04

11.2K 722 8
                                    

Saling Memuaskan Satu Sama Lain
.

.

.

Ternyata Rali mengajaknya bertemu karena Sadam teman sekolah mereka dulu yang ingin bertemu dengannya. Meski bukan karena kemauan Rali sendiri ataupun karena merindukannya, Ragas tetap bahagia. Bertemu, makan bersama dan berbincang hangat walau diselingi cibiran dari Rali adalah harapan Ragas selama ini.

Harapan yang selalu ia inginkan agar terwujud.

Sejak insiden 'itu' Rali benar-benar menjauhinya bahkan mendorong dirinya agar ia tidak menampakkan diri di hadapan wanita itu.

Ragas tau, ia salah. Perbuatannya benar-benar seorang bajingan yang memaksa Rali melakukan hal 'itu'. Terlalu cemburu dan marah karena ternyata Rali tidak lagi perawan. Harusnya ia yang pertama kali menyatu dengan Rali, tapi ia kalah dulu dari pria pujaan wanita itu.

Bersyukur saja karena sepertinya Rali telah memaafkannya.

"Lo naik taksi ke sini?"

Ragas mengangguk menjawab pertanyaan Rali.

Mereka telah selesai makan dan sekarang berjalan keluar dari restoran tersebut.

Tatapan Rali beralih pada tas dan koper Ragas. Ternyata pria itu tidak berbohong jika dari bandara langsung ke tempat ini.

"Lo tinggal di mana?" tanyanya lagi kembali menatap Ragas. Mereka sekarang berada di lobi restoran tersebut.

"Lo mau anterin gue?" Ragas bertanya balik dengan raut wajah sumringah.

"Gue cuma nanya!" Ragas menekuk wajahnya, cemberut mendengar Rali. Lalu Rali menyodorkan kunci mobilnya ke arah Ragas. "Lo yang nyetir." Setelah mengatakan itu Rali berlalu ke arah mobilnya sementara Ragas masih terdiam lalu tersenyum lebar mengekori Rali.

"Lo gak mau mampir?" tawar Ragas pada Rali setelah mereka tiba di basement apartemen, tempat tinggal Ragas.

"Unit lo gak kayak kandang babi, kan?" Ragas mendengus kesal, keluar begitu saja dari mobil. Tidak lupa mengeluarkan tas ransel serta kopernya.

"Oke deh. Gue mampir." Ragas kembali tersenyum lalu tangan kirinya menggandeng tangan Rali.

Mereka masuk ke dalam lift menuju ke lantai unit Ragas berada. Masih dengan bergandengan tangan.

Lalu keduanya keluar saat pintu lift terbuka, berjalan beriringan menuju unit apartemen Ragas.

"Gak kayak kandang babi, kan?" ujar Ragas setelah masuk ke unitnya. Untung saja sebelum liburan bersama mantan kekasihnya, ia menyuruh orang yang biasa membersihkan unitnya tersebut.

Rali melengos begitu saja, duduk di sofa sembari mengamati unit apartemen Ragas.

"Ada minuman dingin di kulkas. Lo ambil sendiri, ya? Gue mau mandi dulu." Ragas melangkah menuju kamarnya.

"Lo punya bir?"

Ragas menengok dan berhenti berjalan. Lalu tergelak. "Ada kok. Jangan lo abisin." Setelahnya ia masuk ke kamar.

Rali pun beranjak, ia ke arah kulkas lalu membukanya. Mengambil kaleng bir lalu membukanya, meneguknya sembari beralih duduk di kursi tinggi depan meja pantry.

Meletakkan kaleng bir tersebut di meja, ia kembali beranjak lalu meraih ponselnya yang ada di atas meja ruang tengah tadi. Kemudian kembali duduk di kursi tinggi.

Membuka pesan yang baru masuk beberapa menit yang lalu sembari meneguk minuman tersebut.

Menjauhkan kaleng tersebut dari bibirnya saat pesan tersebut terbuka menampilkan sebuah foto dua mempelai pengantin yang begitu bahagia.

EXONERATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang