27

8.6K 654 12
                                    

Tempatku Pulang Adalah Kamu

.

.

.

"Harsa..."

Mendengar suara Rali membuat Harsa berhenti dari aktivitasnya yang sedang menggambar tato di lengan salah satu kliennya. Ia menatap Rali yang berdiri di ambang pintu. Mata wanita itu berkaca-kaca.

Lalu ia bicara sejenak pada klien untuk menunggunya sebentar. Kemudian menghampiri Rali.

Tanpa kata Rali memeluk Harsa, menenggelamkan kepalanya di dada pria itu yang membuat Harsa mengernyit heran.

"Lo dari rumah sakit?" Rali hanya mengangguk tanpa menjawab. Perasaannya begitu kacau saat ini setelah pertemuannya dengan Mami. Sungguh, ia butuh ketenangan.

"Gue lagi kerja, Ral. Lo naik aja ke atas. Entar gue nyusul." Mau tidak mau Rali melepas pelukannya. Ia pun mengangguk patuh dan segera naik ke lantai atas.

Harsa kembali berkutat dengan kerjaannya.

"Itu tadi cewek lo?" tanya klien sekaligus temannya itu.

Harsa hanya diam membuat temannya itu tertawa. Sudah biasa jika Harsa tidak menjawab pertanyaan jika ditanya.

"Tyas masih gangguin lo?"

"Hm. Mungkin dia berhenti kalau udah mati."

Temannya tertawa atas ucapannya yang sadis.

"Penggantinya boleh juga tuh."

"Dia cuma temen gue," ujar Harsa seraya membereskan peralatan pembuat tatonya.

"Kenalin ke gue dong."

Harsa menoleh menatap tajam temannya itu. "Jangan deketin dia!"

"Aelah, dia kan cuma temen lo, Sa. Bukan siapa-siapa lo, kan?"

"Kalau gue bilang jangan! Jangan!" ujar Harsa penuh penekanan. Ia pun menyuruh temannya itu pergi setelah selesai membayar.

Kemudian, ia naik ke lantai atas menghampiri Rali.

Terlihat wanita itu tertidur pulas. Kedua pipinya basah, bekas air mata.

Ia duduk di tepi ranjang lalu mengusap kedua pipi wanita itu secara bergantian.

Berhenti seketika setelah menyadari sesuatu.

Apa yang membuatnya seperti ini? Kenapa ia merasa cemas pada Rali setelah melihat bekas air mata wanita itu? Kenapa ia merasa lega karena Rali lari ke arahnya saat wanita itu bersedih?

Merasa ada yang menyentuh pipinya membuat Rali terbangun, ia mengerjap beberapa kali lalu matanya terbuka sempurna. Menatap Harsa yang sama sekali tidak menampilakan ekspresi.

"Tadi gue ketemu nyokap gue,..." ujar Rali memulai percakapan. Karena ia tau Harsa tidak akan pernah bertanya lebih dulu. Hidup seatap dengan pria itu selama beberapa hari membuatnya sedikit demi sedikit mengenal karakter Harsa.

"Hm?"

"Bukannya nanya keadaan gue... dia malah ngomong yang bikin gue makin benci sama dia..."

Harsa tidak tau caranya menenangkan orang yang sedih ataupun memberikan kata-kata yang menenangkan. Ia hanya menarik Rali masuk ke dalam pelukannya. Bergabung merebahkan tubuhnya.

"Gue seperti pulang ke rumah tau gak, Sa?"

"Maksudnya?"

Rali mendongak, Harsa menunduk. Keduanya saling bertatapan. "Lo bikin gue tenang. Disaat gue sedih, gue tau ke mana gue harus pergi dan itu lo."

EXONERATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang