Part 6. Kau Lebih Istimewa

19.1K 2.1K 176
                                    

Triple up..

Jgn lupa vote & komenn~.~

Aku memuntahkan kembali semua makanan yang ku makan di kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku memuntahkan kembali semua makanan yang ku makan di kamar mandi.

Untuk mendapatkan tubuh ideal seperti sekarang butuh perjuangan yang ekstra. Mulai dari mengurangi porsi makan secara besar-besaran, tidak menyemil lagi, dan hanya makan sayur-sayuran setiap harinya.

Semenjak lima tahun yang lalu, aku memang tidak makan seleluasa dulu. Bahkan untuk makan sebatang coklat saja bisa dihitung dengan jari dalam setahun.

Dan tadi, adalah porsi makan yang sangat banyak serta menyalahi prinsip makanku selama ini. Ini semua karena ulah Agra. Jika saja dia tidak mengendalikan tubuhku, maka aku tidak akan makan sebanyak itu.

Kalian boleh berpikir aku menyiksa diri sendiri karena memang itu kenyataannya. Aku lebih suka menyiksa diriku dengan menahan melahap semua makanan yang aku inginkan daripada menerima hinaan orang lain.

Orang yang memanggilku gendut sangat berhasil membuat hatiku teriris. Kadang mereka memang mengatakan itu bercanda dan tidak perlu dimasukkan ke dalam hati tapi aku tidak bisa melakukan itu.

Candaan mereka tentang fisikku sangat membuat hatiku sakit. Jika bercanda, kenapa harus menyangkut fisik? Tidak bisakah yang lain saja?!

Sekarang, lihat lah karena hinaan yang selama ini ku terima.

Aku diet mati-matian dan mendapatkan tubuh ideal seorang perempuan namun jika dipikir-pikir itu sangat lah miris. Demi menghilangkan hinaan mereka, aku rela menahan apa yang ku inginkan. Ah, sudah lah. Fisik memang menjadi nomor satu di dunia ini.

"Mateku, kenapa belum keluar? Apa terjadi sesuatu?"

Pertanyaan cemas Agra membuat ku kembali ke kenyataan.

Tidak ada lagi waktu untuk meratapi hal itu sekarang.

"Tidak terjadi apa pun!" Sahutku sedikit berteriak supaya dia mendengar.

Mencuci wajahku sebentar, merapikan rambut, dan baru keluar dari kamar mandi.

Aku langsung disambut oleh Agra yang masih saja terlihat khawatir. Padahal pergi ke kamar mandi doang tapi khawatirnya seperti itu.

"Aku gak kenapa-napa kok. Jadi, biasa aja ekspresimu." Kekehku seraya menggandeng tangannya. "Sekarang ayo temani aku berkeliling. Akan ku tunjukkan sesuatu yang paling istimewa di dalam istana ini padamu."

Agra menatapku berbinar seraya mengangguk antusias. Benar-benar menggemaskan.

Aku membawanya ke tempat yang terdapat sesuatu istimewa itu, yaitu taman kerajaan.

Dari kecil aku sangat suka dengan taman ini. Saking sukanya, aku selalu merengek ke mommy tiap harinya untuk mengantarkan ku ke sini.

Aunty Lily sering sekali menemaniku di sini sambil menceritakan banyak hal. Aunty saat itu belum punya anak perempuan, makanya dia seantusias itu menemaniku bersantai di taman ini.

"Jadi, ini tempat istimewa yang kamu maksud, mateku?"

"Iya. Bukan kah tempat ini sangat indah?"

Agra menangkup wajahku secara tiba-tiba dengan senyuman manisnya. "Kau jauh lebih indah daripada tempat ini."

Arghhhh!!!

Tolongin Maggie!!!

Jantung Maggie mau copot rasanya melihat senyuman manis Agraa!!!

"Kau juga lebih wangi daripada bunga di sini dan kau lebih istimewa daripada taman ini, mateku."

Aku terkekeh geli seraya mengalungkan tanganku ke lehernya. "Ya. Aku memang lebih istimewa daripada taman ini. Untung lah kalau matamu tidak salah menilai."

Agra tersenyum lagi. Wajahnya semakin mendekat ke wajahku hingga hidung mancung kami saling bersentuhan. "Aku sangat mencintaimu, mateku. Jangan pernah tinggalkan aku karena aku tidak bisa hidup tanpamu." Bisiknya pelan dengan tatapan menusuk yang mampu menggetarkan jiwa.

Dia benar-benar...

"Juga, jangan pernah berinteraksi dengan laki-laki lain lagi. Kau hanya milikku seorang, mate."

"Iya, sayang. Aku tidak akan pernah berinteraksi dengan laki-laki lain lagi." Godaku lalu mencium pipinya.

Sudah banyak pengalamanku bersama pria lain, tentu saja aku tahu bagaimana cara ampuh membuat mereka semakin bertekuk lutut padaku dan tidak bisa berpaling dariku.

Di setiap kali bertemu, aku akan menunjukkan rasa cinta yang besar pada mereka meski pun aku tidak merasakan hal itu karena hatiku sudah beku sejak lima tahun yang lalu.

Aku akan menemani dan menghibur mereka jika sedang sedih. Aku akan membuat kejutan sederhana untuk mereka. Aku juga akan memberikan pelukan dan ciuman hangat ke mereka.

Hanya pelukan dan ciuman oke?!

Meski hidup di negara bebas, aku tetap menjaga kesucian diriku sendiri. Aku hanya akan memberikan harta berhargaku kepada suamiku kelak. Aku ingin suamiku menjadi yang pertama!

"Kau hanya milikku, mate." Tekannya sekali lagi. Iris biru laut menenangkannya menatap ku begitu memuja. Sangat akan mudah sekali dimanfaatkan.

"Kak Maggie ngapain?"

Sontak ku dorong tubuh Agra ketika mendengar pertanyaan heran Kristal. Berbalik ke arahnya dan menatapnya dengan cengiran. "Gak ngapa-ngapain sih. Kok Kristal ada di sini?"

"Kristal bosan di dalam kamar terus kak." Jawabnya cemberut.

"Kenapa gak main sama kakak Kristal?"

Agra memelukku secara mendadak hingga mampu membuat jantungku cenat cenut. "Jangan abaikan aku. Aku tidak suka."

"Ya elah. Siapa juga sih yang suka diabaikan." Gemasku.

"Itu kau tahu, jadi jangan mengabaikanku lagi." Agra mengecup pipiku sekilas. "Dan kau gadis kecil, pergi dari sini!!" Usirnya ke Kristal.

"Memangnya kau siapa hingga berani menyuruhku pergi dari sini?!"

Ternyata Kristal kecilku berani sekali. Dia tidak terlihat takut sama sekali dengan tatapan tajam Agra. Malah Kristal menatap tajam balik sambil berkacak pinggang.

"Pergi!!"

"Tidak mau! Ini kerajaanku! Kau yang pergi dari sini!!" Usir Kristal garang.

"Kau gadis kecil! Beraninya memarahiku!!"

Tak kuat lagi melihat perdebatan kakak adik itu, aku segera melerai dengan membekap mulut Agra. "Jangan berdebat lagi dengan adikmu. Harusnya kau menyayanginya dengan sepenuh hati bukan malah memarahinya." Omelku.

"Cih, aku tidak Sudi punya kakak seperti dia. Lebih baik punya kakak seperti Kak Maggie. Ayo kak, kita pergi. Abaikan saja pria tua itu." Ujar Kristal kesal.

Dan Agra? Melepaskan bekapanku pada mulutnya lalu memarahi Kristal lagi.

Kristal tentu saja tidak mau kalah.

Dia semakin melawan Agra dengan lontaran-lontaran pedasnya.

Bodohnya, Agra malah tidak mau mengalah dengan seorang gadis kecil.

Aihh, bisa-bisanya Agra melawan gadis 7 tahun yang baru masuk SD.

Sangat kekanakan! Lebih kekanakan daripada Aldebaran!

-Tbc-

18/2/21

MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang