Pria Brengsek Yang Memporak-Porandakan Hidupnya
.
.
.
Menahan kesal. Sungguh, Rali sangat ingin menjejak wajah menyebalkan Rudi yang tersenyum di hadapannya saat ini. Sedari pagi pria itu tidak hentinya mengikutinya. Berkata jika pria itu datang atas utusan Mami setelah kemarin mereka bertengkar untuk ke sekian kalinya.
Bujukan demi bujukan Rudi dilontarkan agar ia memaafkan Mami. Memaklumi sikap Mami yang sudah tua makanya marah-marah terus dan gampang emosi.
Meski pengusiran terus-menerus untuk pria itu, tapi Rudi seakan tuli. Tidak menganggapnya sama sekali. Mengikuti, bahkan ketika ia pulang kembali ke apartemen.
Secepatnya Ralu menekan tombol agar pintu lift tersebut tertutup, mencegah agar Rudi tidak ikut masuk.
Menghela nafas pelan, ia mengumpat pada Rudi yang menggangu waktu santainya.
Setelah tiba di lantai tempat unitnya berada, ia segera keluar.
Rali mengerang kesal saat melihat keberadaan Rudi di depan unitnya. Pasti pria itu menggunakan tangga untuk tiba di sini.
"Lo kenapa sih gangguin gue?!" sentak Rali kesal sembari mendorong Rudi agar tidak menghalangi dirinya.
"Rali..."
"Stop calling my name!!" Rali menghunuskan tatapan tajam pada Rudi yang sontak tertawa. Entah kenapa Rali merinding mendengar suara tawa Rudi. Seperti seorang pedofil saja yang mengincar anak kecil.
"Saya haus, Ral. Lari dari lantai bawah lewat tangga sampai sini. Saya butuh air."
"Lo beli!" Rali hendak menutup pintunya, tapi Rudi menahannya.
"Ral, sumpah saya sangat haus!" pinta Rudi memelas.
Akhirnya Rali membiarkan pria itu masuk dan memberinya air.
"Abis ini lo pergi! Gue gak bakal minta maaf sama istri lo!"
Rudi tertawa, ia meletakkan gelas yang sudah kosong di atas meja. "Istri saya itu, Mami kamu Rali." Lalu mengedarkan matanya menatap unit apartemen Rali. "Kamu tinggal sendiri?"
Rali merasa was-was mengamati gelagat aneh Rudi. Segera ia menyuruh pria itu agar secepatnya pergi. "Udah, sana lo pergi!"
"Hei, kita belum kenalan secara resmi, kan? Gimana kalau kita kenalan." Bukannya pergi, Rudi malah mengulurkan tangannya, mengajak Rali berkenalan.
"Pergi lo sialan!" Rali menepis tangan Rudi membuat pria itu merengut sedih, tapi kemudian tersenyum.
"Oke. Saya pamit dulu baby girl." Dengan kurang ajarnya Rudi mengusap pipi Rali membuat Rali meradang.
"Pergi gak lo!" Rali bahkan mendorong punggung pria itu.
"Gimana kalau sebelum saya pergi, kita 'main' dulu?" Secepatnya Rali meraih gelas bekas Rudi tadi, ingin melempar pria itu, tapi secepatnya pria itu menghindar hingga gelas menghantam lantai dan berubah menjadi pecahan kaca.
"Lo suka main kasar, ya?" Rudi menunjukkan seringai membuat Rali semakin was-was.
Segera Rali merogoh tasnya, ingin menelpon security apartemen tersebut, tapi ponselnya dirampas Rudi.
"Easy girl! Papa mau kenalan sama kamu. Mau tau apa bedanya kamu sama Mami kamu. Ah tentunya beda kan, Mami kamu sudah tua, bau tanah. Cuma sekali main aja kalau enggak minum obat. Ck! Orang tua gak tau diri."

KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE
Literatura Kobieca[series3] #PROJECT 3 ___________ ⚠️21+ EXONERATE : "Bebas dari segala beban hidup yang selama ini dirasakan". __________ Copyright ©2021, NanasManis start [20/2/21] end [5/5/21]