22

8.3K 687 17
                                    

Memulai Dengan Yang Baru. Mengulangi Pengenalan Secara Benar

.

.

.

Rali terdiam sejenak menatap punggung yang mengajaknya naik ke atas rooftop apartemen huniannya. Tidak menyangka jika pria itu benar-benar ingin menemaninya meminum yoghurt.

Sungguh, Harsa adalah pria yang membuatnya jengkel setiap saat, tapi secepatnya akan membuatnya merasa bahagia. Sikapnya benar-benar selalu berubah drastis.

Rooftop apartemen tersebut didesain sedemikian berupa kafe yang biasa dijadikan muda-mudi tempat nongkrong. Seperti saat malam ini.

Namun, Harsa memilih duduk di bangku tinggi yang berjejer berhadapan langsung dengan tepi gedung apartemen tersebut, sehingga bisa melihat pemandangan malam kota.

Pilihan tempat duduk Harsa pun di tempat sepi, hanya dia seorang di sana.

Rali pun menghampiri Harsa, lalu duduk di sebelahnya. Ia melirik botol kaleng bir di hadapan pria itu, lalu meletakkan botol yoghurt di atas meja, di hadapannya.

"Gue pikir lo gak bakal ke sini."

Rali yang tadi memandang ke depan, menoleh menatap Harsa yang meneguk bir, lalu kembali meletakkan botol kaleng tersebut kembali ke atas meja.

"Gue butuh temen nikmati yoghurt," ujar Rali sembari mengacungkan botol yoghurt-nya seraya tersenyum. Entah ke mana perginya rasa kesalnya pada Harsa, mungkin karena pria itu bersedia menemaninya minum yoghurt.

Harsa diam mengamati Rali.

Benar apa yang dikatakan Ragas, wanita tersebut memang terlihat kuat, namun, sebenarnya sangat lemah.

Lalu tatapannya tertuju pada punggung tangan Rali yang masih terdapat plester luka, kemudian beralih pada pipi wanita itu yang juga masih menempel plester luka.

"Kenapa lo lihatin gue? Entar lo suka kalau lama-lama lihatin gue," ujar Rali karena merasa risih dengan pandangan Harsa.

Bukan pandangan mendamba ataupun menggoda, pandangan yang benar-benar datar.

Ia kembali menghadap ke depan sembari melipat kedua tangannya di tepi meja. Bergidik pelan saat angin malam berhembus, merasakan dingin padahal ia mengenakan pakaian yang tertutup dan lumayan tebal.

"Gue selalu bayangin gimana sakitnya kalau jatuh dari atas sini."

Harsa yang tadi ikut menatap ke depan, kembali menatap Rali yang tatapannya tetap ke depan, malah turun ke bawah melihat jauhnya dari tempat mereka duduk sekarang.

"Yang ada lo patah tulang," sahut Harsa membuat Rali tertawa. "Jangan pernah bayangin, karena suatu saat lo akan lakuin itu!"

Rali membalas tatapan Harsa lalu kembali menatap ke depan. Menghembuskan nafas pelan, ia tersenyum tipis. Mengingat jika ia memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup maka Romero akan mengingatkannya agar tetap hidup. Tapi, kali ini Harsa yang mengingatkannya, pia yang belum lama ini ia kenal.

"Gue punya sahabat. Dia selalu ada buat gue dari gue SMP. Karena dia, gue sadar diri kalau gue hidup di dunia ini, masih ada yang mau gue hidup. Sebelum dia hadir di hidup gue, gue selalu ngerasa gak pantas hidup..." Rali menghela nafas pelan. Senyumnya terbit lagi mengingat bagaimana besarnya pengaruh Romero dalam hidupnya. Pria itu yang benar-benar menyadarkan dirinya agar tetap hidup karena ia merasa pria itu menginginkan dan membutuhkannya.

EXONERATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang