Bukan Hanya Sekedar Cadangan, Melainkan Pengganti
.
.
.
Rali melangkah dengan ringan memasuki tempat yang sudah lama tidak ia kunjungi. Terakhir kali beberapa bulan yang lalu dan berakhir ia kembali tidur dengan Romero.
Memejamkan mata sejenak, selalu saja setiap langkah dan kegiatan yang ia lakukan pasti sosok Romero selalu terlintas di benaknya.
Rainer serta Belva telah pulang ke Bali siang tadi. Adik Daddy-nya itu benar-benar membeli apartemen baru untuknya. Membantu kepindahannya. Atau lebih tepatnya Rainer hanyalah perantara Daddy untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Mengingat Daddy membuat Rali menggeram kesal. Amarah dan sakit hati tentu masih menggerogoti dirinya jika mengingat Daddy. Namun, tetap saja ada rasa rindu untuk Daddy.
Daddy dan Mami tentu berbeda.
Mami egois. Tidak pernah peduli padanya. Tidak pernah memberinya kasih sayang. Sejak bayi ia hanya dirawat baby sitter sementara Mami sibuk bermain bersama teman-temannya layaknya wanita sosialita. Sibuk melakukan traveling layaknya wanita yang tidak memiliki anak bayi.
Sementara Daddy, walau sibuk bekerja tapi masih meluangkan waktu untuknya. Meski hanya sebentar. Dan Rali tau Daddy bekerja keras untuknya.
Ya, itu pikiran Rali saat masih dini, mengira Daddy bekerja keras untuknya. Namun, saat mengetahui kenyataan pahit. Rasa kecewa menggambarkan Rali saat itu. Daddy yang ia banggakan tergantikan Daddy yang ia benci.
Melupakan hal itu, ia memilih meneguk minuman yang telah di pesannya.
Pandangan Rali memicing saat mengenal salah satu pengunjung di tempat tersebut. Penerangan yang minim membuatnya tidak bisa melihat jelas sosok yang saat ini bercumbu panas di antara lautan manusia yang berjoget di lantai dansa.
Dengan meneguk minumannya, Rali memperhatikan sosok itu yang beringas menerkam wanita yang memakai pakaian kekurangan bahan. Lalu keduanya tertawa dan tidak sengaja pandangan sosok yang di kenalnya bertemu pandang dengannya.
Mengangkat gelasnya lalu mengedipkan sebelah mata, Rali menyapa Ragas. Tidak lupa dengan senyum nakalnya. Kemudian ia memutar kursi kembali menghadap ke arah meja bar. Menggumam, berhitung hingga lima. Dan saat ia menyebut angka empat sudah ada yang mengisi kursi kosong di sebelahnya.
Ia menoleh menatap Ragas dengan alis terangkat satu. Kemudian ia melirik wanita tadi yang bersama Ragas, saat ini wanita itu bersungut-sungut. Lalu ia tertawa kembali menatap Ragas.
"Lo kenapa ninggalin dia?"
"I'm thirsty." Ragas merampas gelas minuman Rali lalu meneguk sisanya hingga tandas.
"Semudah itu lo ninggalin cewek lo cuma karena mau minum minuman bekas gue?"
Tertawa mendengar perkataan Rali, Ragas mengisi gelas kosong tersebut lalu kembali meneguknya. Kemudian mencondongkan tubuhnya, lebih dekat ke arah Rali yang tidak berminat memundurkan tubuhnya hingga jarak mereka terkikis.
"Apapun itu. Mau sepenting apapun, bakal gue tinggali demi elo," ujar Ragas mengunci tatapan Rali.
"Lo gak tau kalau gue habis masuk rumah sakit?"
"I knew."
"So... kenapa lo gak jenguk gue?"
"Lo nunggu gue?"
![](https://img.wattpad.com/cover/259470473-288-k362301.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE
ChickLit[series3] #PROJECT 3 ___________ ⚠️21+ EXONERATE : "Bebas dari segala beban hidup yang selama ini dirasakan". __________ Copyright ©2021, NanasManis start [20/2/21] end [5/5/21]