VOMENT GUYSS
Langkahku terhenti melihat mommy dan Daddy yang terlihat sangat syok.
Mereka berdua saling menunduk seperti sedang mengheningkan cipta.
Tidak ada yang bersuara di antara mereka sehingga membuatku semakin penasaran dengan apa yang terjadi.
Tidak mungkin 'kan mommy dan daddy bertengkar karena pelakor?
Daddy ku kan orangnya setia banget. Masa iya tergoda pelakor?
Gak mungkin juga kan mereka bertengkar karena pebinor?
Ah tapi, meskipun mommy ku pecinta cogan, dia tidak akan berselingkuh di belakang Daddy.
Atau kah ada berita buruk yang mengancam Light Moon Pack ini?!
Sungguh, aku penasaran dengan mereka.
Karena mereka tak kunjung membuka suara, akhirnya aku duduk di sebrang mereka. "Mommy dan Daddy kenapa diam dengan wajah aneh gitu?" Tanyaku hati-hati.
Keduanya masih diam. Tidak ada yang menjawab pertanyaanku sama sekali hingga membuatku mendengus kesal.
"Mommy dan Daddy gak mungkin tuli atau bisu kan? Jawab pertanyaan Maggie!! Jangan buat Maggie cemas!!"
Baru lah Daddy mengangkat wajahnya, menatapku lurus. "Mommy mu hamil lagi."
Aku tersentak dan refleks menjerit kaget. "APA?!!"
"Iya, mommy hamil lagi. Umurnya sudah hampir 2 bulan." Imbuh mommy lemas.
"Ih, kok bisa hamil lagi, mom? Aku ini udah besar ya. Mau nikah juga. Masa mommy mau punya anak lagi. Nanti kalau anak kita seumuran gimana?" Cerocosku tak habis pikir.
"Mana mommy tau lah! Salahin tuh daddy kamu!" Sewot mommy.
"Loh, kok jadi salah aku?" Sahut Daddy protes.
Mommy melotot kesal. "Memangnya siapa yang tiap malam minta jatah hah?!"
Aku meraup wajah gemas mendengar ucapan mommy yang terlalu frontal. "Astaga, mom. Anakmu ini masih polos. Jangan bicara tentang jatah di depan anak polosmu ini."
"Halah! Sok polos!! Gak usah sok polos kamu, babi!"
"Dasar ibu tiri tidak punya hati! Daddy lebih baik mencarikan aku ibu kandung deh." Dumelku sebal.
"Maksudmu kau ingin daddymu menikah dengan wanita lain gitu?!" Tatapan setajam elang mommy membuatku memutar bola mata malas
"Kalau wanitanya lebih baik daripada mommy kenapa enggak?"
"DARREN!! LIHAT ANAKMU ITU!! DIA MENYEBALKAN SEKALI!!"
Teriakan mommy membuatku dan Daddy refleks menutup telinga. "Mommy abis makan toa ya?!"
"Sudah, sudah. Jangan berdebat lagi." Lerai Daddy cepat sambil memeluk mommy dan mengelus punggung mommy. Baru lah si ibu tiri itu tenang.
"Kamu gapapa kan mommy mu hamil lagi?" Tanya Daddy hati-hati padaku.
"Ya, gapapa sih, dad. Udah terlanjur juga kan. Mana mungkin aku menyuruh Daddy dan mommy membunuh adikku itu."
"Tapi, rasanya mommy gak terima. Masa mommy hamil lagi. Padahal niat mommy hanya mau punya tiga anak."
"Trus gimana? Mommy mau aborsi?" Tanyaku malas.
Mommy melototiku tajam. "Gila kamu! Mana mungkin mommy bunuh darah daging mommy sendiri!! Mommy menyayanginya!!"
"Ya udah, besarin."
"Mommy juga tau kali. Udah ah, mommy mau tidur dulu. Suamiku, gendong aku ke kamar sekarang."
Dengan patuhnya Daddy menggendong mommy ke kamar setelah berpamitan padaku.
Ngomong-ngomong, aku akan punya adik perempuan atau laki-laki ya?
Semoga saja kali ini perempuan karena sudah punya adik laki-laki.
Rasanya gak sabar lagi menunggu kelahiran adikku itu.
"Kenapa kau meninggalkanku sendirian, mate? Kau sudah tidak menyayangiku lagi?" Pertanyaan sedih itu membuatku segera memutar tubuh ke asal suara.
Di belakangku terlihat Agra yang sedang menangis dengan bibir yang melengkung ke bawah. Persis seperti anak kecil yang sedang menangis.
"Aku tidak mau pisah darimu, mate. Aku hanya ingin dirimu." Rengeknya dengan air mata yang semakin berjatuhan.
Cengeng banget kan.
Kalau dia bukan mateku, sudah pasti ku putuskan dia sekarang juga.
"Mate, jangan tinggalkan aku." Raungnya sembari memeluk tubuhku erat. Air mata membasahi bahuku, membuatku terenyuh dan merasa bersalah meskipun aku tidak salah.
Ku elus pelan punggung lebarnya dan berbisik lirih di telinganya. "Aku tidak akan meninggalkanmu, Agra. Jangan menangis lagi. Hatiku menjadi sakit melihatmu menangis seperti ini."
"Ayo pulang. Aku kesepian di kamar. Aku tidak bisa jauh darimu, mate." Pintanya begitu memelas, mampu membuatku terkekeh geli.
"Iya, iya. Kita pulang sekarang."
"Eitss, tunggu dulu!!" Teriak Felia tiba-tiba.
Agra tidak melepaskan pelukannya dariku sama sekali meskipun terdengar suara Felia. Dia malah mengeratkan pelukannya dan menyembunyikan wajahnya di leherku.
"Kenapa, Fel?"
Felia menatapku kesal. "Kalau Lo ke sini lagi, jangan pernah mengatakan Ares suka atau cinta sama gue. Lo tau gak?! Karena perkataan lo itu, gue jadi canggung sama dia."
"Tapi kenyataannya dia emang suka sama Lo. Masa gak nyadar sih, ogeb?"
"Mana mungkin lah, dia itu pasti punya matenya sendiri dan itu bukan gue."
"Bodo amat. Gue pergi dulu. Bye!"
Aku langsung membawa Agra berpindah tempat ke kerajaan Uncle Arthur.
Agra tak kunjung melepaskan pelukannya dariku.
Tidak ku dorong menjauh sebab tidak ingin membuatnya semakin sedih.
"Sudah ya, aku tidak akan pergi lagi. Jangan sedih."
Agra memainkan rambut pirangku lalu menatapku penuh harapan. "Janji?"
"Iya, janji."
Aku melotot tidak percaya kala dia tiba-tiba mengecup bibirku sekilas. "Agra sayang mate."
Duh, gemesin banget sih. Mau ku karungin aja rasanya.
"Mate sayang Agra 'kan?"
Tanpa menjawab ucapannya, aku mencubiti pipinya gemas. "Jangan imut kek gini. Aku jadi tidak tahan untuk mencubiti pipimu."
Agra tersenyum cerah. "Cubit saja pipiku semaumu, mate."
Bukannya protes pipinya dicubit, dia malah kesenangan. Dasar Agra aneh.
-Tbc-
23/2/21
KAMU SEDANG MEMBACA
MATE
Fantasy(Sequel The Demon's Mate & Queen Of Werewolf) Semua berawal dari permainan truth or dare. Ia mendapat dare masuk ke dalam salah satu ruangan terlarang di kerajaan Arthur. Ruangan yang tidak boleh dimasuki oleh siapa pun. Dengan mempertaruhkan hidup...