Double up
Maggie duduk di salah satu kursi karena sudah terlampau lelah menerima kedatangan para tamu dengan senyuman manisnya.
Gadis cantik itu hendak memijit kakinya yang terasa pegal tapi tertahan karena Agra lebih dulu berjongkok dan memijit kakinya tanpa diminta.
Ia hanya bisa menatap perlakuan Agra tanpa berkedip. Merasa sangat tersentuh bisa mempunyai suami seperhatian Agra. Meskipun Agra polos dan kekanakan yang mudah dimanfaatkannya sudah hilang, Agra yang dewasa ini juga tidak apa. Pada dasarnya sama saja. Mereka orang yang sama.
Hanya saja, ia merasa penasaran kenapa Agra polosnya bisa berubah drastis. Dalam hati bertekad akan menanyakan hal itu nantinya jika sudah berada di dalam kamar.
"Apakah kakimu masih sakit, mate?"
Pertanyaan penuh perhatian Agra membuatnya mengulum senyum.
Lihat? Agra tetap lah Agra! Agra tetap perhatian dan selembut dulu!
"Masih sakit. Pijit lagi." Jawabnya tak tahu diri.
Biasanya gadis lain akan mengatakan sudah tidak sakit, ini malah mengatakan masih sakit. Padahal aslinya tidak pegal lagi. Dia hanya ingin menikmati pijatan lembut Agra.
"Aku akan membakar high heels mu ini nanti agar tidak membuatmu kesakitan lagi."
Gumaman pria tampan itu membuat Maggie terkekeh geli. Begitu pun dengan para tamu yang tak sengaja mendengar ucapan Agra.
Cukup lama Agra memijit kaki Maggie, baru lah gadis cantik itu menyuruh Agra duduk di sampingnya.
Ia menyuapi Agra kue sebagai ungkapan terimakasih. Tentu saja Agra menerimanya dengan senang hati.
Mereka berdua sibuk dalam dunia mereka sendiri sehingga mengabaikan para tamu yang geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka.
Devi yang duduk di sebelah Darren mencubit lengan suaminya kuat sehingga Darren yang sedang melamun sambil menatap putrinya tersentak kaget. "Kenapa kamu mencubitku, sayang?" Protesnya.
Devi memukul lengan Darren kesal. "Aku mau kue! Ambilin!! Budeg banget sih!!"
Darren mengelus dada. Berusaha bersabar dengan tingkah semena-mena Devi sejak hamil.
Darren harap anaknya segera keluar dan tidak membuatnya kelimpungan lagi.
Devi mendengus kesal melihat Darren yang lelet dalam mengambilkan sesuatu yang diinginkannya.
Sembari menunggu, ia mengalihkan tatapannya pada Maggie dan Agra. Sepasang pengantin baru itu terlihat sangat bahagia.
Seulas senyum muncul di bibirnya. Ia ikut bahagia melihat putri satu-satunya itu tersenyum ceria. Ia sangat bersyukur bisa melihat putrinya bisa sebahagia sekarang. Tidak seperti dulu yang sering murung dan menangis karena penolakan matenya.
Ternyata moongoddes sudah mengatur takdir Maggie sedemikian rupa. Disakiti oleh mate dan menemukan pasangan hidup di akhir. Disakiti oleh Arion dan berakhir bersama Agra. Sama seperti dirinya. Diriject Hanzel dan bersama dengan Darren.
Devi sekarang bisa tenang melihat putrinya itu menikah dengan Agra karena pria itu terlihat sangat mencintai dan menyayangi Maggie. Belum lagi Agra anak Arthur dan Lily. Bisa lah dia membully Arthur dikemudian hari.
Pandangan wanita cantik itu turun ke perutnya yang masih rata. Mengelus perutnya pelan dan lembut dan berbisik di dalam hati, "Semoga kamu tidak disakiti matemu seperti mommy dan kakakmu, sayang. Mommy harap nanti kamu tumbuh menjadi anak yang hebat dan tidak bisa ditindas oleh siapa pun."
Maggie mengerutkan keningnya heran melihat tingkah Devi yang mengelus perut dengan tatapan sendu itu. Ia hendak menghampiri mommy nya untuk bertanya tapi tidak jadi karena seseorang tiba-tiba saja memeluk tubuhnya. "Kenapa kau tega mencampakkan ku, sayang? Aku tidak bisa hidup tanpamu! Aku mohon pulang lah bersamaku!!"
Tubuh Maggie menegang kaku mendengar suara yang sangat dikenalinya itu, yaitu suara Aldebaran.
Bagaimana bisa Aldebaran datang ke pesta pernikahannya ini?! Siapa yang membawa Aldebaran ke sini?!
Maggie semakin tersentak kala Aldebaran dilemparkan oleh Agra ke dinding hingga terdengar suara retakan tulang.
Maggie yang masih syok hanya bisa terdiam melihat Agra mulai memukuli Aldebaran.
"Aku tidak akan membiarkanmu bernafas di dunia ini setelah menyentuh mateku!! Aku akan membunuhmu, sialan!! Aku akan mengirimmu ke neraka!!"
Teriakan marah Agra membuat para tamu mendadak diliputi ketakutan.
Ternyata Agra lebih menyeramkan daripada Raja Arthur saat sedang marah.
Para tamu semakin gemetar ketakutan melihat Agra membakar tubuh Aldebaran dengan api neraka.
Sebelumnya mereka tidak pernah menyangka Agra punya kekuatan mematikan seperti ini.
Arthur yang melihat perilaku anaknya tersenyum bangga. Keturunannya memang tidak dapat diremehkan.
Lily terlihat sedih melihat anaknya menghabisi orang lain. Dia tidak ingin anaknya membunuh orang.
Sedangkan Devi sibuk memvideokan kejadian itu sebagai kenang-kenangan.
Maggie yang melihat Aldebaran lenyap dalam sekejap mata hanya bisa melongo tidak percaya.
Bukan kah ini sama saja Aldebaran mengantarkan nyawa sendiri ke malaikat maut dengan suka rela? Kok akhir hidup pria itu menyedihkan ya?
"PULANG KALIAN SEMUA!! PESTA INI TIDAK AKAN DILANJUTKAN!!"
Teriakan penuh amarah Agra membuat Maggie merasa sangat was-was. Entah kenapa ia merasa akan ada hal buruk yang terjadi padanya. Firasat buruknya semakin menjadi melihat Agra menatapnya tajam dan penuh intimidasi.
"OTTOKEH?!" Jeritnya panik dalam hati meskipun tidak bersalah sama sekali.
-Tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
MATE
Fantasy(Sequel The Demon's Mate & Queen Of Werewolf) Semua berawal dari permainan truth or dare. Ia mendapat dare masuk ke dalam salah satu ruangan terlarang di kerajaan Arthur. Ruangan yang tidak boleh dimasuki oleh siapa pun. Dengan mempertaruhkan hidup...