24

7.7K 683 5
                                    

Mati Bukan Solusi Untuk Menghilangkan Beban

.

.

.

Romero berlari tergesa-gesa menelusuri lorong mencari unit Rali setelah bertanya pada resepsionis. Matanya tertuju pada pintu yang ia yakini unit Rali. Melihat ada sosok yang berdiri di sana membuat langkahnya semakin dekat.

"Lo siapa?" tanya Romero membuat pria itu yang sepertinya sedang menghubungi seseorang.

"Lo siapa?" Romero berdecak melihat pria itu yang malah bertanya. Pandangannya begitu dingin membuatnya agak risih.

Mengabaikan pria itu, ia mengetuk pintu unit Rali. "Ral!! Buka pintunya!!"

Bahkan ia mencoba mendobrak pintu tersebut. Sangat cemas karena tau kelakuan buruk Rali.

Setelah tadi Rali menelepon dan marah-marah padanya. Ia segera ke sini.

Sementara itu Harsa mengamati Romero yang terlihat begitu panik. Sama halnya ia juga panik, tapi ia tidak mampu mengekspresikannya.

Karena ia juga tau kebiasaan buruk Rali jika sedang marah. Jadi, ia ke sini. Menghubungi Rali, tapi ponselnya tidak aktif.

"Lo gak tau pass-nya?" Interupsi Harsa. Menebak jika pria itu adalah sahabat yang pernah Rali ceritakan.

Romero berhenti menggedor pintu. "Gue tau, tapi gak ada kunci kartunya!" ujarnya panik.

"Hubungi pihak apartemen!" Suruh Harsa membuat Romero segera menggubungi pihak apartemen. Tidak berapa lama pihak apartemen datanf membawa kunci kartu cadangan. Romero pun memasukkan nomor kombinasi. Semoga saja masih sama dengan unit apartemen Rali sebelumnya. Karena yang ia tau Rali orangnya pelupa. Jadi, semua hal apapun yang menyangkut kata sandi disamakan agar wanita itu tidak lupa.

Ia berhasil membuka pintu.

Kedua pria itu masuk dan tercengang melihat pecahan kaca berserakan di lantai serta melihat bercak darah.

Mereka melotot melihat Rali yang telah menjejakan kaki di pembatas balkon. Segera keduanya berlari menghampiri Rali.

Saat tubuh wanita itu tidak berpijak lagi di balkon, secepatnya mereka meraih lengan Rali. Romero berada di sisi kiri Rali, sementara Harsa berada di sisi kanan.

Merasakan ada yang memegang kedua lengannya dan tidak merasakan tubuhnya menghantam sesuatu. Rali membuka matanya. Tubuhnya ditarik hingga ia kembali berpijak di balkon.

Romero mendekap erat tubuh Rali. Rasanya jantungnya berhenti berdetak beberapa saat ketika melihat Rali yang membuang diri dari balkon. Merasa cemas tidak bisa menarik Rali.

Sadar Romero memeluknya membuat Rali mendorong pria itu hingga pelukan mereka terlepas.

Rali menatap linglung Romero dan Harsa secara bergantian.

Penglihatannya berkunang-kunang, kepalanya semakin pusing hingga ia kehilangan kesadaran.

Harsa dengan sigap meraih tubuh Rali dan segera menggendongnya.

》》《《

Kedua pria itu sama-sama menatap pintu di ruangannya. Tempat Rali yang sedang ditangani dokter.

Sadar bukan hanya dirinya di sana, Romero menoleh menatap pria yang membantu dirinya menyelamatkan Rali. Terlihat pria itu begitu dingin, namun matanya enggan berpaling ke manapun, seakan menunggu pintu tersebut terbuka, sama seperti dirinya.

EXONERATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang