Setelah Sekian Lama Tidak Bertemu, Adakah Kerinduan?
.
.
.
Tanpa rasa sungkan Rali melempar map berisi dokumen kerja samanya dengan perusahaan arsitektur yang akan menangani renovasi restoran pada sosok yang berpenampilan rapi.
Matanya menghunus tajam menatap pria itu. Rasanya ingin mencabik-cabik wajahnya. Apalagi sekarang pria itu menyengir lebar.
"Rali!"
Ragas berdiri sembari merentangkan tangan. Mengabaikan tatapan-tatapan pengunjung lain kafe tersebut. Apalagi mereka berada di tengah-tengah kafe tersebut.
Rali tidak merespon, ia mengamati perubahan Ragas.
Pria urakan itu kini keliahatan rapi. Rambutnya disisir rapi ke arah kiri, memakai kemeja berwarna biru langit yang dimasukkan ke dalam celana kain berwarna hitam. Kancingnya pun dipasang semua. Dan jangan lupakan jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri pria itu.
Dari mana Ragas bersemedi sehingga pria itu berpenampilan seperti manusia sesungguhnya?
"Heh? Jangan lihatin mulu, entar lo jatuh cinta!" sentak Ragas seraya menjentikkan jari di depan wajah Rali yang langsung berhenti mengamatinya.
"Lo kerasukan apa sampai jadi rapi gini?" Rali tertawa mengejek membuat Ragas mendengus pelan. Bukannya mendapat pujian ia malah mendapat ejekan.
"Bilang aja, gue makin ganteng.". Ragas mengusap pelan rambut rapinya seraya tersenyum manis.
Rali mengabaikan, ia memilih duduk.
"I thought you didn't want to see me anymore," ujar Ragas. Mengingat pertemuan terakhir mereka begitu buruk. Ragas yang hampir memperkosa Rali.
Memang pengecut, karena Ragas malah lari. Bukan itu juga alasannya pergi. Karena Papanya memaksa dirinya untuk fokus ke perusahaan. Apalagi ia lulusan sarjana arsitektur, tentunya tidak ingin menyia-nyiakan pendidikannya.
"Urusan kerja. Mau atau enggak, harus," ujar Rali cuek seraya memanggil pelayan untuk memesan minuman. Setelahnya ia kembali fokus pada Ragas yang enggan beralih kemanapun, masih saja menatapnya.
"Gue minta maaf..."
"Udah. Walaupun lo gak minta maaf gue tetep maafin lo. Lo kan temen gue, babi."
Keduanya tertawa.
Ragas sudah lama tidak mendengar panggilan tersebut. Meski kesal, tapi ia tetap merindukannya.
"Gue ngerasa lo kelihatan jauh lebih baik dari sebelumnya."
"Hm, emang." Rali beralih pada pelayan yang mengangar pesanannya. Berterima kasih lalu menyesapnya sedikit.
"Gak nyangka aja gue dapat proyek buat kerjain restoran tempat lo kerja."
Rali mendengus tidak percaya dengan perkataan Ragas. "Really? Jangan bohong lo! Lo rencanain ini, kan?"
"Idih! Pede amat lo! Enggak lah!" kilah Ragas, memasang gestur seserius mungkin, tapi tidak berselang lama ia menyengir karena Rali tidak berhenti memicing curiga padanya. "Iya! Gue rencanain. Minta ke Arka biar gue aja yang kerjain."
Rali tidak menyangka jika Arka dan Ragas saling kenal. Lalu ia terpekur. Arka temannya 'itu', berarti temannya Ragas juga, bukan?
Mengenyahkan pikiran tersebut ia kembali menatap Ragas. "Gratis, kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE
Chick-Lit[series3] #PROJECT 3 ___________ ⚠️21+ EXONERATE : "Bebas dari segala beban hidup yang selama ini dirasakan". __________ Copyright ©2021, NanasManis start [20/2/21] end [5/5/21]