Hari Bahagia Mereka, Belum Tentu Hari Bahagia Bagi Orang Lain
.
.
.
Secara perlahan mata Rali terbuka. Objek pertama kali yang ia lihat adalah langit-langit tempatnya tidur, lalu menolehkan kepala melihat bukan hanya dirinya yang tidur di atas ranjang. Melainkan ada Romero yang masih terlelap.
Seketika ia mengingat perbuataan mereka sebelum terlelap.
Hal satu-satunya yang berharga Rali miliki terenggut begitu saja meski belum waktunya.
Namun, Rali tidak menyesal. Orang yang mengambilnya adalah Romero, pemuda yang begitu dicintainya.
Tangannya terulur untuk mengusap pipi Romero, mengubah posisi tidurnya menyamping. Saat bergerak, ia mengaduh dan meringis sakit, merasakan perih di inti tubuhnya.
"Kenapa Ral?"
Rali yang tadi ingin melihat inti tubuhnya, diurungkan saat mendengar suara Romero, ia kembali menatap Romero. "Sakit, Romi ...," cicit Rali sembari menunjuk inti tubuhnya yang masih ditutupi selimut.
Romero beringsut duduk, ia keluar dari selimut lalu turun dari ranjang, kemudian memakai celana bokser. Lalu kembali naik ke atas ranjang dan menyibak selimut hingga tubuh polos Rali terlihat.
Tatapannya langsung tertuju pada inti tubuh Rali yang membengkak dan memerah, lalu ia menatap Rali. "Maaf ya Ral, gara-gara aku ..."
"Enggak kok Rom."
Rali beringsut duduk dibantu Romero, lalu menutupi tubuh telanjang lagi menggunakan selimut.
Keduanya saling bertatapan dan tidak lama mereka membuang muka. Enggan menatap satu sama lain. Wajah mereka memerah karena malu. Mengingat hal yang mereka lakukan beberapa jam yang lalu.
"Setelah ini .... kamu gak akan tinggalin aku kan, Romi?"
Romero balik menatap Rali, lalu menggeleng. Tangannya meraih kedua tangan Rali dan menggenggamnya erat.
"Gak, Ral. Aku gak akan tinggalin kamu ...."
Senyum Rali pudar, lalu berdesis, "Kamu pembohong Romi..."
Tatapannya tidak lepas dari dua mempelai pengantin yang baru resmi pagi tadi. Mengingat masa lalu membuatnya hanya mampu tersenyum getir.
Romero yang mengatakan tidak akan meninggalkannya, nyatanya tidak menepati perkataannya.
Hari ini pria itu telah resmi menjadi milik orang lain.
Sungguh, Rali begitu terluka. Apalagi harus datang, memberi keduanya ucapan selamat, menebar senyuman palsu.
Sedari tadi Rali menahan tangis. Sangat menyesakkan harus terlihat bahagia, padahal hatinya menangis.
Melihat kebahagiaan keduanya membuat Rali semakin bersedih dan terluka. Melihat Romero yang menebar senyum tulus dan dengan bangga mengenalkan Naina sebagai istri yang paling dicintai membuat Rali semakin tau diri jika ia tidak ada artinya bagi Romero.
Mata Rali berembun, segera mungkin ia mengedip-kedipkan kedua matanya untuk menghilangkan air dari sana.
Senyum palsu Rali terbit saat melihat Romero menghampirinya.
"Hai!" sapa Romero dengan wajah berbinar dan Rali tau bukan ia penyebab wajah berbinar penuh bahagia Romero.
"Hai ..."

KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE
أدب نسائي[series3] #PROJECT 3 ___________ ⚠️21+ EXONERATE : "Bebas dari segala beban hidup yang selama ini dirasakan". __________ Copyright ©2021, NanasManis start [20/2/21] end [5/5/21]