11

8.4K 753 7
                                    

You're Not Alone, Banyak Orang Yang Peduli Padamu

.

.

.

Rali sedang asyik membaca lembar demi lembar buku komik yang dibawakan Veya beberapa saat yang lalu. Ternyata kecemasannya tidak terjadi. Ketika ia mengusir Romero 'sementara' waktu dari hidupunya, ia pikir ia akan sendirian. Namun, ada Veya yang menggantikan sosok Romero. Hampir setiap hari datang berkunjung, menemani kesendiriannya.

Tapi, hari ini wanita itu hanya sebentar karena Veya memiliki kesibukan yang lain.

Konsentrasinya terganggu saat pintu ruangan tersebut terbuka. Mengangkat satu alisnya heran melihat sosok yang sudah lama tidak menampkkan diri, berdiri di ambang pintu sembari mengamati dirinya.

"Kok tau aku ada di sini?" tanya Rali pada sosok pria empat puluh tahun tersebut.

"I have money, Darl. How are you?" tanyanya kembali sembari melangkah menghampiri Rali. Mengecup puncak kepala Rali membuat Rali memejamkan sejenak, merasakan kehangatan dari pria tersebut.

"Om udah lihat kondisi aku, kenapa bertanya seperti itu?" Pria itu tertawa sembari mengacak rambut Rali.

"Sekarang apa? Apa karena kamu begitu merindukan Om sampai harus berbuat seperti ini?"

Rali mendengus pelan mendengar perkataan percaya diri pria itu. Lalu tangannya memeluk pinggang pria itu yang masih berdiri di sisi brankar. "Yeah! Siapa suruh gak pernah jenguk aku?" Berujar dengan nada merajuk membuat pria itu tergelak.

"I'm busy, Darl."

"Itu terus jawaban Om! Aku bosen dengernya!"

Kepala Rali diberi hujaman ciuman dan pelukan yang tidak kalah erat dari pelukannya.

Lama mereka dengan posisi seperti itu dan terdiam. Suara lirih Rali memecah keheningan di antara mereka, "Aku kira Om gak mau menginjakkan kaki di kota ini lagi."

Pria itu mengurai pelukan, lalu menunduk membalas tatapan Rali. "Kok ngomongnya begitu?"

"Because this city holds a lot of good and bad memories for you." Pria itu menggeleng pelan lalu tertawa geli.

"Om gak selebay kamu."

Rali mendorong pelan dada pria itu lalu meraih tas kertas yang berisi tas branded. "For me?" tanya Rali dengan mata berbinar yang diangguki pria itu.

"Thank you so much Om Rai!" seru Rali kembali memeluk kembali pria yang bernama Rainer tersebut.

"You're wellcome, Darl."

Pintu ruangan tersebut kembali terbuka membuat keduanya melepas pelukan.

Rali menatap seorang pria dan seorang gadis kecil yang masuk ke ruangannya lalu menatap Rainer yang mengulurkan tangan sembari tersenyum memanggil gadis kecil tersebut.

"Come on, Baby." Dengan malu-malu gadis kecil itu mendekati sang Papi dan berdiri di sebelahnya lalu menatap Rali dengan pandangan berkerut karena baru kali ini melihat wanita itu.

"Ajak anak Om juga ke sini? Emang dia gak sekolah?" tanya Rali menyentak perhatian Rainer dari putrinya.

"Minta izin. Lagian Belva baru kali ini ke Jakarta. Masa orang Indonesia gak pernah ke ibukotanya dan sekaligus tempat kelahirannya?"

Rali mendengus geli mendengar perkataan Rainer lalu menunduk menatap Belva. Gadis kecil tersebut.

"Hai Belva! Aku Kak Rali. Kamu pasti gak tau kakak, ya? Emang sih kita belum pernah ketemu sebelumnya," sapa Rali ramah pada Belva yang memutus pandangan darinya, mendongak menatap Rainer yang mengusap rambut panjangnya.

EXONERATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang