Part 17. Di Alam Mimpi

11.6K 1.3K 217
                                    

VOTE & KOMEN

Maggie melihat sekelilingnya dengan tatapan heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maggie melihat sekelilingnya dengan tatapan heran. Bertanya dalam hati kenapa ia bisa di sana, padahal sebelum tidur dia berada di samping Agra yang memeluknya erat.

Tidak mungkin kan ada orang yang berhasil menculiknya di dalam Kerajaan Agra?

Setahu Maggie, Kerajaan Agra bukan kerajaan lemah yang bisa dimasuki sembarangan oleh penyusup.

Perempuan cantik itu terus berjalan. Menyusuri ruangan kosong nan terlihat dipenuhi sarang laba-laba itu. Terlihat sangat mencekam dan mengerikan seperti di dalam film horor yang sering ditontonnya tapi itu bukan masalah. Ia bukan perempuan penakut. Apalagi takut pada hantu.

Kepalanya refleks menunduk karena merasa telah menginjak sesuatu. Keningnya mengernyit melihat kerangka tubuh manusia yang masih utuh. Berjongkok dan menyentuh tulang-tulang itu langsung tanpa merasa takut sama sekali.

"Bagus juga tulangnya, kalau dijual untuk dijadikan objek pelajaran kayaknya bagus nih." Kikiknya.

Wajah cerianya lenyap seketika kala kerangka tubuh manusia itu bergerak. Lantas segera berdiri dan menjauh seraya menanti apa yang akan terjadi pada tulang satu itu.

Wajahnya tampak terkejut melihat tulang yang bertransformasi menjadi Aldebaran.

"Bukan kah kau sudah dibunuh oleh Agra?" Tanyanya heran.

Aldebaran tersenyum miring. Semakin berjalan mendekati Maggie yang masih terdiam lantaran terlalu kaget. "Aku memang sudah dibunuh oleh pria sialan itu tapi aku terlahir kembali, sayang. Aku tidak akan pernah rela membiarkanmu bersama dengannya karena kau hanya lah milikku!"

Maggie mengerjap. "Bagaimana bisa kau terlahir kembali? Kau bukan manusia?"

Aldebaran menyeringai. "Kau tidak perlu tahu, sayang. Yang perlu kau lakukan adalah menungguku merebutmu dan membawamu ke dalam kehidupanku."

"Sudah lah, Al. Kita tidak ditakdirkan bersama. Kau cari saja wanita lain. Masih banyak yang lebih baik dariku," kata Maggie lelah.

Aldebaran menggeleng tegas. Mencengkram dagu Maggie kuat dan menatap penuh intimidasi. "Hanya kau yang aku inginkan!! Bahkan aku rela melakukan apa pun asal bisa selalu bersamamu!!" Tekannya tidak main-main.

Maggie menepis tangan pria tampan itu kuat. "Aku sudah punya suami. Jadi, jangan ganggu aku lagi, Al.

"Tidak!! Aku akan terus menganggumu sampai kau menjadi milikku!! Aku tidak suka melihatmu bersamanya. Seharusnya aku yang menjadi suamimu karena aku lebih dulu mengenalmu." Ujar Aldebaran frustasi.

Perempuan cantik berambut sebahu itu menghela nafas kasar. "Tapi takdir tidak bisa kita lawan. Kau memang lebih dulu mengenalku tapi dia adalah takdirku."

Aldebaran menggeleng tegas. "Aku tidak peduli!! Kau hanya milikku!!" Pria itu menyatukan bibirnya dengan Maggie secara paksa. Tidak membiarkan perempuan itu mendorongnya.

Maggie menjerit kesal di dalam hati karena tenaga Aldebaran yang terlalu kuat sehingga ia tidak bisa mendorong pria itu. Kala teringat dengan Agra, Maggie langsung memanggil-manggil nama pria itu di dalam hatinya.

Maggie mengatur nafasnya yang terengah-engah akibat ulah Aldebaran kala terlepas begitu saja.

Di hadapannya terlihat Agra yang tengah bertarung dengan Aldebaran. Suami tampannya itu terus menyerang Aldebaran dengan marah. Satu hal yang pasti, suaminya cemburu.

"Sialan!! Sudah mati pun kau masih saja berusaha menganggu istriku!! Pergi saja kau ke neraka!!" Bentak Agra marah.

Aldebaran menyeringai sinis seraya terus menyerang. "Bagaimana mungkin aku menyerah semudah itu?! Aku akan membalaskan kematianku dan merebut Maggie kembali!!"

"Sialan!! Siapa yang menghidupkanmu kembali hah?!"

"Tidak penting! Kau menyerah dan serahkan lah Maggie padaku, maka aku tidak akan mengusik hidupmu."

Amarah Agra semakin meluap-luap mendengar ucapan Aldebaran. Pria itu menyerang Aldebaran dengan agresif sehingga membuat Aldebaran terluka parah lalu menghilang begitu saja dari sana.

Agra mendengus kesal melihat Aldebaran melarikan diri namun itu hanya sebentar karena dia langsung mendekati matenya yang masih terlihat linglung.

"Kau tidak apa-apa, mate?"

Maggie mengerjap beberapa kali lalu langsung memeluk tubuh Agra. "Kenapa aku bisa ada di sini? Bukan kah tadi aku berada di dalam kamar? Apakah aku diculik oleh pria itu?"

Agra mengelus punggung Maggie lembut. "Bukan, mate. Ini di alam mimpi, mate."

Mendengar jawaban Agra, Maggie refleks melepaskan pelukannya dan menatap suami tampannya tidak percaya. "Hah?! Serius?!"

"Iya. Kenapa terlihat tidak percaya begitu? Bukan kah kita juga sering bersama di alam mimpi?" Kekeh Agra geli.

Maggie menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Ya, aku heran aja. Biasanya kan aku berada di alam mimpi bersamamu bukan sama dia."

Agra tersenyum, mengusap puncak kepala Maggie. "Kita kembali ke rumah." Menggendong tubuh Maggie. Membawanya teleportasi sehingga berada di ranjang kamar mereka di alam mimpi.

Ya, seperti itu lah kehidupan mereka.

Mereka selalu bersama, dimana pun dan kapan pun.

Karena kebersamaan mereka itu, kadang Maggie menjadi bosan melihat orang yang sama tiap detiknya.

Agra mengecup bibir Maggie sekilas. "Kenapa diam?"

"Karena diam lah." Jawabnya asal.

Agra menaikkan alisnya heran.

Maggie menatapnya tak kalah heran. "Kenapa lagi?"

Agra menggeleng. Meraih tubuh mungil Maggie dan mengurungnya di dalam pelukan hangatnya.

"Bisa gak sih kalau di alam mimpi pun kita tidak bersama?" Celetuk Maggie.

Agra semakin mengencangkan pelukannya karena kesal. "Kenapa? Kau tidak ingin melihatku lagi?! Kau bosan melihatku terus?!"

"Itu tau!"

"Tidak!! Aku akan selalu bersamamu! Aku tidak akan pernah melepaskanmu barang sedetik pun!"

"Ck! Menyebalkan!"

"Ini juga untuk kebaikan kita."

"Kebaikan apanya?" Dengus Maggie tak habis pikir.

"Tentu saja untuk kebaikan hubungan kita. Kata Daddy, aku tidak boleh membiarkan mateku sendirian jika tidak ingin di rebut. Aku harus menjaga mateku dengan ketat supaya tidak ada yang menyakitinya. Maka dari itu, sampai kapan pun aku akan selalu berada di sisimu, di mana pun dan kapan pun."

Dan Maggie?

Pingsan di tempat mendengar ajaran unclenya ke Agra.

"Bagaimana kalau kita bercinta di sini, mate?" Dan pertanyaan menggoda Agra semakin membuatnya benar-benar pingsan sekarang juga.

-Tbc-

Muehehe, ini di alam mimpi yaa.

26/2/21

MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang