Part 16. Agresif

12.8K 1.4K 224
                                    

Triple upp

Tidak ada yang membuka suara di antara sepasang pengantin itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada yang membuka suara di antara sepasang pengantin itu. Mereka tetap diam dengan raut wajah yang berbeda. Maggie dengan wajah tegangnya sedangkan Agra dengan wajah dinginnya.

Maggie mengikuti jalan Agra sambil menggerutu di dalam hati. Bisa-bisanya pernikahan impiannya hancur karena amarah seorang Agra. Padahal menurutnya, yang tadi itu belum seberapa. Aldebaran hanya memeluknya bukan menciumnya.

Memikirkan hal itu, Maggie menjadi kesal sendiri hingga rasa takutnya tadi hilang begitu saja.

Lagipula apa yang perlu ditakutkannya pada Agra. Pria itu pasti tidak akan menyakitinya sama sekali. Setidaknya, tidak akan memukuli tubuhnya lah hanya karena cemburu. Palingan hanya dimarahi dan diceramahi doang.

Gadis cantik itu sedikit tersentak kala tubuhnya tiba-tiba dipojokkan ke dinding. Membuat punggungnya menempel di dinding.

Mendongak ke atas, menatap wajah Agra karena perbedaan tinggi mereka. "Kenapa kau sampai membubarkan acara pernikahan kita?! Bayangan pernikahan impianku hancur karena mu!!" Sentaknya kesal.

Agra menatap Maggie dalam tanpa berbicara sepatah kata pun. Membuat gadis cantik itu kesal saja.

"Kenapa diam saja?! Ayo jawab!!"

Agra mencengkram dagu Maggie pelan dengan aura intimidasi khasnya tapi Maggie tidak merasa takut sama sekali. "Siapa laki-laki tadi?! Kenapa dia bisa ada di pernikahan kita!"

"Mantan!" Jawab Maggie kesal.

"Kau berpacaran dengan orang lain sebelum bertemu denganku?!" Tanya Agra tidak terima.

"Tentu saja. Asal kau tahu, mantanku sudah 199 banyaknya. Memangnya kenapa, hah?! Masalah buatmu?!"

Agra melepaskan cengkeramannya dan menatap Maggie kecewa. "Kenapa kau tidak menungguku, mate? Kenapa kau lebih memilih bersama pria lain dibandingkan menungguku?"

Maggie tertawa sinis. "Untuk apa aku menunggu sesuatu yang tidak pasti. Aku saja tidak tahu kau hidup atau tidaknya!"

"Apakah kau sudah pernah bersentuhan dengan mereka, mate?"

Maggie mengerutkan keningnya heran. "Kalau tidak bersentuhan, musuhan namanya itu." Cetusnya kesal.

Gadis cantik itu terdiam kala bibirnya dicium dengan cepat.

"Apakah mereka pernah melakukan ini padamu?"

Agra menanti jawaban dari gadis yang tengah melongo itu.

Agra kembali mendekatkan wajahnya dan melumat bibir Maggie secara bergantian.

"Apakah mereka pernah melakukan ini padamu, mate?"

Maggie menghembuskan nafas kesal. "Apaan sih cium-cium?! Udah ah! Aku mau mandi dulu!"

"Jawab dulu pertanyaanku, mate. Apakah mereka pernah melakukan itu padamu?"

Maggie memutar bola mata malas. "Ya."

Agra langsung dikuasai cemburu membayangkan bibir matenya dicium oleh pria lain.

Tanpa pikir panjang lagi, pria tampan itu langsung menyerang bibir Maggie. Tidak hanya itu, ciumannya juga berpindah ke seluruh tubuh Maggie tanpa terlewatkan satu inchi pun.

Maggie yang mendapatkan perlakuan seperti itu hanya menikmati dan membalas ciuman Agra dengan lihai.

Agra lepas kendali. Dirobeknya gaun pengantin yang membalut tubuh indah Maggie sembari terus memberikan ciuman di bibir gadis itu.

Setelah itu ....

Hanya mereka yang tahu apa yang mereka lakukan di dalam kamar itu.

****

Maggie membuka mata kesal karena terganggu dengan kecupan-kecupan ringan yang mendarat di seluruh wajahnya.

Matanya langsung bertatapan dengan mata Agra yang terlihat menatapnya lembut dan bersalah.

Maggie berdecak kesal dan membalikkan tubuhnya. Membelakangi Agra.

Agra yang dicuekin menghela nafas. Beringsut mendekat dan memeluk tubuh polos Maggie seraya melayangkan ciuman di bahu Maggie yang dipenuhi kiss Mark. "Apakah aku menyakitimu tadi malam, mate? Aku minta maaf. Jangan membenciku. Aku hanya cemburu melihat pria itu memelukmu."

"Diam! Aku masih mengantuk!" Decak Maggie kesal.

"Jadi, kau tidak membenciku, mate?" Tanya Agra senang.

"Heh, kau pikir aku akan membencimu hanya karena melakukan itu? Tentu saja aku tidak akan membencimu, bodoh!! Kita kan sudah resmi menjadi suami istri!!" Omel Maggie, masih dengan mata terpejam.

Agra tersenyum senang. Kembali mengecupi bahu Maggie dengan perasaan senang tak terkira.

Sejak terbangun tadi, dia sudah takut Maggie akan membencinya setelah apa yang dilakukannya semalam.

Dia takut Maggie menjauh dan pergi dari kehidupannya.

Dia takut Maggie mencari pria lain yang jauh lebih baik darinya.

Dia takut Maggie tidak mau bertemu dengannya lagi sampai kapan pun.

Untung saja ketakutannya tidak terjadi sama sekali.

Maggie masih di sini, tidak membencinya, atau pun berusaha pergi.

"Agra!! Jangan ganggu aku!! Aku masih mengantuk." Decak Maggie kesal merasakan kecupan-kecupan ringan di bahunya.

Agra terkekeh geli lalu menurut tapi pria tampan itu membalikkan tubuh Maggie menghadap dirinya. Kemudian dipeluknya tubuh Maggie hingga tubuh polos mereka langsung menempel satu sama lain.

"Tidur lah, aku akan menjagamu." Bisiknya sambil mengelus punggung Maggie. Berharap bisa memberikan ketenangan untuk istrinya itu. Akan tetapi sepertinya niat baiknya tidak terlaksana.

Maggie mendorongnya menjauh. Pelukan Agra terlepas begitu saja. Agra menatap Maggie heran. "Katanya kau mengantuk, mate."

Maggie meletakkan tangan mungilnya di dada bidang Agra lalu mengelusnya pelan.

Agra memejamkan matanya merasakan sentuhan fisik yang Maggie berikan padanya.

Maggie tersenyum miring melihat raut wajah tersiksa suami tampannya itu. "Kau membuatku tidak mengantuk lagi. Bagaimana kalau kita melakukan kegiatan tadi malam lagi?"  Godanya dengan tangan yang semakin bergerak ke bawah. Berhenti di perut kotak-kotak Agra yang sangat disukainya.

"Bagaimana, sayang? Kau mau melakukan itu lagi?" Godanya lagi.

Agra menatap Maggie sayu. Terlihat jelas menahan nafsunya saat tangan hangat Maggie membelai perutnya.

"Katakan saja kalau aku menyakitimu nantinya, mate. Aku tidak bisa menahan ini lagi." Gumam Agra sebelum menyerang Maggie agresif.

Sepasang pengantin baru itu melakukannya berulang kali seolah tidak pernah puas. Melewatkan sarapan pagi mereka.

-Tbc-

Wkwkk, jangan dibayangin. Ntar dosaaaa🤣🤣

25/2/21

MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang