Kehilangan adalah sesuatu yang sangat ditakuti oleh siapa pun, terutama oleh Agra.Ia sangat takut kehilangan Maggie. Takut kehilangan Maggie selama-lamanya lantaran wanita yang sangat dicintainya itu tidak kunjung bangun sampai sekarang.
Hati terasa sangat teriris tiap kali memikirkan kemungkinan Maggie meninggalkannya.
Meninggalkannya seperti anaknya yang pergi tanpa sempat melihat dunia.
Sungguh, dia tidak ingin kehilangan Maggie. Dia ingin bersama Maggie sampai tua nanti lalu ingin mati bersama juga supaya tidak merasakan apa itu sakitnya kehilangan.
Jangankan kehilangan, membayangkannya saja sudah terasa menakutkan. Sangat sangat menakutkan.
Hanya harapan dan ketakutan yang tersisa di dalam dirinya karena Maggie tidak kunjung bangun meskipun 2 hari sudah terlewati.
Tidak sesuai ucapan awal Arthur, Maggie tidak bangun sama sekali.
Wanita cantik itu seakan nyaman dengan dunia alam bawah sadarnya. Di dalam dunia fantasinya yang tidak tahu apa isinya. Entah itu fantasi bersama keluarga, orang tercinta, atau pun anaknya.
Keadaan Agra begitu terpuruk namun keluarganya tidak pernah mengabaikannya meskipun Agra bersifat acuh tak acuh.
Mereka selalu memberikan dukungan ke Agra untuk selalu kuat dalam menghadapi musibah sekarang. Mereka selalu menghibur Agra, terutama Kristal. Gadis kecil itu selalu menghibur sang kakak.
Dan sejujurnya, berkat dukungan orang terdekat lah Agra mampu menghadapi permasalahannya.
Dukungan dari orang terdekat memang sangat berarti. Beruntungnya Agra punya keluarga seperti keluarganya sekarang ini mengingat tidak semua keluarga yang memperlakukan anggota keluarganya dengan baik. Tidak semua orang seberuntung dirinya.
Semenjak Maggie sadar, Agra menjadi sadar akan beberapa realita kehidupan yang tak selalu indah.
Agra tersentak dari lamunan panjangnya ketika merasakan tepukan lembut di bahunya.
Saat melihat si empu tangan, ia semakin tersentak.
Orang itu adalah Devi, ibu kandung Maggie.
"Kenapa mommy ada di sini?" Tanyanya pelan.
Devi menepuk jidatnya lebay. "Memangnya mommy tidak boleh di sini? Mommy tidak boleh melihat putri mommy yang sedang Travelling ke dunia lain?" Dengan begitu santainya Devi berujar seperti itu, seperti tidak ada kesedihan sama sekali.
Devi memang sangat berbeda.
Biasanya ibu-ibu lain pasti akan terpuruk melihat anaknya berada di ambang kematian sedangkan Devi sempat-sempatnya bercanda dan bersikap santuy.
"Bukan itu maksud Agra, mom. Tentu saja mommy boleh di sini. Tidak ada larangan sama sekali untuk mommy."
Devi tersenyum. "Gemesin banget sih menantuku ini. Beruntung Maggie punya suami seperti kamu."
Agra menggeleng pelan sembari menatap wajah pucat istrinya. "Tidak, mom. Aku lah yang beruntung bisa punya istri seperti Maggie."
"Aduh, manis banget sih. Andai kamu bukan menantuku, sudah ku masukkan kamu ke dalam list coganku." Kikik Devi dan disambut dengan deheman seseorang.
"Ingat usia, sayang. Jangan suka melihat cogan lagi. Tidak cocok sama sekali." Tegur Darren datar.
Devi memutar bola mata malas. "Apa salahnya sih? Usia boleh tua asal selera jangan tua."
Darren melotot tidak suka. "Jangan suka melihat cogan lagi. Aku cemburu."
"Padahal hanya melihat bukan menyentuh." Devi menyahut, tidak mau kalah sama sekali.
Dan akhirnya terjadi lah perdebatan di antara mereka sehingga melupakan tujuan awal mereka ke Kerajaan Arthur.
Kasihan Maggie yang punya orangtua seperti mereka, terutama seperti Devi yang Gesrek.
Agra saja sampai geleng-geleng kepala jadinya. Jika bukan mertua, sudah Agra tendang keluar kerajaannya karena telah membuat keributan.
Agra pun sampai tak habis pikir dengan mereka karena tidak terlihat bersedih seperti dirinya melihat keadaan Maggie.
"Hei! Jangan membuat keributan lagi!!" Tegur Arthur yang baru datang di dalam ruangan itu bersama Lily. Pria berusia ratusan tahun yang masih saja terlihat muda dan tampan itu sedang memeluk pinggang Lily posesif. Sangat posesif malahan. Pelukannya begitu erat seperti takut Lily menghilang jika tidak dipeluk se-erat itu.
Lagi, Agra menghela nafas panjang. Mempersiapkan stok sabar supaya tidak kelepasan memarahi semua orang karena ia yakin selanjutnya akan ada perdebatan antara ayahnya dan ibu mertuanya.
"Memangnya siapa yang membuat keributan sih?! Ya, kan, suamiku?! Cih, dasar paman aneh!"
Dan benar saja tebakannya. Ibu mertuanya tidak mau kalah dan malah memancing perdebatan lainnya.
"Dasar tidak sadar diri! Kau lah yang membuat rusuh! Suaramu sampai terdengar keluar kamar!"
"Trus, apa masalah paman kalau aku membuat rusuh? Memangnya paman akan mati gitu?"
"Bukan aku yang akan mati tapi putrimu jika kau terus saja membuat onar seperti ini! Dasar aneh!" Arthur tak habis pikir dengan tingkah Devi yang membuat rusuh saat putrinya terbaring koma. Jika ini di rumah sakit, sudah pasti Devi akan diseret keluar secara paksa. Sayangnya ini bukan rumah sakit.
"Haduh, tenang aja kali. Putriku tidak akan mati semudah itu. Apa paman lupa siapa ibunya?" Dagu Devi terangkat angkuh. "Ibunya aku loh, paman. Devi! Perempuan tercantik di dunia immortal dan dunia manusia yang hampir mati karena ditusuk pedang dan diabaikan oleh orang yang tidak tahu terima kasih. Jadi, putriku tidak akan mati semudah itu."
Arthur mendengus kasar. "Terserah kau saja. Aku malas meladenimu."
"Lah? Malas? Buktinya paman meladeniku loh."
Arthur menatap malas Devi sebelum mengalihkan tatapannya ke Lily yang berkedip polos.
Arthur mengangkat tangan kanannya dan membelai puncak kepala Lily lembut. "Untung saja mateku dirimu, honey. Kalau saja mateku perempuan gila itu, sudah pasti hidupku tidak akan tenang." Sindirnya.
Devi yang tersindir pun kembali marah. "Lebih untung lagi aku tidak punya mate menyebalkan seperti paman. Bisa cepat tua aku kalau punya mate seperti paman."
Perdebatan itu terus berlanjut hingga Agra, Darren, Lily, dan Maggie terabaikan.
Mereka berdua itu benar-benar... Menyebalkan.
-Bersambung-
Kuliah tatap muka membuat fokus ku terbagi. Jadi maklumi aja ya kalau aku gak bisa up secepat dulu.
Tapi aku akan selalu berusaha buat cepat up kalau responnya bagus🔥
Hayo, jangan lupa tekan bintangnya.
5/4/21
KAMU SEDANG MEMBACA
MATE
Fantasy(Sequel The Demon's Mate & Queen Of Werewolf) Semua berawal dari permainan truth or dare. Ia mendapat dare masuk ke dalam salah satu ruangan terlarang di kerajaan Arthur. Ruangan yang tidak boleh dimasuki oleh siapa pun. Dengan mempertaruhkan hidup...