Part 25 (a)

7.2K 981 47
                                    

Lutut Agra terasa lemas melihat tubuh istrinya terkulai lemas di dalam pelukan seorang pria berambut hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lutut Agra terasa lemas melihat tubuh istrinya terkulai lemas di dalam pelukan seorang pria berambut hitam.

Kakinya berjalan mendekat agar bisa melihat sosok istrinya lebih jelas. Tubuhnya seketika membeku melihat wajah Maggie yang sangat pucat dan sedikit membiru karena racun telah menyebar ke seluruh tubuh istrinya Begitu pun dengan Aldebaran yang keadaannya sama persis dengan Maggie.

Berjongkok di samping Maggie dan mendekatkan tangannya ke hidung Maggie. Air matanya seketika meluruh begitu saja mengetahui Maggie sudah tidak bernafas lagi. Istri cantiknya sudah tidak bernyawa. "Aku telat menyelamatkanmu, mate." Isaknya pedih.

Meski tubuhnya gemetar hebat, Agra tetap memaksa menggendong tubuh tak bernyawa Maggie dan membawa ke dalam pelukannya.

"Arghhhh!!!!"

Ia menjerit kencang. Melampiaskan rasa sakit di dadanya yang sudah tak tertahankan. Pelukannya semakin mengerat.

"Jangan tinggalkan aku!! Aku tidak sanggup hidup tanpamu!!" Jeritnya kuat.

Jeritan yang mampu membuat orang yang mendengarnya merasakan kesedihan mendalam.

Air matanya terus mengalir deras. Membasahi bahu Maggie.

Hatinya terasa sangat sesak sekarang. Saking sesaknya, ia terasa sulit untuk sekedar bernafas. Setiap oksigen yang masuk ke rongga dadanya terasa sangat menyakitkan.

Layaknya anak kecil yang ditinggal mati oleh ibunya, Agra terus menangis histeris. Air matanya tidak bisa berhenti dan dia terus menyalahkan dirinya sendiri yang terlambat datang sehingga Maggie berhasil dicelakai Aldebaran.

Agra sangat tertekan mengetahui kenyataan Maggie nya tidak bernafas lagi.

Agra tidak terima ditinggalkan secepat ini.

Agra sungguh tidak terima!

Mike, Arthur, dan Darren yang baru saja berhasil menyusul ke sana langsung tercengang melihat keadaan. Maggie yang terkulai tak berdaya dan Agra yang menangis histeris.

Darren ikut menangis melihat tubuh tidak bernyawa putrinya di dalam pelukan Agra. Dia ikut merasakan sakit yang dirasakan Agra karena selama ini dia lah yang membesarkan Maggie dengan penuh kasih sayang.

"Cepat bawa Maggie pulang! Aku yakin Maggie akan berhasil dihidupkan kembali." Seru Mike.

Agra menoleh ke arah Mike dengan tatapan penuh harap. "Benarkah? Mateku tidak akan meninggal?"

Mike mengangguk meskipun kurang yakin dengan hal itu. "Makanya cepat bawa pulang! Kita akan mencari solusi untuk membuatnya kembali."

Agra mengusap air matanya dan mengecup bibir pucat Maggie. "Baiklah. Aku akan membawanya pulang. Tolong bawa tubuh pria sialan ini ke istana, Mike."

Mike mengangguk mengerti. "Cepat bawa Maggie pulang sekarang. Suruh dokter untuk memeriksanya."

Agra langsung membawa Maggie kembali ke kerajaan tanpa mengatakan apa pun lagi.

Dengan keadaan yang masih syok dan panik, Agra menyuruh dokter untuk cepat datang ke dalam kamarnya.

Dokter itu datang dengan cepat sesuai kemauan Agra tapi perkataan sang dokter membuat Agra semakin tidak terkendali sehingga menghancurkan barang-barang di sana.

Kegaduhan yang dibuatnya berhasil mengundang Lily ke dalam kamarnya.

Wanita yang masih terlihat cantik itu menutup mulut kaget melihat keadaan mengenaskan Maggie.

"Apa yang terjadi?" Tanyanya dengan nafas tercekat.

"Istriku tidak bernafas lagi, Bu." Sahut Agra dengan nada bergetar.

Lily yang sangat cemas dengan Agra langsung memeluk putra tertuanya itu erat. Air matanya ikut mengalir melihat keadaan terpuruk Agra untuk pertama kalinya.

"Aku takut, Bu. Aku takut dia meninggalkanku untuk selamanya."

Lily semakin menangis mendengar nada pilu Agra.

"Apa yang harus aku lakukan, Bu? Aku tidak ingin kehilangannya." Isak Agra, semakin membenamkan wajahnya di perut Lily.

"Sabar ya, sayang. Istrimu pasti tidak akan meninggalkanmu asal kita lebih berusaha lagi untuk menyelamatkannya." Hibur Lily.

"Tapi aku tidak yakin, Bu. Keadaan istriku terlalu parah." Agra semakin menangisi keadaan Maggie.

Belum lagi anak pertamanya sudah meninggal dan tidak dapat tertolong.

Ia takut Maggie akan meninggalkannya seperti anaknya.

Ia takut kehilangan Maggie.

Cukup untuk kehilangan anaknya saja karena ini saja sudah terasa sangat berat.

"Aku harus apa, Bu?!" Erangnya frustasi.

Lily memeluk tubuh Agra semakin erat. Membiarkan Agra menangis puas di dalam pelukannya karena Lily tahu hati Agra sangat tersakiti atas kejadian ini.

Lily hanya bisa berharap Maggie dapat bangun lagi supaya anaknya tidak terpuruk seperti saat ini.

Melihat keadaan kacau Agra sungguh membuat perasaannya sebagai seorang ibu tersakiti.

Bersambung....

MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang