Voment(• ▽ •;)
Double up
Membosankan.
Dimana pun ada dia.
Ya, dia memang tampan sih tapi tetap aja akan bosan jika selalu terlihat di mataku.
Contohnya sekarang, dia ikut pergi ke rumahku setelah selesai sarapan.
Aku sibuk membuat rancangan dress baru sedangkan dia sibuk menatapku dengan tatapan polos bak bayinya.
Tatapannya tidak pernah lepas dariku meski hanya sedetik. Meskipun aku tidak melihatnya secara langsung, aku tahu dia sedang menatapku seintens itu. Ya, bagaimana tidak tahu jika dia menidurkan kepalanya di atas pangkuanku.
"Lihat yang sedang kau buat, mateku." Pintanya memelas sehingga tidak mampu membuatku untuk menolak.
"Nih. Jangan dirusak tapi ya."
Dia mengangguk dengan ekspresi menggemaskannya. Persis seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru.
"Wah, gambarmu sangat bagus, mate."
"Tentu saja!" Sahutku bangga.
Wajah tampannya masih tertutupi dengan buku khususku sehingga tidak bisa melihat ekspresinya. Dia berhasil membuatku tersentak karena tiba-tiba menjauhkan buku tersebut dan menatapku lebih menggemaskan lagi. "Gambarlah wajahku, mate. Aku ingin melihat wajahku dari hasil gambarmu."
Mana mungkin aku bisa menolak melihat ekspresi memelas seperti anak kucingnya itu.
"Baiklah, baiklah. Aku akan menggambarmu."
"Mateku memang yang terbaik." Soraknya seperti anak kecil.
Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah kekanakannya.
Aku mulai menggambar wajah sempurna tanpa celanya di kertas sementara dia tetap menatapku tanpa berkedip.
Benar-benar menggemaskan seperti anak kecil.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya aku bisa menyelesaikan lukisan wajahnya. Memberikan hasil lukisanku kepadanya dan meminta pendapatnya meski pun aku yakin hanya akan ada kata manis yang keluar dari mulutnya itu.
"Bagaimana menurutmu?"
"Sangat bagus!! Nanti aku pajang di dalam kamar kita ya? Boleh 'kan, mate?"
Kuusap puncak kepalanya lembut seraya mengulas senyuman. "Tentu saja boleh."
Lagi-lagi dia tersenyum lebar. Tanpa kuduga ia menarik leherku pelan sehingga membuatku menunduk lalu mengecup bibirku secepat kilat dan menyengir ke arahku.
Anehnya aku tidak bisa memarahinya.
"Bagaimana kalau kita jalan-jalan di luar? Apakah kau mau?"
Aku ingin berjalan-jalan di wilayah light moon pack yang sudah tidak ku pijak dari dulu.
Bosan di dalam istana terus. Siapa tahu nanti aku bisa menemukan hal menarik lainnya di luar sana.
Begitu pun dengan Agra, aku ingin dia merasakan betapa senangnya kehidupan dunia luar. Kasihan dia selama ini tertidur lama di atas kasur tanpa melihat apa pun dari dunia luar.
"Aku mau selama berada di sisi mate terus."
Benar-benar tidak bisa lepas dari ku ya?!
Haha, tidak apa. Aku maklum!!
Mana mungkin dia bisa lepas dariku yang syantik bak bidadari ini?!
Sungguh pandai sekali pria ini mencari-cari kesempatan pada gadis cantik sepertiku ini.
"Bangunlah, aku ingin bersiap-siap dulu."
Agra menurut. Dia duduk dengan tenang kemudian menatapku heran. "Kenapa harus bersiap-siap dulu? Kau sudah cantik, mate."
Aku terkikik geli. "Tentu saja supaya aku semakin cantik sehingga para kaum pria diluaran sana tidak bisa mengalihkan tatapannya dariku."
Wajah Agra tampak memerah mendengar jawabanku, begitu pun dengan matanya yang berkilat amarah.
Kenapa lagi sih dia?!
Labil banget!
"Kau tidak boleh ditatap oleh lelaki lain! Aku akan membunuh mereka semua jika berani menatapmu, mate." Tegasnya.
"Memangnya kenapa kalau mereka menatapku? Mereka 'kan punya mata." Dengusku kesal.
"Tapi, mereka tetap tidak boleh menatapmu. Hanya aku yang boleh menatapmu!"
"Sayangnya, mereka punya mata."
Agra melipat tangan di depan dadanya, ekspresinya terlihat sedang merajuk. "Kita harus selalu di sini! Aku tidak ingin kau ditatap oleh pria lain. Aku tidak suka berbagi."
Karena terlampau gemas dengannya, aku segera menyentil keningnya. "Dasar posesif. Tenang saja, mereka tidak akan berani menatapku lama-lama karena kau ada di sisiku." Ku kecup pipinya sekilas.
"Ah, lebih baik kita memakai pakaian couple supaya mereka tidak berani mendekati kita." Kikikku.
Sudah lama sekali aku ingin memakai pakaian couple yang cute dengan pasangan. Sayangnya, 199 pacarku dulu tidak pernah mau memenuhi keinginan ku karena katanya itu memalukan. Ada-ada saja alasan mereka untuk mengelak. Kadang, aku sampai memutuskan mereka karena hal itu.
"Baiklah. Aku setuju." Angguknya semangat.
Aku memakaikan pakaian couple ke kami berdua dengan menggunakan sihir.
Pakaian couple berwarna pink yang bertuliskan mine.
Jika dilihat-lihat, dia cute juga memakai pakaian berwarna pink. Aura menggemaskannya semakin kuat. Karakternya terlihat sangat polos.
Kami keluar menggunakan mobil, tentu saja aku yang mengendarai. Aku masih sayang nyawa dengan tidak menyuruhnya menyetir mobil.
Tujuan pertamaku adalah membawanya ke taman bermain.
Jangan salah, di sini tempat bermain dan mainan kami bahkan lebih banyak daripada kaum manusia tapi kebanyakan lebih ekstrim dan menantang nyawa.
Kali pertama turun dari mobil, dia terlihat seperti anak ayam kebingungan. Aku segera mengenggam tangannya supaya kami tidak terpisah.
"Ini tempat apa, mate?" Tanyanya penasaran.
"Taman bermain."
"Di sini sangat banyak orang." Komentarnya.
"Tentu saja, namanya juga taman bermain."
"Kenapa mereka berteriak histeris, mate?"
"Mate, aku juga ingin memakan yang dimakan anak kecil itu."
"Mate, kita tidak memakai bando juga?"
"Mate, kita harus main itu."
Mate.. mate.. dan mate...
Segera saja kubekap mulutnya sebal. "Bisa diam gak sih?! Telingaku sakit mendengar celotehanmu terus." Bentakku.
Rasa bersalah seketika merasuki relung jiwaku melihat wajah sedihnya. Pun dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Maaf, aku tidak sengaja." Ringisku tak enak hati namun dia masih saja menatapku dengan tatapan terlukanya.
-Tbc-
Kalian pernah gak sih mengharapkan punya pacar yang childish?
20/2/21
KAMU SEDANG MEMBACA
MATE
Fantasy(Sequel The Demon's Mate & Queen Of Werewolf) Semua berawal dari permainan truth or dare. Ia mendapat dare masuk ke dalam salah satu ruangan terlarang di kerajaan Arthur. Ruangan yang tidak boleh dimasuki oleh siapa pun. Dengan mempertaruhkan hidup...