18

8K 690 23
                                    

Bebas Dari Segala Beban Hidup Yang Selama Ini Dirasakan

.

.

.

Rali berhenti mengunyah karena risih ditatap sedari tadi. Dengan pelan ia menelan makanan di dalam mulutnya, lalu meneguk minuman bersoda.

"Emang kalau gue marah, makan gue banyak," ujar Rali guna memberitahu Harsa.

"Oh. Gak mau tau juga," balas Harsa datar, terkesan tidak peduli.

Sudah Rali duga, tapi ia kembali memakan burger. Bukan hanya itu, ada ayam goreng serta kentang dan juga pasta.

"Ambilin air dong! Nanti gue keselek," titah Rali pada Harsa. Tidak peduli jika ini rumah pria itu. Toh, dia kan tamu. Tamu adalah Raja yang harus dilayani sang tuan rumah.

"Emang lo siapa nyuruh gue? Abis lo makan, .ending lo pulang."

Setelahnya Harsa beranjak dari duduknya.

"Oke gue pulang!" Rali segera berdiri, tidak peduli dengan tangannya yang kotor, berjalan menuju tangga hendak turun, tapi Harsa mencekal lengannya.

"Baju gue!"

Rali menatap Harsa tidak percaya. Ia pun memegang ujung baju kaos hendak melepasnya, tapi Harsa segera menahannya.

"Mau apa lo?!"

Rali tertawa melihat raut wajah kesal Harsa. Merasa senang bisa membalas pria itu.

"Lo nyuruh gue lepas baju lo."

"Emang lo mau telanjang keluar dari sini?"

"Ya siapa suruh lo nyuruh gue lepas baju. Lo tau kan gue gak punya pakaian di sini. Yang ada cuma dress gue yang udah bau keringat. Gak nyaman kali pakai itu lagi."

Harsa bersandar di tembok sembari bersidekap. Menatap dingin Rali. "Ya udah lo telanjang aja. Gue gak mau lo pakai pakaian gue pulang."

Sungguh, Rali tidak menyangka jika Harsa pria tidak berperasaan. Menyesal karena pernah berniat PDKT dengan pria dingin itu.

"Elo..." Rali menunjuk Harsa. Segala umpatan telah bersarang di kepalanya siap di uncurkan untuk pria itu, namun tertahan. Memilih melangkah masuk ke kamar.

Harsa mengangkat satu alisnya heran menatap heran wanita itu yang masuk ke kamarnya. Kemudian, tidak lama wanita itu keluar telah memakai dress serta membawa hand bag.

Tanpa pamit dan menatap Harsa, Rali melenggang begitu saja. Ia juga tidak berniat berterima kasih karena hampir seharian ini Harsa menampugnya, bahkan memberinya makan.

Mengabaikan tatapan orang-orang di lantai bawah, ia melangkah penuh percaya diri.

Mengeluarkan ponsel dari hand bag, berniat memesan taksi, tapi ponselnya mati total.

Rali menghela nafas pelan. Kenapa hari ini ia sial?

Rasanya Rali ingin menangis. Merasa begitu kesepian di tengah orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Mengabaikan tatapan orang-orang. Mungkin merasa heran dengan pakaiannya yang robek bagian atas. Tapi, ia tidak peduli.

Adanya jaket yang menutupi tubuhnya membuatnya tersentak hingga menoleh. Hendak protes dan mencerca Harsa, tapi pria itu malah menariknya hingga kembali ke depan studio tato sekaligus hunian pria itu.

"Tunggu di sini!" ujar Harsa tanpa ekspresi.

Melihat gelagat Rali yang hendak beranjak membuatnya kembali menahan wanita itu.

EXONERATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang