"Dimana Maggie?"
Pertanyaan Mike disambut oleh tatapan sinis dan mematikan Agra sehingga membuat Mike memutar bola mata malas melihat tingkah kakaknya yang terlalu berlebihan itu. "Kenapa kau menanyakan istriku?!" Nada tak suka itu membuat Mike semakin mendesah kesal.
"Cepat jawab! Aku tidak punya banyak waktu!"
Bukannya menjawab, Agra malah menutup pintu kamar kasar.
Mike yang melihat tingkah Agra hanya bisa melongo tidak percaya.
"Dasar kekanakan. Aku hanya menanyakan istrinya bukan mau merebut istri menyebalkannya itu." Decak Mike tak habis pikir.
Pintu kembali terbuka. Kali ini memunculkan sosok yang dicarinya. Maggie.
Wanita cantik itu sedang menggendong putra kecilnya yang baru berusia 2 tahun.
"Ada apa, kak?" Tanya Maggie heran.
"Uncle, gendong!!" Rengek anak satu-satunya Maggie itu kepada dirinya.
Maggie pernah keguguran dua kali. Membuat Maggie menjadi trauma dan takut untuk punya anak lagi. Namun berkat dukungan semua orang selama ini, akhirnya Maggie menghilangkan traumanya dan lahir lah Alland.
Mike sangat menyayangi dan memanjakan keponakannya tentu saja langsung menggendong pria kecil itu tanpa merasa keberatan.
Ia mencium pipi Allard berulang kali dengan gemas sehingga keponakan tampannya terkikik geli.
"Jadi, ada apa kakak mencariku?"
Pertanyaan Maggie kembali membuat pria itu tersadar akan niat awalnya. "Aku ingin meminta sebungkus pembalutmu."
Mike menghela nafas kasar melihat tawa lepas Maggie. "Kakak jangan bercanda deh. Masa kakak mau pakai itu."
"Cih, tidak usah pedulikan dia, mate. Lebih baik kita melanjutkan kegiatan kita tadi." Serobot Agra.
Mike menatap keduanya kesal. "Ini bukan untukku tapi untuk Violet. Dia sudah mendapatkan tamu bulanannya."
Maggie menghentikan tawanya dan manggut-manggut mengerti. "Kirain untuk kakak."
"Dasar menyebalkan! Mana mungkin aku memakai itu." Sentak Mike kesal.
"Ya, kan siapa tahu." Kikik Maggie tanpa merasa bersalah.
"Lebih baik kau periksa otak istrimu itu, kak. Dia semakin aneh." Decak Mike.
Agra mengendikkan bahunya cuek. "Mateku tidak aneh sama sekali, kau yang aneh di sini."
Maggie terkekeh pelan. "Baiklah, jangan bertengkar lagi. Aku akan mengambilkannya sekarang."
"Jangan lama-lama."
"Iya, kak Mike sayang."
"Mate! Jangan panggil dia sayang!!" Ujar Agra cemburu.
Mike menatap datar interaksi keduanya. Berharap di dalam hati Maggie mengambilkan barang yang dibutuhkan Violet secepat mungkin agar bisa kembali ke kamar Violet.
Harapan Mike terkabulkan.
Maggie memberikan sebungkus pembalut padanya. Mengucapkan terimakasih, memberikan Allard, dan langsung pergi begitu saja karena tidak ingin berdebat dengan kakaknya lagi.
Kakaknya itu memang terlalu cemburu melihat Maggie didekati oleh pria lain, termasuk dirinya dan ayahnya.
Jika sudah cemburu, maka rasanya akan sangat menyebalkan menghadapi kakak tertuanya itu.
Makanya dia lebih baik menghindar saja.
Violet lebih penting untuk sekarang.
Mike membuka pintu kamar Violet dan melihat Violet sedang berjongkok di lantai. Lantas segera menghampiri Violet dengan wajah cemasnya. "Kenapa, baby?"
Violet mendongak. Menatap Mike dengan mata berkaca-kacanya. "Perut Violet sakit, Daddy."
Mike ikut berjongkok di depan gadis itu. Menangkup wajah Violet dan mengecup kening Violet lembut. "Jangan nangis, baby. Aku tidak suka melihatmu menangis seperti ini."
"Tapi ini sangat sakit, Daddy." Rengek Violet.
Mike membawa gadis mungil itu ke dalam pelukannya dan mengelus punggung Violet lembut. "Nanti Daddy buatin obatnya supaya perutmu tidak sakit lagi, baby. Tapi sekarang bersihkan dulu dirimu."
Violet mengangguk patuh sehingga membuat senyuman Mike terbit. Pria tampan 38 tahun itu melepaskan pelukannya dan mengusap sisa air mata di pipi Violet.
"Gunakan barang di dalam ini untuk menampung darahmu, baby."
Mike menyodorkan sebungkus pembalut itu kepada Violet yang menatapnya polos.
"Bagaimana cara memakainya, Daddy? Violet tidak mengerti."
Kekehan geli keluar dari mulut Mike mendengar penuturan polos Violet. "Daddy akan mengajarimu. Ambilkan celana dalammu."
"Ih, untuk apa, Daddy?"
Mike menaikkan alisnya sebelah melihat wajah merah Violet. "Oh, baby girl. Kau merasa malu sekarang?" Godanya sembari menusuk-nusuk pipi chubby Violet.
Violet terdiam dengan wajah tertekuk kesalnya.
"Tidak usah malu, baby. Aku sudah pernah melihat seluruh tubuhmu. Semuanya, tanpa terkecuali."
Wajah Violet semakin memerah mendengar perkataan Mike. "Itu beda, Daddy. Dulu Violet masih kecil sedangkan sekarang Violet sudah besar."
"Sama saja, baby. Intinya aku sudah pernah melihat tubuhmu."
"Ih, Daddy jangan menggoda Violet. Perut Violet makin sakit jadinya." Renggut gadis kecil itu sehingga menghadirkan tawa manis Mike.
Mike menatap gadisnya yang tiba-tiba berdiri sambil meringis kesakitan. "Violet ambilin dulu, Daddy. Violet sudah tidak tahan lagi dengan rasa tidak nyaman ini."
Mike tertawa geli mendengar ucapan Violet.
Tatapan setajam elangnya tidak pernah lepas dari tubuh mungil Violet yang mendekati lemari.
Mengambil celana dalam dan kembali berjalan ke arahnya dengan wajah malu-malu.
Bagi Mike sendiri, dia sudah terbiasa membesarkan Violet sendirian. Apa pun yang berhubungan dengan Violet, dia sudah tahu dan berpengalaman.
Dulu dia sering membersihkan pup dan pipis Violet, memandikan Violet, dan hal-hal lainnya.
Hal paling membahagiakan dalam hidupnya adalah melihat setiap pertumbuhan Violet dan berperan penting dalam pertumbuhan gadis kecilnya itu.
Wajah malu-malu Violet membuat Mike tersenyum geli.
Sewaktu Violet menyodorkan celana dalam, gadis mungil itu bahkan tidak berani menatapnya sama sekali akibat terlampau malu.
Mike semakin terkekeh geli.
Sebenarnya Violet tidak perlu malu karena celana dalam dan pakaian Violet lainnya Mike sendiri yang membelinya.
"Lihatlah cara memakainya agar kau bisa memakainya sendiri, baby."
Violet mengangguk patuh.
"Caranya seperti ini..." Mike menjelaskan semuanya layaknya seorang guru yang sedang menjelaskan pelajaran.
Setelah selesai menjelaskan, Violet masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Mike sendiri keluar dari kamar Violet untuk membuatkan obat pereda sakit datang bulan untuk Violetnya. "Aku jadi tidak sabar menunggu umurmu 17 tahun, baby." Gumamnya pelan.
-Selesai-
KAMU SEDANG MEMBACA
MATE
Fantasy(Sequel The Demon's Mate & Queen Of Werewolf) Semua berawal dari permainan truth or dare. Ia mendapat dare masuk ke dalam salah satu ruangan terlarang di kerajaan Arthur. Ruangan yang tidak boleh dimasuki oleh siapa pun. Dengan mempertaruhkan hidup...