Part 24 (a)

7.6K 963 43
                                    


Besoknya Agra benar-benar memaksaku ikut bersamanya ke ruang kerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Besoknya Agra benar-benar memaksaku ikut bersamanya ke ruang kerja. Tidak memperbolehkanku mengunjungi Violet sama sekali karena cemburu membayangkan aku bersama Mike. Berlebihan memang.

Agra memangku tubuhku. Tidak merasa terganggu sama sekali sewaktu bekerja meskipun aku sedang berada di atas pahanya.

Tangan kirinya menelusup masuk ke dalam bajuku dan mengusap perut buncitku sedangkan tangan kanannya sibuk menandatangani berkas.

Yang aku lakukan di atas pangkuannya hanya lah menyandarkan kepala ke dada bidangnya sambil memainkan ponsel.

Aku sibuk menonton Drakor terbaru.

Selama hamil ini kesibukanku memang hanya lah itu.

Sesekali Agra mengecup puncak kepalaku lalu kembali melanjutkan kerjanya.

Dia benar-benar.

"Agra, aku tiba-tiba lapar deh." Aduku sambil mendongak. Menatapnya dengan puppy eyes ku dan bibir mengerucut.

Agra tersenyum manis lalu mencuri kecupan di bibirku. "Kau mau makan apa, mate?"

"Sandwich."

"Baiklah. Aku akan menyuruh orang untuk membuatkanmu sandwich."

"Suruh buatin jus jeruk juga."

"Baiklah, mate."

Aku langsung tersenyum cerah mendengar ucapannya dan berterimakasih.

Sembari menunggu sandwich ku, aku kembali menonton drakor.

Tak lama, pelayan memasuki ruangan sambil membawa makananku.

"Lepasin dulu pelukanmu, Agra." Pintaku.

Oh ayolah, mana bisa makan leluasa jika berada di atas pangkuannya.

"Makan seperti ini saja, mate." Cetusnya.

"Aku tidak bisa makan seperti ini. Lepasin dulu ya? Nanti setelah makan aku duduk di atas pangkuanmu lagi." Bujukku.

Agra menghela nafas berat kemudian menyetujuinya. Saat dia tidak lagi menahan tubuhku, aku segera duduk di sofa sambil membawa makananku. "Kau lanjut kerja saja, Agra." Kikikku melihat tatapan ngenesnya.

"Rasanya aku tidak semangat jika kau tidak berada di atas pangkuanku, mate."

Mendengar ucapannya sontak membuatku tertawa geli. "Jangan berlebihan, Agra. Bukan kah aku di sini? Kau bisa melihatku jika semangat mu menurun." Godaku.

Agra menghela nafas, menatapku sayu. "Beda rasanya menatapmu dari jauh dan dekat, mate." Adunya manja.

"Sudah. Jangan berlebihan. Lebih baik kau segera menyelesaikan pekerjaanmu. Bukan kan lebih cepat selesai, maka lebih cepat bisa berduaan ya di kamar?" Kekehku.

Agra mengangguk setuju mendengar ucapannya. Tangannya terangkat ke atas. "Aku akan lebih berusaha menyelesaikan pekerjaan hari ini secepat mungkin!!" Serunya lalu melanjutkan pekerjaannya dengan semangat yang membara.

Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah kekanakannya yang sangat menghibur itu.

Menyandarkan punggung ke sofa lalu memakan sandwich sambil menatapnya.

Wajah Agra terlihat sangat serius sewaktu bekerja. Membuatku gemas saja.

Sandwich kelima sudah ku habiskan begitu pun dengan jus jeruk.

Masalahnya sekarang aku ingin buang air kecil. Lantas segera pergi ke kamar mandi di ruangan ini. Namun niatku menjadi tertahan karena mendengar pertanyaan Agra. "Mau kemana, mate?"

"Ke kamar mandi lah."

"Untuk apa, mate?"

"Tentu saja untuk buang air kecil, Agra." Jawabku gemas.

Agra terkekeh geli. Padahal tidak ada yang lucu. "Kran air di dalam kamar sedang rusak. Pakai kamar mandi kamar kita saja, mate. Sekalian istirahat di sana, kau pasti sudah capek."

"Uhm, baiklah."

Ada benarnya juga saran dia.

Lebih baik aku di kamar, rebahan sambil menonton Drakor dan tidak perlu duduk di atas pangkuannya ckck.

"Aku anterin ya, mate?"

Langsung saja aku menyahut ucapannya dengan cepat. "Tidak usah. Aku bisa sendiri."

"Ta--"

"Tidak ada tapi-tapian!!" Potongku cepat.

"Jangan main sama Mike ya. Aku tidak suka." Renggutnya.

"Iya, iya. Aku tidak akan main dengannya.

"Bagus. Hati-hati lah."

"Dasar Agra aneh. Ini kerajaan kita, kenapa aku harus hati-hati?" Dumelku sebal.

"Meskipun kita berada di kerajaan, tidak menutup kemungkinan ada kejahatan di sini, mate."

Aku mengiyakan saja supaya cepat kelar.

Aku menutup pintu kerjanya pelan dari luar supaya dia tidak terganggu.

Menyusuri lorong sepi sendirian dikarenakan para pengawal dan pelayan tidak terlihat di manapun.

Di ujung lorong aku melihat sosok pria tinggi dan gagah.

Sosok itu berjalan ke arahku.

Tidak bisa melihat sosoknya dengan begitu jelas karena seolah ada kabut yang menutupi sosoknya.

Lama kelamaan, sosok itu berada persis di hadapanku dan sosok itu mampu membuatku terkejut.

"Ayo kita pergi dari sini, sayang. Ayo kita pergi yang jauh dan memulai kisah kita berdua tanpa adanya gangguan dari pria sialan itu. Aku akan membahagiakanmu lebih daripada dia." Ujar sosok yang sangat ku yakini Aldebaran itu, meski wajahnya telah berubah.

Namun belum sempat aku kabur, dia sudah membawaku dari istana.

Bersambung....

MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang