan memasakkan steak enak untukmu dan anak kita!" Serunya.

Aku terkekeh geli melihat tekadnya itu. "Sudah lah, cepat buat sana. Anak kita sudah sangat lapar."

Agra mengangguk dan memulai aktivitas memasaknya. Sungguh, aku sangat salut dengannya. Dia tidak pernah mengeluh meski sering ku bangunkan malam-malam untuk memasak atau pun mencarikan makanan yang aku inginkan selama hamil ini.

Dia juga selalu perhatian padaku. Menanyakan apakah ada yang tidak nyaman Atau tidaknya. Juga, selalu bertanya apakah ada yang aku inginkan.

Tidak pernah protes, mengeluh, atau pun kesal mendengar permintaanku. Dia selalu saja mengabulkan semua yang ku inginkan meski pun itu sangat susah.

Mungkin dia lah suami terbaik di dunia ini dan aku sangat beruntung memilikinya.

Semoga dia tidak pernah berubah. Semoga dia tetap menjadi suami siaga. Semoga dia tidak pernah bosan. Semoga dia tetap menjadi suami terbaik dalam hidupku.

Bersambung....

Mulai hari ini partnya pendek yaw😌😌

Capek aku tu ngetik panjang2 wkwkwk

MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang